Saturday 28 December 2013

Mewaspadai Pikiran 'Nyleneh' Gus Dur


NU Tersihir Pluralisme dan Multikulturalismenya Gus Dur

Meninggalnya Gus Dur bukan hanya disusul dengan munculnya fitnah di antaranya orang-orang cari berkah ke kuburannya, mengada-adakan aneka bid’ah, do’a lintas agama dan sebagainya yang semuanya tidak sesuai dengan Islam; namun memunculkan pula gelar bapak pluralisme dan multi kulturalisme. Tidak tanggung-tanggung, gelar itu dari Presiden SBY (Soesilo Bambang Yudhoyono) walau sampai menjelang meninggalnya, Gus Dur sikapnya sangat keras terhadap Presiden itu.

Sebagaimana diberitakan Okezone (Senin, 19 Mei 2008 – 17:24 wib), Gus Dur pernah mengatakan: “Saya sudah tidak mengakui SBY sebagai Presiden. Semakin banyaknya masalah yang melanda negeri ini adalah bukti ketidakberesan pemerintah dalam memimpin negeri ini.”

Pernyataan tersebut dilontarkan Gus Dur dalam sambutan di acara Munas Alim Ulama, yang berlangsung di Hotel Kartika Chandra, Jalan Gatot Subroto,Jakarta, Senin, 19 Mei 2008. (http://news.okezone.com/read/2008/05/19/1/110686/gus-dur-sudah-tak-akui-sby-sebagai-presiden)

Bahkan menjelang ajalnya Gus Dur sempat memberikan wasiat kepada 30 tokoh dalam pertemuan tanggal 4 Desember 2009 di kediaman Soetardjo Soeryoguritno (mantan Ketua MPR) di Jalan Denpasar, Kuningan, Jakarta. Isi pesannya: turunkan SBY dan gantikan dengan pemerintahan baru. Wasiat itu disampaikan oleh Sri Bintang Pamungkas dan Ridwan Saidi pada sebuah diskusi yang berlangsung di markas Benteng Demokrasi Rakyat (Bendera), jalan Diponegoro 58 (eks kantor PDI), Menteng, Jakarta Pusat, pada hari Ahad tangal 3 januari 2010. (nahimunkar.com, January 7, 2010 2:18 am)

Gelar bapak pluralisme dan multikulturalisme itu walaupun yang mengucapkan presiden namun istilah itu sendiri mengandung makna menyamakan semua agama. Bahkan multikulturalisme itu sendiri lebih dahsyat lagi, semua kultur di dunia ini berkedudukan sama, tidak boleh ada kultur yang dipandang paling benar. Sedangkan Islam hanya dipandang sebagai bagian dari kultur, maka ketika Islam menyatakan hanya Islam lah yang benar, maka dianggap sebagai sumber konflik. Jadi bagaimanapun, istilah pluralisme, walaupun tidak disebut pluralisme agama, ketika disandingkan dengan multikulturalisme maka sudah jelas maknanya, yakni faham yang telah diharamkan oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia) tahun 2005, dan Ummat Islam dilarang mengikutinya.

Lebih jelasnya, faham multikulturalisme Gus Dur itu seperti apa, inilah tulisan seorang ketua PBNU:
Gagasan Gus Dur tentang multikulturalisme adalah keinginannya agar kemajemukan yang terdapat dalam berbagai kelompok sosial dipahami sebagai khazanah kekayaan bangsa. Setiap pribadi berhak melakukan pilihan terhadap agama dan tradisi budayanya oleh karena itu baik negara maupun masyarakat harus menghargai serta menghormatinya. 

Lebih dari itu, negara hendaklah memberikan pelayanan yang sama terhadap semua warga negaranya tanpa kecuali. Demikian juga tradisi budaya yang ada dalam setiap kelompok sosial hendaklah dipahami sebagai nilai-nilai kehidupan dunia (world life). Negara memiliki jarak yang sama terhadap setiap warganya.
Oleh karena itu multikulturalisme dalam pandangan Gus Dur adalah bahwa keragaman bukan saja diakui akan tetapi harus diberikan kebebasan karena dengan keragaman maka akan saling melengkapi satu dengan yang lain. Sekarang, keragaman identitas menjadi persoalan yang serius dalam perjalanan bangsa Indonesia.
M RIDWAN LUBIS, Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ketua PB NU, Multikulturalisme , waspada.co.id, Wednesday, 06 January 2010 06:02 )


Mari kita simak kembali gagasan Gus Dur tentang multikulturalisme:

Setiap pribadi berhak melakukan pilihan terhadap agama dan tradisi budayanya oleh karena itu baik negara maupun masyarakat harus menghargai serta menghormatinya.

Ungkapan itu menunjukkan, semuanya serba boleh, asal itu namanya agama dan tradisi budaya, maka Negara maupun masyarakat harus menghargai serta menghormatinya. Ini jelas ajaran syetan melek-melekan. Kalau zina sudah diaku oleh orang sebagai tradisi budayanya maka Negara maupun masyarakat harus menghargai serta menghormatinya. Ini tidak lain hanya akan menjerumuskan manusia ke jurang hawa nafsu yang sangat dalam dan menjadi rekanan syetan serta musuh Allah Ta’ala. Karena di Indonesia ini betapa banyaknya tradisi budaya yang sangat bertentangan dengan Islam, dengan aneka kemusyrikannya, dosa yang tidak diampuni Allah Ta’ala, bila pelakunya sampai meninggal tidak bertaubat. Misalnya ruwatan (acara kemusyrikan untuk membuang sial agar tidak dimangsa Betoro Kolo), larung laut yakni melarung sesaji ke laut, mengadakan upacara sesaji ke gunung, menyembelih tumbal (untuk syetan) ke sungai, pohon, tempat-tempat tertentu dan sebagainya. Itu semua disebut tradisi budaya. Ketika Negara dan masyarakat harus menghargai serta menghormati, berarti Ummat Islam dilarang amar ma’ruf nahi munkar. Karena ketika mencegahnya berarti melawan multikulturalisme yang dikembangkan jenate (mendiang) Mbah Gus Dur.

Kalau seorang dosen di perguruan tinggi Islam terkemuka di Indonesia, dan sekaligus ketua satu organisasi namanya saja organisasi pakai ulama tetapi menjunjung dan menyebarkan faham busuk orang yang berfikiran kotor (karena melawan Islam) seperti itu, maka hancurlah orang-orang yang disesatkannya!

Astaghfirullahal ‘Adhiem.

NU Gusdurisme

Adanya gelar bapak pluralisme dan multikulturalisme untuk Gus Dur itu satu sisi tampaknya dibanggakan oleh orang yang mengekspose faham multikulturalismenya Gus Dur barusan, (sampai-sampai dia menulis opini diawali dengan kalimat: Wafatnya Abdurrahman “Gus Dur” Wahid beberapa hari yang lalu menyadarkan kita kembali betapa bermaknanya sosok beliau) tetapi bagi sebagian yang lainnya, gelar tersebut tampaknya menimbulkan semacam rasa risih. Maka muncullah pernyataan Hasyim Muzadi ketua umum PBNU secara miring-miring bahwa konsep pluralisme di NU bukan pluralisme teologis “tahu campur” namun pluralisme sosiologis.

