Sunday 13 May 2012

Sheikh Yusuf Qordhowi Saja Ditolak di Paris, Mengapa Indonesia Harus Menerima Irshad Manji?

Orang liberal kebablasan sering kali menjadikan negara negara Eropah sebagai rujukan, mereka menganggap negara negara Eropah adalah simbol kebebasan, di mana kebebasan berpendapat sangat di hormati . Di sana juga terdapat universitas universitas kelas dunia yang selalu menjunjung tinggi kebebasan akademik.  Tapi benarkah demikian?
Belum lama ini UGM menolak diskusi yang akan di hadiri oleh tokoh lesbian IM, banyak orang orang ”pinter” yang menyesalkan hal itu, mereka menyatakan kampus adalah ruang atau tempat yang semestinya tidak menolak kegiatan kegiatan ilmiah.
Tapi lucunya, mengapa mereka tidak pernah mengkritisi prilaku sama yang di lakukan oleh pemerintah Perancis? Adalah Sheikh Yusuf Qordhowi ulama asal Mesir yang tidak di perbolehkan masuk ke Paris. Padahal ketua majelis Ulama sedunia ini terkenal sebagai ulama yang moderat.
Sheikh Yusuf, saat ini tinggal di Qatar. mengapa sheikh Yusuf tidak boleh masuk ke Paris, apakah mereka takut dengan pengaruh sang Sheikh, apakah mereka cemas dengan kehadiran ulama yang sudah sangat sepuh itu?
Orang liberal, dengan gagahnya mengatakan mengapa pemikiran tidak di lawan dengan pemikiran lagi? hihihi buktinya pemerintah Perancis dengan tampa basa basi menolak kedatangan Sheikh Yusuf, kalo memang mereka berani menghadapi pemikiran sang Sheikh,  mengapa mereka tidak mau berdialog?
Dari sini kelihatan banget kalo mereka orang Liberal itu mau enaknya sendiri, giliran kampus atau ormas tanah air menolak seorang tokoh maka di sebutlah mereka sebagai orang orang yang anti dialog. Tapi giliran negara pujaanya menolak seorang tokoh mereka diam diam aja,seperti ” kura kura” enggak tahu.
Padahal sebagaimana tulisan Andrea Hirata, di paris sana ada sebuah universitas terkenal, sebuah kampus yang menjadi impian banyak orang untuk menuntut ilmu. Paris juga terkenal sebagai kota mode. Di sana katanya kebebasan individu sangatlah  di hargai.
Tapi kok mereka menolak Sheikh Yusuf Qordhowi, seorang sepuh yang untuk berjalan saja mesti pelan pelan?  di sini jelas lah sudah bahwa negara semaju paris pun tidak akan menjadi negara yang benar benar bebas.
Dengan demikian saya sangat mengerti mengapa UGM menolak seorang tokoh lesbian seperti IM. Kepada tuan tuan yang berpikiran liberal, sebelum anda menuding orang lain sebagai anti dialog tolong lah anda banyak menbaca berita tentang negara negara yang menjadi panutan tuan tuan.
Di sana ternyata tidaklah sebebas seperti yang tuan tuan kira. Walaupun di sana ada puluhan universitas, ada ratusan pejuang HAM tapi mereka tetap tidak dapat menghalangi pemerintahnya untuk menolak sheikh Yusuf Qordhowi.
Sebenarnya bukan Sheikh Yusuf Qordhowi saja yang di tolak di negeri negeri barat, masih ada tokoh tokoh pemikir muslim lainnya yang tidak dapat masuk  ke negeri negeri barat dengan berbagai alasan. Tapi toh, tuan tuan liberal tidak pernah mempersoalkannya.
Tapi mengapa ya, giliran  tokoh barat yang di tolak, mereka mencak mencak ya? hihihi Bilang Indonesia kan, negara demokrasi, mengapa tidak mengedepankan dialog? Apakah anda begitu takutnya dengan IM sehingga harus membubarkan diskusinya? hihihi. dasar. Liberal Kebablasan.
Sekarang saya mau nanya, bebas mana Indonesia dengan paris?  toh, Paris tetap menolak seorang tokoh pemikir Muslim, padahal  sang tokoh adalah ulama yang moderat? jadi semestinya pemerintah Indonesia juga enggak perlu takut untuk menolak seorang tokoh lesbi seperti IM.
Untunglah UGM telah menolak diskusi IM, sekali lagi, salut sama UGM. kepada  tuan tuan liberal, silahkan berjuang tapi tolong selain menggunakan akal sehat ada baiknya sekali kali  anda anda juga kembali bertanya kepada hati nurani.

Saturday 12 May 2012

Wanita-Wanita Mulia Pilihan Islam


"Aku tidak suka dengan apa apa yang dipasangkan kepada wanita ketika wafat, dipasangkan kepada wanita sebuah kain, lantas membentuk lekuk tubuhnya," ujar Fatimah Binti Rasulullah kepada Asma binti 'Umais (Imam Dzahabi, Siyar a'lam an-nubalaa, Beirut: Muassasatu ar-risalah, jilid : 2 hal : 129)

Itulah sekelumit cerita tentang perempuan terhormat yang merupakan anak dari manusia terbaik yaitu Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam. Pemalu, itulah fitrah seorang wanita dari masa ke masa, dari Barat ke Timur, tua dan muda, Arab dan non Arab.

