Pernyataan Guru Besar Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF) UIN Alauddin Makasar, Qasim Mathar sebagaimana dilansir muslimdaily.net bahwa Al- Qur’an perlu direvisi karena Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah meninggal dunia sehingga tak cocok lagi, mendapat kecaman.
Menurut Ketua DPP PPP, Arwani Thomafi, pernyataan Qasim tersebut sangat salah dan melukai umat Islam.
“Sepanjang zaman Al Qur’an harus dijaga, tidak ada celah mengubah, merevisinya. Pernyataan itu melukai umat Islam,” kata anggota Komisi V DPR ini di Jakarta, Sabtu (27/7/2013).
Menurut Arwani, ia sedih dengan pernyataan Qasim. Sebab, kata Arwani, Al Qur’an merupakan pedoman umat Islam hingga hari akhir nanti.
“Saya sedih jika ada yang punya pandangan seperti itu (merevisi Al Qur’an). Keimanan kita terhadap Allah Subhanahu wata’ala dan Al Qur’an tidak dibatasi oleh pada zaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam saja. Keutuhan Al Qur’an sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, berlaku sampai kiamat,” katanya.
Berikut pernyataan Prof Dr Qasim Mathar, bertempat di Lecture Theater UIN Alauddin, seperti dikutip muslimdaily.net (21/6/2013):
Pegiat #IndonesiaTanpaJIL wilayah Makassar bekerja sama dengan BEM-Fakultas Ilmu Kesehatan mengadakan diskusi tentang”Islam Liberal” dengan menghadirkan dua pembicara.
Diskusi berjalan menarik karena menghadirkan dua pembicara yang memiliki latar belakang pemikiran berbeda antara yang menolak “Islam Liberal” dengan yang mendukung liberalisme Islam.
Di kubu anti JIL diwakili oleh Akmal Sjafril, MPd.I, sedangkan di kubu pendukung JIL diwakili oleh Guru Besar Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF) UIN Alauddin Makassar Prof Dr HM Qasim Mathar.
Memulai pembicaraan mengenai definisi agama, Prof Qasim membuat beberapa pernyataan kontroversial.
Di antara pernyataan-pernyataan kontroversial lulusan program Doktor IAIN Jakarta itu adalah: “Tidak akan kafir seseorang yang agamanya Islam walaupun dia melenceng dari ajaran akidah Islam,” katanya seperti disampaikan oleh Zilqiah Angraini, salah seorang pegiat #IndonesiaTanpaJIL melalui akun Twitter.
“Jangan teriak kafir kepada sesama umat Islam,” kata guru besar Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF) UIN Alauddin Makasar itu. “Orang beragama itu ibarat lagi main bola di lapangan, bola itu kamu tendang ke mana bolanya ngga akan kafir,” ujarnya lagi.
“Jangan membatasi penafsiran Al Qur’an karena generasi ke depan lebih jago daripada generasi yang zaman dulu,” lanjutnya. “Seharusnya dalam Islam tidak usah ada istilah poligami, karena pernikahan sempurna itu hanya monogami,” masih kata Qasim.
“Kalau masyarakat aman-aman saja dengan kehadiran Islam liberal, ya jangan ganggu lagi kenyamanan masyarakat itu.” katanya.
“Tuhan tidak pernah ada di depan kita, tidak pernah ada di kursi MPR. Kedaulatan bukan di tangan Tuhan,” Qasim melanjutkan. “Sains itu bergerak ke depan bukan ke belakang. Islam juga harusnya begitu,” katanya.
“Yang mengaku menjadi Nabi setelah Nabi Muhammad, ya terserah dia. itu tandanya dia mau direkam sejarah. Jadi biarkan saja,” tandasnya. “Rasulullah sudah meninggal, isi Al Qur’;an perlu direvisi karena sudah tidak cocok lagi,” tegasnya.
Lebih lanjut, Prof Qasim juga mengatakan bahwa sekarang Nabi sudah tidak ada. Menurutnya, hanya menjadi sebuah mimpi saja jika umat Islam hendak menyeragamkan pemahaman mengenai Islam.
Guru Besar yang mengaku sebagai aktivis Syiah itu juga menjelaskan karena Rasulullah sudah meninggal, maka isi Al-Qur’an perlu direvisi karena, menurut Qasim, sudah tidak cocok lagi dengan zaman.
Ia menyatakan tidak peduli dengan orang yang mau puasa atau tidak, mau berlebaran kapan. “Biarkan saja, karena Islam itu adil,” kata profesor kelahiran Makassar 21 Agustus 1947 itu seperti dilaporkan Zilqiah.
Prof Qasim yang pro JIL berpesan agar umat Islam tidak usah ditanamkan dan tidak perlu disatukan. Ia menyarankan agar berhenti memikirkan mengajak orang untuk bersatu.
Sang Guru Besar Sejarah dan Pemikiran Islam itu kemudian menutup statement-nya dengan kalimat, “Jangan mimpi dan sibuk mikirin untuk menyeragamkan umat Islam. Capek nanti.”
Kegiatan diskusi tentang “Islam Liberal” Kamis (21/6/2013) siang itu ditutup dengan penyerahan kenang-kenangan kepada para pembicara. (antara)
0 comments:
Post a Comment