Muncul pula pernyataan seorang Kiyai dari Jember Jawa Timur bahwa Gus Dur tidak pernah terdengar pernyataannya bahwa dia menyamakan semua agama.

Pernyataan petinggi NU dan Kiyai NU itu tampaknya membela NU dan sekaligus membela Gus Dur. Namun justru memperlihatkan, ketika mereka membela Gus Dur seperti itu, maka sejatinya NU secara disadari atau tidak adalah sudah berfaham Gusdurisme, yakni menyamakan semua agama, pluralisme agama dan multikulturalisme.

Di samping itu, sekalipun Hasyim Muzadi menegas-negaskan bahwa konsep pluralisme di NU adalah pluralisme sosiologis, bukan teologis, namun tidak ada bukti yang nyata. Cara bersikap NU dalam berhubungan dengan golongan lain secara sosiologis, ternyata sering-sering NU lebih dekat dengan orang-orang kafir daripada orang Muslim yang menegakkan Sunnah dan memberantas bid’ah. Dari lembaga resmi di bawah NU seringkali disaksikan oleh masyarakat bahwa mereka rajin menjaga gereja-gereja di hari-hari raya orang kafir, sementara wala’ (kecintaan) terhadap sesama Muslim apalagi yang menegakkan Sunnah dan memberantas bid’ah maka jauh dari tuntutan Islam. Lantas, pluralisme sosiologis NU itu apakah artinya asyiddaa’u ‘ala ba’dhil mu’minin wa ruhamaau bainahum wa bainahum? Bersikap keras terhadap sebagian orang mu’min (terutama yang menegakkan Sunnah bahkan mau menerapkan syari’ah) dan berkasih sayang antara mereka dan mereka (di luar Islam)?

Lisaanul hal afshohu min lisaanil maqol, kenyataan yang ada lebih jelas daripada perkataan yang diucapkan. Padahal tuntunan dalam Al-Qur’an menyebutkan:

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka (QS Al-Fath/ 48: 29)

Dari bukti itu, pluralisme sosiologis ala NU pun tetap condong kepada pihak gereja daripada kepada mu’minin yang menegakkan Sunnah memberantas bid’ah. Sehingga, pada hakekatnya justru Hasyim Muzadi menambahi penjelasan kepada masyarakat, sebenarnya NU itu pluralismenya seperti apa, di samping pluralisme yang sudah dipelopori oleh Gus Dur, yang bukti-buktinya akan kita baca berikut ini.

Mari kita simak bukti-bukti bahwa Gus Dur memang benar-benar pluralis dalam arti sebagaimana istilah itu sendiri yang bermakna menyamakan semua agama, hanya beda teknis; apalagi ketika disandingkan dengan istilah multikulturalisme.

Inilah pluralismenya Gus Dur

Inilah pluralismenya Gus Dur yang menyiarkan bahwa taqwa itu tidak pandang agama, “Tidak peduli muslim atau bukan.”

Pernyataan Gus Dur itu dia pidatokan, dan dimuat di situs lembaga dia, The Wahid Institute.
Padahal taqwa itu menurut Umar bin Khathab adalah taqwa (menjaga diri) dari kemusyrikan.
Jadi otomatis orang musyrik sama sekali tidak bertaqwa. Tetapi menurut Gus Dur, tidak peduli muslim atau bukan.

Betapa jauhnya antara pemahaman Gus Dur dengan pemahaman Umar bin Khatab.
Inilah teks berita pidato Gus Dur:
Selasa, 29 Januari 2008 05:01

Islam dan Umat Agama Lain

“Ketakwaan Bukan Monopoli Islam”

Presiden Republik Indonesia ke-4 KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menyatakan, ketakwaan bukanlah ukuran spesifik dalam Islam. Ketakwaan juga dimiliki orang nonmuslim, baik Yahudi, Nasrani maupun yang lain. Ini, katanya, berdasarkan firman Allah Swt: Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah Swt ialah orang yang paling bertakwa. (Qs. al- Hujurat: 13).

“Berdasarkan ayat ini, takwa itu bukan monopoli orang Islam saja.”

Demikian dikatakan mantan ketua PBNU itu saat menjadi narasumber pada Workshop Islam dan Pluralisme V bertema Islam dan Umat Agama Lain di Kantor The WAHID Institute Jl. Taman Amir Hamzah No. 8 Matraman Jakarta, Jum’at (18/01/2008) malam. Hadir juga sebagai narasumber Ketua PCNU Kota Bandung KH. Maftuh Kholil. Dan tampak Direktur the WAHID Institute Yenny Wahid. Sedang peserta forum tersebut adalah pendeta, calon pendeta dan aktivis sosial Kristen.

Takwa atau ketakwaan, kata Gus Dur, itu bermakna takut kepada Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang betul-betul takut pada Tuhan, imbuhnya, dia telah bertakwa. “Tidak peduli muslim atau bukan,” ujarnya. “Tolong ini dipikirkan lebih jauh lagi. Saya nggak ada waktu lagi untuk semua ini,” imbuhnya disambut tawa.

http://www.wahidinstitute.org/Programs/Print_page?id=67/hl=id/Islam_Dan_Umat_Agama_Lain_Ketakwaan_Bukan_Monopoli_Islam

Komentar kami: Coba bandingkan dengan penjelasan ahli tafsir, bahwa taqwa itu dalam ayat

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah Swt ialah orang yang paling bertakwa. (Qs. al- Hujurat: 13).
Artinya bahwa Allah Ta’ala lebih tahu kepadamu dengan tingkatan-tingkatanmu dalam iman.[1]

Sedangkan menurut Umar bin Khatab, orang yang paling taqwa (menjaga diri) adalah orang yang paling taqwa (menjaga diri) terhadap kesyirikan.[2]

Yang ulama tafsir merujuk kepada Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan, taqwa itu menjaga diri dari kemusyrikan, sedang faham yang disebarkan Gus Dur, taqwa itu “Tidak peduli muslim atau bukan”.

Masa sih orang musyrik bertaqwa, wahai para pendukung Gus Dur?

Mari kita bandingkan, taqwa menurut Gus Dur dengan sifat orang yang bertaqwa menurut Al-Qur’an.

Takwa atau ketakwaan, kata Gus Dur, itu bermakna takut kepada Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang betul-betul takut pada Tuhan, imbuhnya, dia telah bertakwa. “Tidak peduli muslim atau bukan,” ujarnya.

Pernyataan Gus Dur itu sangat melawan ayat al-Qur’an yang mensifati orang yang bertaqwa dalam awal-awal Surat Al-Baqarah:

Alif Laam Miim.

Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,

(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka,

dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.

Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung. (QS Al-Baqarah: 1-5).

Dalam Al-Qur’an dan Terjemahnya terbitan Departemen Agama RI ada penjelasan, di antaranya:
  • Takwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.
  • Iman ialah kepercayaan yang teguh yang disertai dengan ketundukan dan penyerahan jiwa. tanda-tanda adanya iman ialah mengerjakan apa yang dikehendaki oleh iman itu.
  • Yang ghaib ialah yang tak dapat ditangkap oleh pancaindera. percaya kepada yang ghaib yaitu, mengi’tikadkan adanya sesuatu yang maujud yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, karena ada dalil yang menunjukkan kepada adanya, seperti: adanya Allah, malaikat-malaikat, hari akhirat dan sebagainya.
  • Shalat menurut bahasa ‘Arab: doa. menurut istilah syara’ ialah ibadat yang sudah dikenal, yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam, yang dikerjakan untuk membuktikan pengabdian dan kerendahan diri kepada Allah. mendirikan shalat ialah menunaikannya dengan teratur, dengan melangkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan adab-adabnya, baik yang lahir ataupun yang batin, seperti khusu’, memperhatikan apa yang dibaca dan sebagainya.