Perkataan Fatimah yang tidak senang kalau lekuk tubuhnya dilihat walaupun ketika wafat di atas sebagai saksi dan juga perkataan sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yaitu Abi Sa'id al-Khudri radiyallah 'anhu:

"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang yang lebih pemalu dari gadis perawan di kamarnya," (HR. Al-Bukhari no 6119).

Sahabat menyandingkan malu Rasullullah dengan malunya "gadis perawan" karena gadis perawan merupakan makhluk paling pemalu saat itu. Dia malu untuk keluar, malu untuk menampakkan diri, malu berbicara dengan lawan jenis dan lainnya yang merupakan sifat wanita anggun nan terhormat.

Dengan kenyataan di atas maka tidaklah heran jika lahir nama-nama besar layaknya Imam Syafi'i, Imam Ahmad, Imam Bukhari, meminjam istilah, "Di balik pria hebat terdapat wanita hebat." Lihatlah bagaimana hebatnya perkataan seorang ibu yang diberi gelar "Ummu Syuhada" (ibunya para syuhada) kepada anak –anaknya sebelum berperang:

"Kalian semua tahu betapa besar pahala yang Allah siapkan bagi orang–orang yang beriman ketika berjihad melawan orang-orang kafir. Ketahuilah bahwa negeri akhirat yang kekal jauh lebih baik dari negeri dunia yang fana. Allah 'azza wa jalla berfirman:

Andaikata esok kalian masih diberi kesehatan oleh Allah, maka perangilah musuh kalian dengan gagah berani, mintalah kemenangan atas musuhmu dari ilahi.”

Itulah wasiat sahabat Rasul bernama Khansa radiyallahu 'anha kepada keempat putranya sebelum perang al-qadisiyah yang terjadi di zaman Umar bin Khatab, dan keempat anaknya pun menjadi syuhada dalam peperangan. (lihat: Mahmud Mahdi dan Musthofa Abu an-Nasr, Nisa Haula ar-Rasul shalla 'llahu 'alaihi wa sallam, (Beirut: Dar Ibnu Katsir, hal: 257 – 259)

Ini dari kalangan sahabat, ibunda para ulama pun tak jauh berbeda, Sebut saja ibunda Imam Syafi'i, sebagaimana penuturan Imam Nawawi: "Ibu Imam Syafii merupakan seorang wanita yang tekun beribadah dan memiliki kecerdasan yang tinggi. Dia seorang yang faqih dalam urusan agama dan memiliki kemampuan istinbath." Dan ibunda Imam Syafi'i pula-lah yang mengirim sang imam untuk belajar kepada seorang guru di Makkah.

Tak ubahnya Imam Syafi’I, ibunda Imam Ahmad bin Hanbal merupakan wanita yang mulia. Bagaimana tidak? Imam Ahmad terlahir sebagai seorang yatim, namun ia berhasil mengahafal sejuta hadist, soal keluasan ilmu jangan ditanya. Dan itu tidak lepas dari peran ibunya yang mendidik seorang diri tanpa ditemani sang suami.

Tak ayal gelar "Tiang Negara" pun disematkan oleh para ulama kepada para wanita, "Al-maratu 'imadu al-bilad" (perempuan merupakan tiang negara), tegas para ulama. Bukannya tanpa alasan, seorang ulama, presiden, panglima, advokat, para birokrat dan sebagainya lahir dari didikan-didikan makhluk indah ciptaan tuhan yang bernama "wanita".

Hanya saja, kemuliaan wanita yang telah digariskan dengan indah oleh Islam dan para ulama itu dirusak dengan hadirnya paham-paham asing dari Barat. Wacana – wacana seperti kesetaraan gender, tafsir feminisme yang kini tengah mencuat merupakan agenda untuk menjauhkan wanita dari nilai – nilai Islam Islam itu sendiri, yang tentunya juga kehancuran suatu bangsa.

Wacana di atas semakin menggema dikarenakan maraknya penindasan terhadap kaum hawa yang kerap dilakukan oleh lelaki, begitu alasan mereka.

Bahkan Islam, kerap dituduh sebagai biang kemunduran wanita karena ajarannya dinilai melarang wanita untuk belajar dan memperoleh pendidikan. Padahal jika ada penindasan, atau diskriminasi yang dilakukan oleh pria Muslim itu sejatinya terjadi akan kebodohannya akan ajaran Islam, bukan karena Islam yang menghendaki seperti itu. Andai para penganut gender dan feminisme paham bagaimana Islam memuliakan wanita, sungguh ajaran dan dogma-dogma kesetaraan itu tak ada nilainya apa-apa dibanding Islam.

Maka kaum Muslim, selayaknya kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya dan mencontoh pemahaman Nabi, para sahabat dan para tabi'in tentang bagaimana kehidupan mereka memulikan wanita.

Nasib Wanita Sebelum Islam

Kalau mau menilik kebelakang yaitu ke masa masa awal Yunani, wanita dalam perspektif mereka adalah penyebab datangnya penyakit,musibah, bahkan para pria Yunani tidak mau makan bersama wanita dalam sebuah hidangan.. (lihat: Mahmud Mahdi Istanbuli dan Mustofa Abu Annsr, “Nisa Haula ar-Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam, Beirut: Dar Ibnu Katsir, hal : 17)

Sedangkan dalam perspektif Nasrani, wanita adalah sebuah keburukan, pembawa sial, dan sebuah kehinaan, maka seorang yang suci layaknya pendeta tidak diperkenankan untuk menikah karena dengan berhubungan dengan wanita merusak kesucian tersebut.

Nasib Wanita di zaman Arab jahiliyah lebih parah, wanita tidak diberi hak – hak waris, ketika bayi wanita lahir maka itu adalah sebuah aib maka tak ayal bayi tersebut di bunuh.

Bandingkanlah ketika Islam datang. Islam justru hadir untuk mengangkat derajat wanita dan menegakkan "keadilan " sesuai konsep sang "Maha Adil" yaitu allah azza wa jalla, melalui al-Quran dan Sunnah Nabinya.
"Barangsiapa yang mengayomi dua anak perempuan hingga dewasa maka ia akan datang pada hari kiamat bersamaku," (dari Anas bin Malik berkata: Nabi menggabungkan jari – jari jemari beliau saat mengatakan itu). [HR. Muslim no 2631].
Tentu ini berbeda dengan keadaan jahiliyah yang merendahkan anak perempuan.

Awas, Facebook Bisa Menyebabkan Stress !!!




Survei Media Literacy Network terbaru menunjukkan, remaja Belanda banyak yang menderita stres akibat tekanan dari media sosial yang mengerikan.


Dari 500 remaja Belanda yang diwawancarai dalam survei itu, sebanyak 86% responden mengaku selalu membawa serta telepon selular (ponsel) pintarnya. Sebanyak 60% responden mengaku panik jika tidak segera melihat pesan yang baru masuk. Dan seperempat responden mengaku stres jika tidak bisa terus-menerus melihat perkembangan pesan di media sosial seperti Facebook, Ping, Twitter, MSN dan Hyves.


Para remaja itu mengaku ketakutan jika mereka melewatkan sesuatu di media sosial. Ketakutan itu membuat mereka stres.


Kebanyakan dari mereka juga mengatakan bahwa penggunaan media sosial telah menjauhkan mereka dari interaksi dengan anggota keluarga, mengganggu konsentrasi, prestasi sekolah, bahkan jam tidurnya, lansir Radio Nederland (09/05/2012).


Untuk mendorong anak-anak muda lebih banyak melakukan kegiatan di dunia nyata, Media Literacy Network melucurkan kampanye tentang bahaya penggunaan media sosial yang berlebihan.


MLN didirikan oleh dua warga Belanda dan berpusat di Amsterdam pada tahun 2004. Organisasi in tahun 2008 mendapatkan bantuan dari Komisi Eropa untuk penyelenggaraan pelatihan literasi media bagi para pendidik, pustakawan, organisasi pemuda dan media serta staf pemerintahan.*


So, buat temen-temen, jangan terlalu maniak dengan media social di internet semacam twitter, facebook atau lainnya. Semakin kita terbawa dengan arah pergaulan di FB akan mempengaruhi pembentukan karakter kita. Gunakan aplikasi media social sewajarnya dan jangan asal add teman baru yang ga jelas

Tuesday 8 May 2012

Karena Berjenggot, Penjual Onde-Onde Dibantai Puluhan Preman Gandekan Solo

Hidayatullah.com--Hari Sabtu, 5 Mei 2012 lalu, Kepala Kepolisian Resor Kota Surakarta Komisaris Besar Asdjima’in mengatakan pihaknya telah menetapkan dua tersangka dalam kasus bentrokan di Solo. Kedua tersangka itu saat ini sudah ditahan dan diproses secara hukum. Dua tersangka tersebut berinisial IW dan C.

Menurut Asdjima’in, kedua tersangka merupakan pemicu terjadinya bentrokan antarwarga. Mereka menganiaya sejumlah anggota ormas yang lewat serta membakar sepeda motornya.
Pasca bentrokan Kamis, 3 Mei 2012, membuat Walikota Jodo Widodo (Jokowi) ikut sibuk. Ia mengaku mendatangi warga di Gandekan, Jebres, Solo untuk menenangkan warga agar tidak tersulut dengan tindakan provokatif dari pihak luar.

"Sekarang sudah kondusif, kita di lapangan terus untuk menenangkan. Saya juga ingatkan agar tidak terpancing isu yang macam-macam," ujarnya di sebuah media.