Mari kita tes: Apakah agama apa saja selain Islam ada yang berimannya sesuai dengan Al-Qur’an?

Apakah agama selain Islam keimanannya terhadap hal ghaib sesuai dengan suruhan Al-Qur’an.

Apakah agama selain Islam, shalatnya sesuai dengan yang dijelaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah seperti yang didefinisikan tersebut di atas?

Apakah selain Islam ada yang beriman kepada Al-Qur’an?

Al-Qur’an pun menjawab:

Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS Al-Baqarah: 137

Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu (Allah biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan) dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. (QS An-Nisaa’: 115, 116).

Jelaslah, pendapat Gus Dur tersebut sangat bertentangan dengan Al-Qur’an.

Di samping menganggap taqwa itu tak peduli muslim atau non muslim, masih pula Gus Dur mendirikan pesantren multi agama Soko Tunggal di Mijen,Semarang, Jawa Tengah.

Masih ragukah wahai para pendukung Gus Dur bahwa itu semua bertentangan dengan Islam bahkan pemurtadan model baru?

Masih ragukah bahwa sejatinya yang terjadi adalah pembusukan besar-besaran di NU bahkan di Ummat Islam dan di perguruan tinggi Islam se-Indonesia dengan adanya faham pluralisme agama yang diharamkan oleh MUI itu sekarang digembar-gemborkan dan disuntikkan kepada Ummat Islam lewat lembaga-lembaga pendidikan Islam negeri dan swasta, bahkan ormas-ormas Islam wabil khusus NU?

Departemen Agama, UIN, IAIN, STAIN, STAIS dan semacamnya serta NU dan lainnya sekarang sudah jadi ajang pembusukan Islam oleh mereka-mereka yang menjajakan pluralisme agama dan multikulturalisme secara sistematis dan dikomandoi oleh petinggi negeri ini. Sadarlah wahai saudara-saudaraku…
 