Setelah kasus ini berjalan lima hari, organisasi massa Islam, Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS) menerjunkan Tim Pencari Fakta. Inilah hasilnya yang dikirimkan ke kantor redaksi hidayatullah.com. Penerbitan laporan yang ditandatangani Ketua LUIS, Edi Lukito dan sekretaris nya, Drs. Yusuf Suparno ini diharapkan sebagai data baru dan sisi informasi lain yang tidak di dapatkan masyarakat.

***
Awal Mula Kasus Bentrokan:

Hari Kamis, 3 Mei 2012
1. Warga Semanggi ada yang meninggal dunia akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Purwoloyo Pucang Sawit Jebres yang melewati Jl RE Martadinata dan melintasi Tanggul Pasar Kampung Sewu. Beberapa warga termasuk Yunianto, pulangnya melewati Tanggul Pasar Kampung Sewu dengan pertimbangan jaraknya lebih dekat.  Saat baru berbelok ke kiri tiba-tiba ia dipukul bahunya dengan bambu oleh dua orang yang nongkrong di cucian motor milik Iwan Walet. Karena tidak bisa menahan diri, akhirnya Yunianto terjatuh berikut motor yang ditungganginya, sedangkan tiga temanya langsung lari menyelamatkan diri.

Yunianto pun lantas lari menyelamatkan diri, berjalan diatas tanggul ke arah selatan. Namun, saat menjauh ia ingin kembali untuk mengambil sepeda motor, namun saat mendekat orang yang membawa bambu memanggil ke teman-temannya yang berjumlah kurang lebih 40 an.

2. Karena sepeda motor dibakar di tengah jalan maka masyarakat sekitar ikut berkerumun menyaksikan, termasuk Agus Pamuji, dia adalah pedagang Onde-Onde yang biasa berdagang di Pasar Gedhe.
Saat mendekat ke motor, Agus dipukul rahangnya dengan potongan besi dan dikeroyok oleh beberapa orang yang ada di situ dengan menggunakan senjata tajam dan pentungan. Agus tersungkur tidak sadarkan diri dan akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Dr. Moewardi Solo.

Menurut penuturan seorang Hansip (Linmas) yang saat itu menyaksikan penganiayaan menjelaskan bahwa Agus Pamuji dihajar karena ia dicurigai sebagai intel (informan) nya Laskar, karena ia berjenggot.

3. Nasib yang tak jauh beda juga dialami oleh Shandy jamaah Masjid Muhajirin yang ikut melayat, ia termasuk rombongan pelayat yang pulang terakhir. Karena di jalan ada pembakaran, ia pun lantas ingin melihat. Saat mendekat itulah iapun langsung dipukul dan disiksa oleh para preman  bertubi-tubi  dan terjatuh hingga ia dibawa ke rumah Sakit Islam Kustati, Ia luka di kepala dengan 6 jahitan.

4.  Solidaritas Umat Islam Surakarta baik jamaah masjid maupun warga sekitar masjid secara spontan berdatangan seusai sholat Ashar berjalan kaki bersama bermaksud mencari tahu pelaku pembakaran sepeda motor dan penganiaya Jamaah Masjid Muhajirin yang terjadi di TKP dekat Cucian Motor milik Iwan Walet.

5. Mayoritas Laskar Islam Solo menduga Pelaku Pembakaran dan Penganiayaan ini dilakukan oleh Iwan Walet dan kelompoknya ” Young Indonesia “, karena TKP didekat Tempat Cucian Motor milik Iwan Walet. Hingga Kamis malam, belum ada kejelasan keberadaan Iwan Walet.


Jumat, 4 Mei 2012
1. Solidaritas Umat Islam Surakarta kembali turun jalan Longmarch dengan jumlah massa lebih banyak dan tidak hanya di Karisidenan Surakarta, namun sudah melibatkan Umat Islam di DIY, Jatim dan Jabar. Massa ada yang terkonsentrasi di Masjid Muhajirin Semanggi, Masjid Al Fatih Kepatihan, Masjid Jagalan, serta beberapa titik lainnya dalam Status Standby dan Siaga 1 yang diperkirakan mencapai Seribuan lebih.

2.  Laskar Islam dari Masjid Muhajirin bergerak menuju Kampung Gandekan dengan pengawalan ketat dan lengkap dari aparat Polres Solo. Sebelum berangkat Walikota Solo Joko Widodo, Ketua MUI Prof. Dr. dr. Zaenal Arifin Adnan menyempatkan hadir di Masjid Muhajirin menanyakan kronologi kejadian sebenarnya. Ustadz Supriyanto selaku Imam Masjid Muhajirin mengarahkan para peserta Longmarch bahwa bertujuan ke Kampung Gandekan semata untuk menunjukan Izzul Islam Wal Muslimin, tidak untuk merusak fasilitas ataupun tidak pula melukai siapapun, kecuali jika ada pihak-pihak yang mengganggu dan menghalangi agenda Longmarch dalam rangka Solidaritas Sesama Muslim yang telah dianiaya di kampung itu.

3. Dalam perjalanan Longmarch di sebuah gang, di jalan RE Martadinata, ada lemparan dari preman mengarah ke peserta Longmarch. Lemparan itu berupa batu dan Bom Molotov. Gang tersebut pada awalnya sudah diblokade Polisi. Karena ada lemparan batu dan Molotov lemparan batu tersebut menganai aparat kepolisian dan berdarah akhirnya polisi menyingkir, blokade polisi terbuka. Salah satu yang melempar adalah Ngatiman 62 tahun dengan tutup wajah dan kata kata kotor menantang peserta longmarch sambil mengacung acungkan  sepotong besi yang ujungnya tajam sempat duel dengan salah satu peserta .

4. Polres Solo memberi keterangan resmi bahwa 2 orang sudah dinyatakan sebagai tersangka dalam kasus pembakaran sepeda motor dan penganiayaan di Kampung Gandekan. Kedua orang ini adalah I dan C. Dua orang tersebut sudah ditetapkan sebagai tersangka, dan ditahan di Mapolresta Solo. I dan C dinyatakan cukup bukti melanggar pasal 170 KUHP, dengan barang bukti yang disita adalah Sepotong besi (LINGGIS), Batu, Jaket, Supra X 125 AD 5423 HZ.

5. Pemkot Solo menggelar Rapar Koordinasi di Rumah Dinas Walikota Solo merespon situasi Kamtibmas. Hadir dalam acara dalam acara ini KH. Sholihan (FKUB), Prof. Dr. dr. Zaenal Arifin Adnan (MUI), Joko Widodo, Dandim, Danrem, Ketua DPRD Solo, Beberapa Camat, Tokoh Gandekan, sedangkan hadir dalam elemen Islam adalah MTA, JAT, FPIS, LUIS, HTI dan NU. Salah satu agenda dalam pertemuan ini adalah memberi santuan kepada semua korban baik biaya rumah sakit maupun kendaraan yang dibakar.

Rekomendasi dan Harapan
1. Melalui temuan ini, LUIS berharap, agar aparat kepolisian segera memproses kasus ini secara professional dan menangkap semua pelaku yang melakukan penganiayaan secara bersama-sama dan melakukan pembakaran sepeda motor.
2. LUIS juga berharap, aparat kepolisian membongkar data siapa saja preman yang terlibat dari HP yang dimilki Iwan Walet melalui server telkomsel.
3. Menurut LUIS, memerangi Pekat dan premanisme perlu dibentuk GARNESUN yang terdiri dari unsur TNI, POLRI dan LSM

Saturday 5 May 2012

Iwan Walet, Otak di Balik Kerusuhan Solo 3/5/2012

Ini merupakan foto Iwan Walet yang mengenakan kaos bola, pimpinan gengster preman Solo yang menyerang 2 pemuda Muslim dengan membacok, 1 korban yang tidak tahu menahu masalah pun menjadi sasaran amukan para preman dan terluka parah (3/5/2012).

Kejadian tersebut berlangsung tanpa diduga-duga. Sandi dan Tanto sepulang taziyah dari makam Purwoloyo Pucang Sawit yang berkendaraan sepeda motor di hadang puluhan preman di Pasar Tengklik tak jauh dari lokasi pemakaman. Puluhan preman tersebut bersenjatakan parang, pedang, balok kayu dan batu. Di sinyalir preman tersebut adalah antek-antek dari Iwan Walet.

Iwan Walet adalah seorang Kristen Katholik  mantan Kostrad yang dicopot secara tidak hormat karena sering melakukan tindak pidana. Setelah dia keluar dari Kostrad, dia terjun kedunia perwaletan dan menguasai beberapa Preman Kristen diSolo.

Iwan Walet merupakan salah seorang preman Solo yang dikenal karena aktivitasnya dalam dunia perwaletan dan kedekatannya dengan beberapa “Penggede” (orang-orang besar) dan tokoh-tokoh di Solo seperti Wakil Walikota Solo, Kasno (DPRD Solo dari PDI-P), Kusumo (Bos hiburan malam Solo Cafe, Panti Pijat, Diskotik, dan lain sebagainya).  Dengan kedekatannya itulah yang membuat dia kemudian merasa “Jumawa” (paling hebat).

D'masjid - Jihad

Bos Preman Penyerang Aktivis Muslim Solo Resmi Ditahan Polisi

Hal itu disampaikan Kapolres Solo Kombespol Asdjima’in dalam acara membahas perkembangan situasi terkini di Solo yang diprakarsai Pemkot Solo di Rumah Dinas Loji Gandrung.

“Sudah ada dua tersangka berinisial I dan C. Dua orang tersebut sudah kami tetapkan sebagai tersangka, sekarang ditahan di Mapolresta Solo. I dan C dinyatakan cukup bukti melanggar pasal 170 KUHP, dengan barang bukti yang disita adalah Sepotong besi (linggis), Batu, Jaket, Supra X 125 AD 
5423 HZ,” ucap Kapolresta saat memberikan kepada para perwakilan Ormas Islam dan wartawan.
Hadir dalam acara dalam acara ini KH. Sholihan (FKUB Solo), Prof. Dr. dr. Zaenal Arifin Adnan (MUI Solo), Joko Widodo (Walikota Solo), Dandim, Danrem, Ketua DPRD Solo, Muspika, Tokoh Gandekan, sedangkan hadir dalam elemen Islam adalah MTA, JAT, FPIS, LUIS, HTI dan NU. Hadir juga Aria Bima Anggota DPR RI dari Fraksi PDI-P.