Ini Dia, Kader NU Yahudikan Diri Dari PMII Menuju Yahudi
11 January 2011 | Filed under: Yahudi | Posted by: nahimunkar.com
Ini Dia, Kader NU Yahudikan Diri
Dari PMII Menuju Yahudi
Lewat BMNU (Barisan Muda Nahdlatul Ulama),  Ketang pernah berusaha mendatangkan Menlu Israel
Meskipun aktif di organisasi pemuda Islam dan bernama asli khas Muslim dan pernah masuk pesantren, pria berkulit gelap itu bisa dibilang bukan lagi penganut Islam. Dalam sebuah diskusi tentang agama di milis yang diikutinya, dia mengaku sebagai seorang penganut  Kabbalah, yang disebutnya sebagai aliran Yahudi ultra ortodoks. Dia bahkan terlihat fasih mengutip Talmud, Midras, dan sumber-sumber suci yang diyakini Yahudi.
Hidayatullah.com–Akhir Januari 2010, beberapa media mainstream lokal memuat berita tentang peluncuran Indonesia Business Lobby oleh Indonesia-Israel Public Affairs Committee-IIPAC. Lembaga tersebut diresmikan pada Jumat 29 Januari 2010, dengan tujuan memfasilitasi investasi Yahudi dari seluruh dunia di Indonesia.
Menurut Direktur Eksekutif IIPAC, Benjamin Ketang, organisasinya bekerjasama dengan AIPAC–lobby Yahudi terbesar di Amerika Serikat–dan AIJAC, sejawat mereka di Australia.
“No problem, we’re ready,” demikian kata Benjamin Ketang sebagaimana dikutip The Jakarta Post(29/01/2010) dari tempointeraktif.com, saat dimintai tanggapan tentang kemungkinan protes dari Muslim terhadap lembaganya.
Pernyataan siap Ketang tersebut, tentu menarik untuk ditelusuri lebih lanjut. Apakah IIPAC dan siapakah Benjamin Ketang?
Organisasi Yahudi “Made in” Jember
IIPAC didirikan tahun 2002 dan berkantor di sebuah tempat di Jakarta Selatan. Demikian media banyak memberitakan.
Tempat yang dimaksud mungkin adalah di Plaza Great River Indonesia, 15th Floor Jl. HR. Rasuna Said Kav X2 No. 1 Kuningan. Sebuah alamat yang menjadi bagian dari signature email Benjamin Ketang. Lengkap dengan alamat situs IIPAC di iipac.wordpress.com.
Namun menurut sebuah dokumen yang ditampilkan di situs IIPAC, organisasi itu tercatat berdomisili di Jember, Jawa Timur. Surat Keterangan Domisili yang ditandatangani oleh Kepala Desa bernama Hadi Supeno pada tanggal 25 Agustus 2010 bernomor Reg: N470/    /35.11.2003/2010, menyebutkan bahwa The Indonesia-Israel Public Affairs Committee merupakan sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang “betul-betul berdomisili di Desa Tamansari, Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember yang beraktifitas secara nasional dan internasional.”
Kedengarannya tentu aneh, bahwa ada sebuah organisasi internasional–terlebih berkaitan dengan lobi Yahudi–berdomisili di sebuah desa di Jember. Desa yang bahkan mungkin tidak dikenal oleh sebagian masyarakat Kabupaten Jember. Terlebih jika mencermati surat keterangan domisili, nomor registrasi bahkan terlihat tidak lengkap, ada ruang kosong di antara “/   /”, sebuah kekosongan yang tidak jamak untuk surat sepenting itu.
Mengenai klaim kerjasama IIPAC dengan sejawat mereka di Australia AIJAC (Australia/Israel & Jewish Affairs Council) sebagaimana yang disebut Ketang, sejauh penelusuran kami, belum tersiar berita tentang kerjasama tersebut. AIJAC justru pernah memberangkatkan sejumlah wartawan Indonesia ke Israel–di antaranya editor The Jakarta Post Endy M. Bayani–lewat program Ramban Israel Fellowship pada Oktober 2007, sebuah program tahunan kunjungan ke Israel bagi para politisi senior, penasihat politik, jurnalis, pejabat senior pemerintah dan para pemimpin organisasi mahasiswa.
Demikian pula kerjasama antara IIPAC dengan organisasi lobi Israel di Amerika Serikat AIPAC (American Israel Public Affairs Committee). Jika kita mencari informasi tentang IIPAC di situs AIPAC, sepertinya nama organisasi tersebut belum dikenal.
Ketang sendiri sudah menyuarakan IIPAC di lingkungan pemuda Nahdlatul Ulama sejak awal tahun 2000-an. Tanggal 4 Oktober 2002 dia menawarkan pelatihan internasional IICA (Indonesia-Israel Cooperation Associaton) 2003 yang bekerjasama dengan Kementerian Luar Negeri Israel kepada anggota KMNU 2000 atau organisasi yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama lainnya lewat sebuah milis.
Dalam sebuah emailnya (18/09/2002) menjawab pertanyaan rekannya, dikatakannya bahwa IICA/IIPAC diharapkan menjadi sistem yang dibangunnya dan “personal saya mendapat support dari kyai kyai saya waktu di Pondok.” Ditambahkannya, “Sebentar lagi IICA mau punya website, tinggal cari investornya, untuk operasional.”
Lewat Barisan Muda Nahdlatul Ulama (BMNU) pada bulan Maret 2002, Ketang dan kawan-kawannya berusaha mendatangkan Menlu Israel –saat itu Shimon Perez– ke Jakarta untuk berbicara di acara “Grand Design Nahdhatul Ulama (NU) antara Kultural dan Kepentingan Global” pada 30-31 Maret 2002.
Menanggapi undangan BMNU terhadap Perez tersebut, Rois Syuriah Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) KH Said Aqiel Siradj mengatakan, pihaknya tak berhak melarang BMNU mengundang Perez. Pasalnya, BMNU bukan organisasi resmi, dan bukan bagian dari struktur dalam organisasi NU (Koran Tempo 23/03/2002).
Penganut Kabbalah
“Anak Kedua dari Pak Ketang ini mewarisi watak ayahnya yang selalu peduli terhadap lingkungan masyarakatnya. Setelah berhasil disekolahkan Gus Dur di Timur Tengah, Hebrew University Jerusalem.”
Demikian keterangan dalam sebuah profil singkat tentang sosok bernama Benjamin Ketang dalam jajaran pengurus inti LSM Tamansari Center. Sebuah LSM yang menurutnya merupakan “kampus berjalan bagi medium pemberdayaan masyarakat Indonesia.” Sama seperti IIPAC, LSM ini juga “bertempat tinggal” di desa Tamansari, Wuluhan, Kabupaten Jember.
Benjamin Ketang, atau menurut informasi yang kami dapat bernama asli Nur Hamid Ketang, adalah seorang pria kelahiran 22 September 1972 di Jember.  Dia alumnus S1 Bahasa Inggris FKIP Universitas Jember (1999).  Setelah itu dia melanjutkan pendidikan S2 (MA) ke Jewish Civilization, The Rothberg International School, The Hebrew University of Jerusalem (2004). Bagaimana bisa melanjutkan ke universitas milik Yahudi? Jawabannya kemungkinan besar seperti yang dia tulis dalam profil singkat di situs Tamansari Center, disekolahkan oleh Gus Dur (mantan presiden Indonesia ke-4).
Tidak jauh dari lingkaran pusat kekuasan negara Indonesia, sepertinya menjadi sebuah misi tersendiri bagi ayah dari Atikah Shabad Kadisha itu. Ben Ketang tidak ragu menampilkan nama KH. Abdurahman Wahid (presiden RI ke-4), disamping nama Prof. Dr. Sambas Wirakusumah sebagai referee di dalam curriculum vitae-nya. Foto Yeni Wahid, putri Gus Dur, ketika mengunjungi lokasi banjir di wilayah Lamongan-Bojonegoro pun dipajang di album photostream-nya bersama foto-foto bugil/semi bugil artis Cut Keke, Ayu Azhari dan beberapa perempuan lain, serta foto pribadinya.
Hubungan dekat antara Gus Dur dengan Hamid “Ben” Ketang, pria Jember yang logat Jawanya cukup kental itu bisa dimaklumi. Sebagaimana diketahui sebagian orang, Ben Ketang adalah seorang aktivis di organisasi kepemudaan Nahdlatul Ulama. Nama Abdul Rasyad Ketang, Hamid Ketang, Benjamin Ketang, Yushav Ketang–yang sangat kentara adalah orang yang sama–terlihat cukup aktif menyuarakan kepentingan dan perlunya Yahudi hadir di Indonesia di dalam sebuah milis pemuda NU.
Dia pernah menjadi pengurus di Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia, organisasi mahasiswa yang memiliki keterkaitan dengan Nahdlatul Ulama. Hanya saja dia menyatakan pamit dari kepengurusan di Pengurus Besar PMII “Putih” pada 1 Nopember 2002, untuk memusatkan perhatian pada studinya ke Yerusalem dan pengembangan Indonesia-Israel Cooperation Associaton (IICA), sebagaimana ditulis dalam emailnya kepada rekan-rekannya di PMII.
Namun rupanya sosok Nur Hamid alias Benjamin itu punya catatan yang kurang baik di PMII. Menurut informasi yang disampaikan anggota milis yang diikutinya hingga kini, dia pernah mencuri dan menjual informasi PMII Jember ke pihak lain. Dan hal itu diamini oleh anggota yang lain. Ketang juga berpetualang di Yayasan Khas pimpinan Said Agil Siradj, Partai Buruh Nasional (informasi ini dicantumkan dalam CV-nya), Barisan Muda Nahdlatul Ulama sepulangnya dari Israel, dan kumpul-kumpul dengan aktivis GP Ansor.
Rekan milisnya bahkan geram, karena Nur “Ben” Hamid berkata, “Saya puas dan benar-benar puas karena sekarang Banser sudah dicap sebagai teroris internasional,” saat mengomentari dimasukkannya Barisan Serba Guna Ansor NU sebagai organisasi teroris di dalam buku “Encyclopedie du Terrorisme International” karya penulis Prancis Thierry Vareilles, terbitan L’Harmattan September 2001.
Masih seputar lingkar kekuasaan, Benjamin Ketang rupanya tidak ingin melepaskan kesempatan masuk dalam partai yang sekiranya bisa disusupi. Sebagaimana ditulis dalam CV-nya, tahun 2004 dia ambil bagian sebagai Champaign Consultant for Media and News Strategies Partai Demokrat saat Kampanye Presiden SBY. Dan ada yang menarik mengenai Benjamin Ketang dan Partai Demokrat. Ketika mengomentari lepasnya pos Kementerian Agama–yang menurut kebiasaan selalu dipimpin oleh orang berlatar belakang Nahdlatul Ulama–ke tangan kader Partai Keadilan Sejahtera, dia menulis dalam sebuah milis (20/10/2009), “Relax aja bro, kita tinggal 2-3 langkah kita kuasai negeri ini bro, PKS itu semua ada dalam setting kita anak muda NU, termasuk Partai Demokrat!”
Meskipun aktif di organisasi pemuda Islam dan bernama asli khas Muslim dan pernah masuk pesantren, pria berkulit gelap itu bisa dibilang bukan lagi penganut Islam. Dalam sebuah diskusi tentang agama di milis yang diikutinya, dia mengaku sebagai seorang penganut  Kabbalah, yang disebutnya sebagai aliran Yahudi ultra ortodoks. Dia bahkan terlihat fasih mengutip Talmud, Midras, dan sumber-sumber suci yang diyakini Yahudi.
Jika Direktur Eksekutif AIJAC Colin Rubenstein dalam tulisannya di Jerusalem Post (10/01/2010) menyebut Gus Dur sebagai “a true friend”, teman sejati. Kesejatian dan kecintaan terhadap Israel juga coba ditularkan Benjamin Ketang kepada putri pertamanya hasil pernikahan dengan Atik Kustini yang lahir pada 23 Januari 2010, Atikah Shabad Kadisha.
Tidak hanya menamainya dengan nama khas Yahudi, Ketang membuat beberapa rekaman video bersama anaknya yang diunggah ke Youtube, di mana dia sedang menghibur bayinya sambil menyanyikan lagu kebangsaan Israel “Hatikva” dalam bahasa Ibrani sambil bercengkrama dengan istrinya. [*]
Sumber: hidayatullah.com, Thursday, 06 January 2011 11:49

Ironi POLRI, Baju Santa lebih 'Ideal' Dibanding Jilbab


Menteri Agama Suryadharma Ali mengaku khawatir dengan berbagai upaya pendangkalan akidah yang terus terjadi di masyarakat Indonesia belakangan ini.