Ketua MUI mengatakan bahwa kedua belah pihak agar bisa menahan diri. Ia sudah menemui Pimpinan dan Jama’ah Masjid Muhajirin selaku pihak korban. Ketua  MUI mengingatkan juga bahwa di Kampungnya Iwan di Gandekan pesta Miras ternyata tidak hanya malam Minggu, tetapi hampir setiap hari. Kasus bentrok di Solo patut dicermati juga bahwa sudah ada indikasi “politik”, tidak bisa lepas dari Pencalonan Gurbernur DKI.

Edi Lukito selaku Ketua LUIS mengatakan bahwa Kasus ini sebenarnya tak lepas dari kasus sebelumnya yakni Kasus Kipli di Kusumodilagan Pasar Kliwon (yang bersangkutan sudah tewas-red).
Pada saat itu, paska tewasnya Preman Kipli, sebanyak 117 Jamaah Masjid Muslimin di angkut ke Truk Dalmas dan dibawa ke Ruang Reskrim Poltabes Solo dan diperlakukan tidak  manusiawi yang dilakukan oleh Kanit Tipiter pada saat itu AKP Antonius Digdo Kristanto. Dan akhirnya 7 jamaah masjid ditahan, akhirnya di Vonis 4-5 tahun. Sementara itu, dalam Kasus Iwan Walet ini, hanya 2 orang yang ditahan dan menurut Ketua LUIS Ust Edi Lukito hal tersebut merupakan bentuk diskriminasi kepada Umat Islam.

“Ini Diskriminatif, dan dirasa tidak adil,” ujar Edi Lukito

Munawar tokoh Kampung Gandekan mengatakan, 2 hari berturut-turut membuat warga gandekan tidak bisa tenang. Bahkan tidak lagi terdengar suara Azan Ashar di Gandekan pada saat itu, karena penjagaan yang ketat dan gang ditutup. Ia sempat mewacanakan Iwan apa sebaiknya dipindah saja.

“Sudah 2 hari ini warga tidak bisa tenang dengan kejadian ini. Bahkan suara adzan-pun tidak terdengan karena penjagaan Polisi yang sangat ketat. Karenanya kita mewacanakan agar Iwan Walet dipindah saja dari sini,” tutur Munawar.

LUIS menyayangkan ketidakhadiran Wawali Solo, mestinya Ia bisa menjelaskan ke forum ini tentang posisinya, posisi para preman dan solusi terbaik untuk semua pihak.

Thursday 3 May 2012

Pendidikan yang Salah Sebabkan Disorientasi Kehidupan

SUATU kali, pemimpin Singapura, Lee Kuan Yew, mengingatkan generasi mudanya; “Hidup bukan cuma untuk sepotong roti. Masih ada bianglala di langit Singapura. Keberhasilan pembangunan fisik bukan segala-galanya dalam hidup ini.”

Ungkapan arif demi melihat kembali keluhuran tujuan hidup bukan tanpa alasan. Sekarang kita melihat generasi muda bangsa di dunia rata-rata berfikir dan berorientasi jangka pendek (mata’).

Pertanyaan umum klasik para calon mahasiswa di Amerika dari dulu sampai sekarang berkisar tentang kebimbangan/ketidakpastian tujuan hidup. “Bagaimana saya harus memutuskan apa yang harus saya lakukan setelah saya dewasa?”
Tapi sayang, perguruan tinggi tak bisa menjawab kegelisahan batin remaja dunia seperti itu. Bentuk baru kemiskinan idealisme generasi muda zaman ini ketika setiap fakultas hanya melaksanakan mandat mengajarkan kepada anak-anak bangsa untuk menjadi “mesin pembuat uang”.

Di seberang lain, perguruan tinggi harus merespon permintaan pasar sehingga berurusan dengan tujuan karir dan penambahan income belaka.

Pada saat yang sama, para guru bangsa --mereka yang berada di koridor kekuasaan, kelas menengah bangsa-- merasakan ketiadaan makna hidup semacam itu. Tidak sedikit yang bertanya sendiri dalam hati, hidup ini untuk apa, ketika sudah di puncak? Ketika semuanya sudah diperoleh dan sangat berlebih? Tetapi mengapa seperti terus saja terasa ada yang belum tuntas dan belum terjawab dengan tuntas ? Seperti ada yang belum terselesaikan? Pesona gemerlapan material, prestise, terbukti membuat pemburunya kecewa?

Kata orang, itulah salah satu fenomena “sakit jiwa” dalam kehidupan modern. Bentuk kekosongan spiritual insan berdasi karena tidak tepat memilih dan memutuskan tujuan hidup. Kecenderungan hidup untuk memiliki, bukan untuk menjadi bermakna dengan memberi. Kebanyakan mereka mempersepsikan, aktifitas memberi dan berkorban untuk sesama itu sebagai kehilangan, bukan mendapatkan.

Padahal, Islam, 13 abad telah mengingatkan banyak orang, sesungguhnya jika hidup hanya ditujukan mencari dunia, hanyalah fatamorgana dan tipuan belaka. Layaknya harta yang diberikan pada kaum kafir. Nampak ada, namun sesungguhnya tipuan.

“Dan orang-orang yang kafir, perbuatan mereka seperti fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi apabila didatangi tidak ada apa pun.” (QS. An-Nur (24) : 39).

Karena pemuasan kebutuhan psikologis, membuat orang yang mempercayakan kebahagiaan hidupnya pada kebendaan berubah karakternya. Mereka cenderung agresif, kompetitif, dan antagonistis. Wajah sipil tapi bertabiat militer. Bangsa maju yang berkarakter primitif. Bangsa yang bugar secara phisik, tetapi terluka jiwanya. Indikasinya, ketakutan akan kehabisan alat pemuas sesaat yang dianggap dapat mengancam kehilangan makna hidup itu, sehingga orang tak henti menimbun dan menumpuk harta. Siklus hidupnya tak lain; berebut pengaruh, posisi, nasi dan kursi. Sekalipun harus menghalalkan segala cara. Persetan dengan aturan halal dan haram.

Dari kecil, anak-anak bangsa di dunia, diajarkan kecanduan pada bendawi. Mereka menambah deretan panjang barisan kelas konsumen dunia, bukan di mata Tuhan. Mereka dibiasakan terbius oleh pemenuhan sesaat. “Besuk besak jadi apa? Dokter, ya,” bagitu para guru dan orangtua mendikte.

Karenanya, anak-anak tak lagi diajarkan dari mana kita ini lahir dan hidup, untuk apa dan mau kemana kita semua hidup?

Alhasil, materialisme yang membuat nilai-nilai, ikatan dalam keluarga dan masyarakat makin longgar. Kita lebih suka berikirim SMS daripada datang langsung untuk bersalaman dengan sahabat, saudara bahkan tetangga sebelah rumah.Banyak waktu, tapi seolah sibuk dan kekurangan waktu. Kita terasing di tengah keramaian dan kerumunan manusia. Kita berdekatan dengan anak, istri, saudara dan handai tolan, tetapi sesungguhnya hati terasa jauh.

“Industri hati yang sepi,” itulah tema dunia yang kini banyak diminati masyarakat modern. Mereka merasakan kesepian dan kekosongan jiwa, kian terpojok pada rasa nihilistik.

Dalam sebuah media, dicerikan, bagaimana generasi muda Jepang sekarang membenci orangtua mereka sendiri yang pandangan hidupnya cuma untuk kerja dan kerja (karosi). Mereka mengucilkan orangtua yang telah membuat hidup keluarga mereka terlanjur tak bahagia. Orang sekarang mengisi kehidupannya di mall dan diskotik, tempat rekreasi, di ajang politik, free seks, narkoba, dan entah apa lagi. Tetapi sayang, mereka tidak menemukan yang dicarinya di sana. Karena kebahagiaan bukan berbentuk barang yang harus diburu di tempat tertentu. Apa yang diidamkan terwujud, hanya saja membuat pemiliknya justru kehilangan. Mirip dengan hati sanubari yang menyelimuti orang-orang kafir. Allah mengibaratkan padanya seperti gelap tapi masih diliputi awan berlapis-lapis. Itulah hati dan jiwa orang yang tak pernah merasakan “cahaya” iman.

أَوْ كَظُلُمَاتٍ فِي بَحْرٍ لُّجِّيٍّ يَغْشَاهُ مَوْجٌ مِّن فَوْقِهِ مَوْجٌ مِّن فَوْقِهِ سَحَابٌ ظُلُمَاتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ إِذَا أَخْرَجَ يَدَهُ لَمْ يَكَدْ يَرَاهَا وَمَن لَّمْ يَجْعَلِ اللَّهُ لَهُ نُوراً فَمَا لَهُ مِن نُّورٍ

“Atau (keadaan orang-orang kafir) seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah gelap gulita yang berlapis-lapis. Apabila dia mengeluarkan tangannya hampir tidak dapat melihatnya. Barangsiapa tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, maka dia tidak mempunyai cahaya sedikitpun." (QS. An-Nur (24) : 40).”

Sebut saja Negara Amerika Serikat (AS), tercatat sudah menjadi mall terbesar di dunia. Lebih banyak mall dibangun di dunia dibanding dengan sekolah atau gereja. Lebih banyak alat elektronik canggih diciptakan. Semua untuk pemuas kehidupan manusia. Hanya saja, tidak bisa menolong orang dengan krisis spiritual dalam kehidupan yang glamor. Kelaparan orang modern berbentuk miskin orientasi dan sikap hidup.