Ia mencontohkan beberapa fakta yang telah terjadi. Seperti di kota besar, banyak wanita Muslimah yang mau berjilbab, tetapi tidak bisa. Sebab, di negeri yang mayoritas Islam ini, penggunaan jilbab diatur sangat ketat. “Contoh yang mudah di pertelevisian, kepolisian, dan beberapa pramuniaga di pusat perbelanjaan,” kata dia.

Di pertelevisian, jelas Menag, pembawa acara akan diprioritaskan bagi mereka yang tidak menggunakan jilbab. Hal ini juga terjadi di kepolisian pada polisi wanita (polwan). "Polwan yang sudah dibolehkan pakai jilbab kemudian dilarang kembali. Dengan alasan, tidak seragam," ujarnya.

Begitu juga, para pramuniaga di pusat perbelanjaan. Mereka, kata Menag, sangat jarang terlihat megngunakan jilbab karena memang aturan perusahaan diuat seperti itu

Contoh lain upaya pendangkalan akidah, menurut Suryadharma, terjadi di daerah. Pemerintah daerah (pemda) dilarang membiayai program agama di daerah, khususnya pada pendidikan agama.

Paradigma yang dibangun, urusan agama itu urusan negara, sedangkan pemda tidak mengurusi masalah agama dan pendidikan agama.
Prihatin Dengan Polwan Bertopi Sinterklas

Di tengah penangguhan kebijakan Polwan berjilbab, umat Islam Indonesia dikagetkan dengan beredarnya foto di jejaring sosial Twitter dan Facebookyang menggabadikan sejumlah Polwan berseragam tengah memakai topi Sinterklas.

Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Intelektual Ulama Muda Indonesia (MIUMI), Fahmi Salim mengaku prihati dengan beredarnya foto tersebut.

“Jika benar ada instruksi seperti itu (memakai topi Sinterklas) sungguh terlalu! Kita doakan semoga mereka (pemimpin Polri) sadar akan loyalitas keislamannya,” kata Fahmi kepada hidayatullah.com, Selasa (24/12/2013) siang.

Thursday 26 December 2013

Putri Gus Dur Hadiri Misa Natal di Depan Istana Negara


Misa Natal yang digelar jemaat GKI Yasmin, Bogor dan HKBP Filadelfia, Tambun, Bekasi, di depan Istana Negara, Rabu 25 Desember 2013, dikejutkan kehadiran Anita Hayatunnufus Wahid dan Inayah Wulandari Wahid.

Kedua putri Presiden keempat Indonesia, Abdurahman Wahid itu, sengaja datang untuk memberikan dukungan kepada jemaat GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia Tambun agar dapat memperoleh kebebasan dan hak untuk beribadah di tempat yang layak.

“Saya berharap, tahun depan kalian tidak lagi beribadah di sini,” ucap Inayah seperti dilansir VIVAnews.

Di acara Misa Natal itu, Inayah yang mengenakan pakaian serba hitam dengan rambut ditutup selendang, membacakan puisi berjudul ‘Bolak-balik’.

Kata Inayah, puisi yang dibuatnya seminggu lalu, mengingatkan pada buku berjudul ‘How The Glinch Stole The Christmas’. Selain itu, puisi itu juga terinsiparasi sang ayah yang meninggal pada 30 Desember 2009.

Kedatangan Anita dan Inayah sekaligus menutup kegiatan Misa Natal yang digelar GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia di depan Istana Negara.

Sejak siang tadi, ratusan jemaat GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia merayakan Natal di depan Istana Negara. Di lokasi, panitia penyelenggara menyiapkan meja VVIP untuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) beserta istri, Ani Yudhoyono. Tapi, Presiden SBY dan ibu negara yang mereka tunggu tak kunjung datang hingga acara selesai

Uji Coba Bom di Laut Bisa Ciptakan Tsunami Buatan


Wellington - Bom raksasa yang mampu menciptakan efek serupa tsunami ternyata bukan bualan. Seorang penulis Selandia Baru telah menemukan kembali bukti tes rahasia yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Selandia Baru selama Perang Dunia II, yang disebut sebagai "bom tsunami".

Bom ini mampu membuat banjir dahsyat di kota-kota pesisir di negara musuh, layaknya tsunami Aceh.

Ray Waru menemukan materi sementara saat menggali data di dokumen militer tua untuk buku barunya, Secrets and Treasures. Rincian beberapa artefak sejarah tersedia di Arsip Nasional Selandia Baru di Wellington.

"Itu benar-benar menakjubkan," kata Waru. "Gagasan awalnya adalah mengembangkan senjata pemusnah massal berupa efek serupa tsunami ... dan Selandia Baru tampaknya telah berhasil mengembangkan ke tingkat yang sangat mungkin untuk diaplikasikan."

Dijuluki "Project Seal", proyek ini merupakan upaya bersama oleh Amerika Serikat dan Selandia Baru untuk mengembangkan sebuah perangkat yang bisa menyaingi kekuatan destruktif dari bom atom.

Menurut Telegraph, 3.700 bom diledakkan selama pengujian yang berlangsung antara 1944 dan 1945 di lepas pantai New Caledonia dan Auckland.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rangkaian dari 10 ledakan di bawah laut bisa menciptakan tsunami setinggi 33 kaki atau sekitar 10 meter.

"Mungkin jika bom atom tidak bekerja, mereka akan membuat tsunami akbar di Jepang," kata Waru pada The Telegraph.

Profesor Thomas Leech dari Auckland University melakukan kontak yang intens dengan para pejabat militer AS. Dialah yang disebut-sebut membantu melakukan percobaan, menurut New Zealand Herald.

Ide bom tsunami datang lebih awal dari 1944, menurut media ini. Leech dikirim ke Bikini Atoll untuk menonton tes bom atom pada tahap awal. Neil Kirton, seorang mantan rekan Leech, mengatakan, "Dalam beberapa kondisi saya pikir itu bisa menghancurkan." (*HuffingtonPost)

Saturday 14 December 2013

Kerancuan Berpikir 'Kiai Kanjeng' MH Ainun Najib

Kerancuan Berpikir Kyai Kanjeng

Acara penutupan lomba MTQ tingkat kabupaten Bantul, DIY tanggal 23 Oktober 2013 yang dilaksanakan di kecamatan Bambanglipuro diisi oleh Emha Ainun Najib (Cak Nun) bersama Kiai kanjeng. Ada beberapa hal yang kemudian menarik untuk diulas, selain dalam acara itu diundang Romo dari gereja setempat untuk bernyanyi bersama, hal yang disampaikan Cak Nun dalam “dakwahnya” itu penuh dengan kerancuan.

Disela-sela bernyanyi Cak Nun menyampaikan pemahamannya terhadap Islam kepada khalayak yang memenuhi lapangan Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul, DIY itu. Berikut beberapa hal yang kemudian menjadi catatan penulis.