Pendiri Sightline dan peneliti senior di Institut Worldwatch di Washington, DC, Alan Thein Durning pernah mengatakan, gaya hidup konsumerisme Barat tak membuat kebahagiaan orang meningkat. Peningkatan gizi, minim sekali sumbangannya bagi kebahagiaan orang seorang di Amerika Serikat, dari tahun 1957 sampai sekarang tetap saja sepertiganya. Padahal selama lebih dari tiga dasawarsa, pola hidup konsumerisme telah berlipat kali lebih besar.

Akibatnya, banyak anak di dunia harus menggendong cita-cita, ambisi, dan falsafah hidup yang keliru yang bukan miliknya sendiri. Mereka memikul ambisi orangtua, kemauan politik, dan kesalahan sistem pendidikan bangsanya. Mereka disetting agar siap sukses dan berprestasi di mata dunia (dalam ukuran-ukuran materi dan finansial). Mereka dipilihkan jalan hidup yang terbukti salah.

Kita, rupanya ikut terlanjur mengajarkan pada anak-anak untuk menjadi “nomor satu”, seperti dilazimkan dalam kredo bangsa Amerika. Semua anak digiring bercita-cita agar menjadi dokter, insinyur, atau apa saja karena profesi semacam itu dinilai orang potensial meraup uang. Karenanya, Mohammad Iqbal pernah mengatakan, ”Pendidikan modern tidak mengajarkan air mata pada mata, dan kekhusuan di hati”, serta karakter.”

Saatnya kita dan anak-anak kita memerlukan logoterapi, bentuk terapi agar hidup yang pecah menjadi utuh dan bernilai. Sekarang kita membutuhkan kembali ilmu kehidupan itu bagi semua anak bangsa agar tahu bahwa menemukan cara hidupnya yang indah sama baiknya dengan cara matinya yang mempesona. Kematian yang berkesan dihati banyak orang. “‘isy kariiman au mut syahiidan.”

Adalah Ibrahim Al A’zham, seorang putra mahkota yang akhirnya memilik keluar dari istana dan menyukai tinggal di luar kekuasaan. Dalam sebuah doa di shalat tahajjutnya, ia memanjatkan doa. “Kami merasakan kelezatan spiritual, sekiranya para raja mengetahui bahwa sumber kebahagiaan bersumber dari sini, mereka akan menguliti kami karena dengki.” Inilah iqamatul haq (panggilan kebenaran) dan iqamatud din (panggilan agama) yang harus kita ajarkan pada anak-cucu kita

Tuesday 1 May 2012

Hadiri HUT Israel, NasDem Dianggap Tidak Pro-Islam

 Sejumlah tokoh, pejabat bahkan mantan pentolan pemuda muslim asal Indonesia disinyalir menghadiri HUT kemerdekaan Israel ke-64, di gedung School of the Arts di jantung Singapura, pada Kamis (26/4/2012).

Padahal seperti kita ketahui, mayoritas rakyat Indonesia -khususnya mereka yang muslim- bersama pemerintah teguh berprinsip tidak akan mengakui negara Israel lantaran penjajahan mereka terhadap Palestina.

Seperti dikutip merdeka.com, para tamu dari Indonesia itu semua ternyata muslim. Mereka adalah politikus tersohor bersama istri berjilbab, dua perwakilan dari KADIN (Kamar Dagang dan Industri), pengusaha, dan bekas petinggi organisasi pemuda Islam.

Selain bahasa Indonesia yang mereka gunakan, mereka kelihatan berbeda ketimbang tamu lain lantaran berpakaian batik. Ada bercorak kota-kotak warna merah dan batik coklat. Tiga di antaranya mengenakan setelan jas.

Namun dari para tamu yang tertangkap kamera, jelas terlihat Ferry Mursyidan Baldan, mantan politisi partai Golkar yang saat ini manjadi politisi partai Nasional Demokrat (Nasdem) pimpinan Surya Paloh.

Mendapat kabar tersebut, aktifis kemanusian yang peduli terhadap Palestina, dr. Joserizal Jurnalis mengecam keras kelakuan sejumlah tokoh tersebut. Menurutnya, mereka yang menghadiri HUT Kemerdekaan Israel telah melanggar konstitusi. “Yang jelas mereka melanggar konstitusi,” tuturnya kepada voa-islam.com, Senin (30/4/2012).

Ia juga menegaskan bahwa salah seorang yang ada di foto tersebut adalah Ferry Mursyidan Baldan.  “kalau di foto itu Ferry Mursyidan Baldan,” kata pendiri organisasi kemanusiaan Mer-C (Medical Emergency Rescue Committe) ini.

Ia menilai bahwa dalam pembukaan UUD 45 dinyatakan bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, maka menghadiri HUT kemerdekaan Israel sebagai negara penjajah yang berdiri di atas tanah Palestina, jelas merupakan pelanggaran konstitusi dan mengkhianati negara.

“Di pembukaan konstitusi Republik Indonesia itu ada, bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan penjajahan itu harus dihapuskan dari muka bumi karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan prikeadilan, itu jelas! Kalau itu dia langgar, dia mengkhianati negara ini, itu saja!” pungkasnya.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Faried - Premium Blogger Themesf | Affiliate Network Reviews