Pertama, MH. Ainun Najib (Emha) melontarkan pernyataan : “Ada sekelompok wong Islam yang sukanya mbidngahke (membid’ahkan) kelompok lain, sithik-sithik bidngah, sithik-sithik bidngah (sedikit-sedikit membid’ahkan)”. Emha mengambil contoh, “bar shalat salaman we bidngah (setelah salat salaman saja dikatai bid’ah), nyanyi lagu gereja bidngah”, dengan nada sinis, cemoohan, dan nyinyir.

Tanggapan: Konsep bid’ah satu paket dengan konsep sunnah, sebagaimana halnya konsep tauhid dengan konsep syirik. Konsep sunnah digunakan untuk memurnikan ajaran-ajaran Islam. Sedang konsep bid’ah digunakan untuk mengkomplementasi konsep sunnah itu sendiri. Jika Emha menginginkan ajaran-ajaran Islam ini tetap terjaga kemurniannya, maka tak sepantasnya ia melontarkan pernyataan begitu. Kalaupun ia berbeda pendapat dalam hal konsep bid’ah-sunnah, tak sepantasnya ia melontarkan pernyataan demikian itu di hadapan khalayak yang masih sangat awam agama.

Kedua, Emha melontarkan pernyataan : “Iki mesti malaikat bingung melihat kita, ada romo, ada wong tattoan, ada perempuan ra kudungan, dst… (pluralitas)”. (Ini pasti malaikat bingung melihat kita, ada Romo, ada orang tatoan, ada perempuan tidak menutup aurat, dst)

Tanggapan: Jika tuduhan bingung itu menyasar kepada manusia, maka ia benar adanya, karena manusia diciptakan dengan nafsu. Tetapi jika tuduhan bingung itu menyasar kepada malaikat, maka ia salah besar. Justru satu-satunya makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang paling akurat kerjanya hanyalah malaikat, karena ia diciptakan memang untuk itu.

Ketiga, Emha melontarkan pernyataan : “Mulo dadi wong Islam ki ojo fanatik ! Oleh karena bisanya cuma nyalah-nyalahke orang lain”. (Maka jadi orang Islam jangan fanatik! Oleh karena bisanya Cuma menyalahkan orang lain)

Tanggapan: Konsep / kata fanatik sebenarnya masih mengandung pengertian netral. Yang mengandung pengertian negatif adalah kata fanatisme. Maka secara bahasa, fanatik bisa dipahami sebagai kesatuan antara aspek qalbu, aspek lisan, dan aspek amal (ma huwal iman ?). Dengan demikian, kita justru dituntut untuk fanatik dalam segala hal (tidak hanya dalam masalah agama). Ada kesesuaian antara apa yang diyakini, dengan apa yang katakan, dengan apa yang diperbuat. Fanatik dan kegemaran menyalah-nyalahkan orang lain, adalah dua hal yang saling berbeda.

Keempat, Emha menganjurkan tolong-menolong dalam hal ibadah (Mungkin, contohnya BANSER turut mengamankan perayaan Natal atau kegiatan suronan 11 November di kota Gede, Yogya yang digagas bersama GP Ansor yang di situ awal akan menghadirkan Solawatan dari gereja, dan Kidung Hindu).

Tanggapan : Di sini Emha tampak ahistoris, naif, dan menyimpang dari arus besar ahlus-sunnah wal-jama’ah. Apakah Emha telah buta dan tuli, (terhadap) betapa liciknya pihak nasrani terhadap kita, bahkan terhadap konsensus kebangsaan kita ? Apakah Emha (dengan Kyai Kanjengnya) kini hidup di ruang hampa, tanpa konteks, tanpa noktah-noktah sejarah ? Apakah Emha sudah lupa dengan wanti-wanti dari Allah, bahwa hati kaum nasrani ada niat terjahat terhadap kita. Mereka hendak memalingkan kita dari nikmat terbesar ini (Islam). Renungkan, (sekali lagi) renungkan, firman Allah Ta’ala.

“Wahai Muhammad, kaum Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah senang kepadamu sampai kamu mengikuti agama mereka. Wahai Muhammad katakanlah “Sungguh Islam itu agama Allah yang sebenarnya.” Sekiranya kamu mengikuti agama Yahudi dan Nasrani padahal telah datang kepadamu perintah mengikuti Islam, niscaya tidak ada orang yang dapat menolong kamu dari siksa Allah di akhirat.” (QS. Al-Baqarah ayat 120), dan

“Wahai Muhammad, katakanlah kepada kaum kafir. “Wahai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah tuhan yang kalian sembah, kalianpun tidak menyembah tuhan yang aku sembah, aku tidak akan mau menyembah dengan cara-cara kalian menyembah tuhan kalian, dan kalianpun tidak menyembah tuhan kalian dengan cara-cara aku menyembah tuhanku, untuk kalian agama syirik kalian dan untukku agama tauhidku.” (QS. Al-Kafirun ayat 1- 6).

Kelima, Emha dengan bangga menceritakan kehadirannya memenuhi undangan pihak Vatikan. Bahkan di sana, ia (dengan Kyai Kanjengnya) diijinkan tampil, meski suasana duka atas matinya Paus masih sangat terasa.

Tanggapan : Pihak Vatikan mengundang Emha (dengan Kyai Kanjengya) karena bisa memetik keuntungan. Tidak mungkin, pihak Vatikan akan mengundang pihak lain yang akan merugikan mereka. Ini sebenarnya telah menjadi gejala psikologis yang sudah sangat umum. Keuntungan apa yang bisa dipetik oleh pihak Vatikan ? Keuntungan mendesakralisasi (pendangkalan) ajaran-ajaran Islam lewat orang-orang Islam sendiri semacam Emha (dan Kyai Kanjengnya). Pada giliran berikutnya, oleh karena umat Islam telah lemah fikrah dan ghayahnya, maka kristenisasi akan relatif lebih mudah di laksanakan.

Keenam, Emha sedikit membahas tentang nama-nama jalan sebelah selatan Tugu Jogja hingga Kraton. Aslinya ada jalan Margo Utomo, jalan Margo Mulyo, jalan Malioboro, dan Pangurakan. Filosofinya, terdapat fase-fase (predikat) utomo, (predikat) mulyo, aplikasi menjadi wali yang fantasyiru fil ard (mengembara), dan fase hakikat (sak urak-urakane dengan out put karimah). Filosofi ini sesuai betul dengan nilai-nilai Islam. Di fase inilah Emha bermaqam.

Tanggapan: Saya tidak akan menyangkal atas klaim Emha itu. Silahkan saja, ia menginginkan klaim yang lebih tinggi dari fase pangurakan sekalipun, silahkan. Yang jadi masalah adalah, akhirnya ia juga terjebak pada gejala (klaim) ”membenarkan diri-sendiri”. Buktinya, ia (terkadang) menampilkan sikap-sikap murakannya, sebagai bukti bahwa ia dengan Kyai Kanjengnya telah sampai di maqam pangurakan, di mana sak urak-urakane selalu ber out-put kebaikan. Bisa jadi, sebagai implikasinya, ia menempatkan pihak lain di maqam yang masih rendah.

Ketujuh, Emha melontarkan pernyataan / pilihan kepada audiens : “Sampean pilih dadi wong ra shalat ning apikan atau pilih dadi wong shalat ning jahat ?”.(kalian memilih jadi orang yang tidak salat tapi kelakuan baik atau memilih salat tapi kelakuan buru?) Hingga ada seorang ibu yang protes dan memilih salat plus kelakuan baik, yang kemudian dikatai Emha “gragas” (rakus).

Tanggapan : Peristiwa ini mengingatkan saya pada guru sekolah PKI tahun 60-an. Guru memerintahkan murid untuk minta permen kepada Tuhan. Dalam waktu yang lumayan lama, tidak ada satu murid pun yang mendapatkan permen. Lantas Guru memerintahkan murid untuk minta permen kepada Pak Guru. Dalam sekejap, murid-murid mendapatkan permen. Sang Guru bertanya kepada murid, “Tuhan sama guru kalian lebih berkuasa yang mana ?”. Artinya, para murid dikacaukan nalarnya terlebih dahulu, sebelum mencekokkan ajaran-ajaran komunis.

Ini sama dengan yang terjadi pada pertanyaan Emha kepada audiens. Ia mengacaukan nalar para audiens terlebih dahulu, sebelum mencekokkan pemikiran-pemikiran Emha. Jika Emha bernalar sehat, semestinya pertanyaan itu (setidaknya) ada empat pilihan : (1) Ada orang tidak shalat berperilaku baik (2) Ada orang shalat berperilaku jahat (3) Ada orang tidak shalat berperilaku jahat (4) Ada orang shalat berperilaku baik. Ini jauh lebih variatif, lebih faktual, lebih obyektif, lebih fair, lebih edukatif, dan tulus bertanya untuk kepentingan dakwah. Shalat dan kebaikan adalah satu kesatuan konsep yang tak terpisahkan. Lebih dari itu, shalat adalah amal pembeda antara kita yang muslim (akan ke surga), dengan mereka yang kafir / tidak shalat (akan ke neraka). Wallahu a’lam bishshawwab

Hukum Mati bagi Orang Murtad


“Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.“ (QS Al Baqarah: 217 )

Pengertian Murtad (riddah):

Riddah secara bahasa adalah kembali ke belakang, sebagaimana firman Allah swt :

“Dan janganlah kamu lari kebelakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.” (QS Al Maidah : 21 )

Adapun pengertian Riddah secara syar’I para ulama berbeda di dalam mendefinisikannya, diantaranya sebagai berikut :

Berkata Al Kasani ( w : 587 H ) dari madzhab Hanafi :

“Riddah adalah mengucapkan kata-kata kekafiran setelah dia beriman.“ (Bada’I Shonai’ : 7/134 )

Berkata : As Showi ( w : 1241 H ) dari madzhab Maliki :

“Riddah adalah seorang Muslim yang kembali menjadi kafir dengan perkataan yang terang-terangan, atau perkataan yang membawa kepada kekafiran, atau perbuatan yang mengandung kekafiran.“ ( Asyh As Shoghir : 6/144 )

Berkata Imam Nawawi ( w : 676 H ) dari madzhab Syafi’i :

“Riddah adalah memutus Islam dengan niat atau perkataan, atau dengan perbuatan, baik dengan mengatakan hal tersebut karena mengolok-ngolok, atau karena ngeyel, atau karena keyakinannya.“ (Minhaj ath-Thalibin : 293)

Berkata Al Bahuti dari madzhab Hambali :

“Al Murtad secara syar’I yaitu seseorang yang kafir sesudah Islam, baik dengan perkataan, keyakinan, keragu-raguan, ataupun dengan perbuatan.“ (Kasyaf a Qina’ : 6/136 )

Dari beberapa pengertian di atas bisa disimpulkan bahwa Riddah adalah :

“Kembalinya seorang Muslim yang berakal dan baligh menjadi kafir kembali dengan penuh kesadaran tanpa ada paksaan dari seseorang, baik itu melalui keyakinan, perkataan, maupun perbuatannya. “

Macam-macam Riddah:

Jika kita mengambil pengertian Iman dari para ulama salaf yang menyebutkan bahwa Iman mencakup perkataan dan perbuatan, maksudnya adalah perkataan hati dan anggota badan, serta perbuatan hati dan badan. Maka Riddah pun demikian mencakup empat hal sebagaimana dalam keimanan. Keterangannya sebagai berikut:

Pertama: Riddah dengan perkataan hati; seperti mendustakan firman-firman Allah, atau menyakini bahwa ada pencipta selain Allah swt.

Kedua: Riddah dengan perbuatan hati, seperti : membenci Allah dan Rasul-Nya, atau sombong terhadap perintah Allah. Seperti yang dilakukan oleh Iblis ketika tidak mau melaksankan perintah Allah swt untuk sujud kepada Adam, karena kesombongannya.

Ketiga: Riddah dengan lisan : seperti mencaci maki Allah dan Rasul-Nya, atau mengolok-ngolok ajaran Islam.

Keempat: Riddah dengan perbuatan : sujud di depan berhala, menginjak mushaf.

Seorang Muslim menjadi murtad, jika melakukan empat hal tersebut sekaligus, ataupun hanya melakukan salah satu dari keempat tersebut.

Kapan Seorang Muslim dikatakan Murtad?

Jika dilakukan atas kehendaknya dan kesadarannya. Adapun jika dipaksa maka tidak termasuk dalam katagori murtad. Sebagaimana firman Allah swt :

“Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.” ( Qs An Nahl : 106 )

Bagaimana dengan rasa was-was ?

Adapun rasa was-was yang ada di dalam hati, maka itu tidak mempengaruhi keimanan seseorang selama dia berusaha untuk mengusirnya. Kita dapatkan para sahabat pernah merasakan seperti itu juga, sebagaimana dalam hadist Abdullah bin Mas’ud ra, bahwasanya ia berkata :

"Nabi saw pernah ditanya mengenai perasaan waswas, maka beliau menjawab: 'Itu adalah tanda keimanan yang murni (benar)." ( HR Muslim )

Hal ini dikuatkan dengan hadist Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah sw :

"Manusia senantiasa bertanya-tanya hingga ditanyakan, 'Ini, Allah menciptakan makhluk, lalu siapakah yang menciptakan Allah', maka barangsiapa mendapatkan sesuatu dari hal tersebut, maka hendaklah dia berkata, 'Aku beriman kepada Allah." ( HR Muslim )

Hukum Murtad

Orang yang murtad boleh dibunuh dan halal darahnya. Jika telah dijatuhi hukuman mati, maka tidak dimandikan dan disholatkan serta tidak dikuburqan di kuburan orang-orang Islam, tidak mewarisi dan tidak diwarisi. Tetapi hartanya diambil dan disimpan di Baitul Mal kaum Muslimin.

Dalilnya adalah Abdullah bin Mas’ud ra, bahwasanya Rasulullah saw bersabda :

“Tidak halal darah seorang Muslim yang telah bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan aku adalah utusan Allah, kecuali dari tiga orang berikut ini; seseorang yang murtad dari Islam dan meninggalkan jama'ah, orang yang telah menikah tapi berzina dan seseorang yang membunuh orang lain." ( HR Muslim )

Ini dikuatkan dengan hadits Ikrimah, bahwasanya ia berkata :

“Beberapa orang Zindiq diringkus dan dihadapkan kepada Ali ra, lalu Ali membakar mereka. Kasus ini terdengar oleh Ibnu Abbas, sehingga ia berkata : Kalau aku, tak akan membakar mereka karena ada larangan Rasulullah saw yang bersabda: "Janganlah kalian menyiksa dengan siksaan Allah, " dan aku tetap akan membunuh mereka sesuai sabda Rasulullah saw : "Siapa yang mengganti agamanya, bunuhlah!" (HR Bukhari )

Dikuatkan juga dengan hadist Mu’adz bin Jabal :
“Suatu kali Mu'adz mengunjungi Abu Musa, tak tahunya ada seorang laki-laki yang diikat. Mu'adz bertanya; "Siapa laki-laki ini sebenarnya? Abu Musa menjawab "Dia seorang yahudi yang masuk Islam, kemudian murtad. Maka Mu'adz menjawab; "Kalau aku, sungguh akan kupenggal tengkuknya." ( HR Bukhari )

Jika seseorang murtad, maka dia harus dipisahkan dari istrinya pada waktu itu juga. Imam as-Sarakhsi al-Hanafi (w 483 H) berkata : “Seorang Muslim apa bila ia murtad, maka istrinya harus dipisahkan darinya. Baik istrinya tersebut seorang Muslimah ataupun seorang ahli ktab, baik istrinya tersebut telah digauli atau belum”. ( al-Mabsuth : 5/49 )

Apakah Diberi Waktu Untuk Bertaubat ?

Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini, tetapi mayoritas ulama mengatakan harus diberi waktu untuk taubat. Karena orang murtad kadang ada syubhat yang ada pada dirinya mengenai Islam, sehingga dia murtad, maka perlu dijelaskan terlebih dahulu. Jika diberi waktu untuk taubat, dan dia tidak bertaubat, maka boleh dibunuh.

Sebagian ulama mengatakan waktu taubat adalah tiga hari, sebagian yang lain mengatakan tidak harus tiga hari, tetapi tawaran untuk bertaubat hendaknya terus dilakukan, jika tidak ada harapan untuk taubat, maka boleh dibunuh.

Taubat Orang Murtad

Orang yang sudah murtad, jika bertaubat, apakah taubatnya diterima ? Untuk menjawab pertanyaan ini, perlu dijelaskan bahwa orang yang murtad terkena hukum dunia dan akherat. Adapun rinciannya sebagai berikut :

Pertama : Hukum di Akherat

Untuk hukum di akherat, pada dasarnya Allah swt akan menerima setiap hamba-Nya yang bertaubat dengan sungguh-sungguh, ini sesuai dengan firman Allah swt :

“Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: "Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi, sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah tenhadap) orang-orang dahulu ." ( Qs Al Anfal : 38 )

Hal ini dikuatkan dengan hadits Amru bin Ash, bahwasanya Rasulullah saw bersabda kepadanya :

" Apakah kamu tidak tahu bahwa Islam telah menghapuskan dosa yang telah terdahulu, dan bahwa hijrah juga menghapuskan dosa yang terdahulu, dan haji juga menghapuskan dosa yang terdahulu. “ ( HR Muslim )

Ayat dan hadist di atas menunjukkan orang-orang kafir asli yang bertaubat dan masuk Islam, maka Allah akan menerima taubat mereka, dan seluruh dosa-dosanya akan diampuni oleh Allah swt. Mereka tidak diwajibkan menggantikan kewajiban yang mereka tinggalkan selama ini, seperti sholat dan puasa. Adapun hal-hal yang berhubungan dengan hak manusia, seperti harta curian, maka harus dikembalikan kepada yang berhak. Dalilnya adalah hadist Mughirah bin Syu’bah :

“Dahulu Al Mughirah di masa jahiliyah pernah menemani suatu kaum, lalu dia membunuh dan mengambil harta mereka. Kemudian dia datang dan masuk Islam. Maka Nabi saw berkata saat itu: "Adapun keIslaman maka aku terima. Sedangkan mengenai harta, aku tidak ada sangkut pautnya sedikitpun" (HR Bukhari No : 2529)

Adapun orang yang murtad, jika bertaubat, maka taubatnya diterima dan dia harus menggantikan ibadah-ibadah yang dia tinggalkan selama ini, seperti sholat dan puasa. Imam Abu Hanifah dan Imam Malik mengatakan jika dia taubat, maka dia harus haji kembali seakan-akan dia baru masuk Islam. Adapun Imam Syafi’I berpendapat bahwa jika dia bertaubat tidak ada kewajiban mengulangi hajinya kembali.

Diantara dalil yang menunjukkan diterimanya taubat orang yang murtad adalah firman Allah swt :

“Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir sesudah mereka beriman, serta mereka telah mengakui bahwa Rasul itu (Muhammad) benar-benar rasul, dan keterangan-keteranganpun telah datang kepada mereka? Allah tidak menunjuki orang-orang yang zalim. Mereka itu, balasannya ialah: bahwasanya la'nat Allah ditimpakan kepada mereka, (demikian pula) la'nat para malaikat dan manusia seluruhnya, mereka kekal di dalamnya, tidak diringankan siksa dari mereka, dan tidak (pula) mereka diberi tangguh, kecuali orang-orang yang taubat, sesudah (kafir) itu dan mengadakan perbaikan. Karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ( Qs Ali Imran : 86-89 )

Bagaimana penafsiran ayat –ayat yang menunjukan bahwa orang yang murtad itu tidak diterima taubatnya ?, sebagaimana di dalam firman Allah swt :

“Sesungguhnya orang-orang kafir sesudah beriman, kemudian bertambah kekafirannya, sekali-kali tidak akan diterima taubatnya; dan mereka itulah orang-orang yang sesat. Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang diantara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu. Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong.” ( Qs Ali Imran : 90-91 )

Begitu juga di dalam firman Allah swt :

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman (pula), kamudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya, maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada jalan yang lurus.” ( Qs Ali Imran : 137 )

Maka jawabannya bahwa yang dimaksud ayat di atas adalah orang yang murtad, kemudian tidak mau bertaubat , bahkan bertambah kekafirannya, maka Alah tidak akan menerima taubatnya sesudah mati.

Berkata Ibnu Katsir di dalam tafsirnya ( 1/ 753 ) : “ Allah swt menyebutkan bahwa orang yang sudah beriman kemudian murtad, kemudian beriman lagi, kemudian murtad lagi dan terus menerus dalam kemurtadan, sampai mati, maka tidak ada taubah sesudah kematiaanya, dan Allah tidak mengampuninya “.

Kemudian beliau menukil perkataan Ibnu Abbas tentang bunyi ayat di atas :+E '2/'/H' CA1', maksudnya adalah: “ masih di dalam kekafirannya sampai mati “. Begitu juga pendapat Mujahid.

Ibnu Taimiyah di dalam Majmu al Fatawa ( 16/28-29 ) menjelaskan bahwa orang-orang yang tidak diterima taubat mereka pada ayat di atas adalah kemungkinan karena mereka orang-orang munafik, atau karena mereka bertaubat tapi masih melakukan perbuatan syirik, atau amalan mereka tidak diterima setelah mereka mati. Sedangkan mayoritas ulama seperti Hasan Basri, Qatadah dan Atho’, serta As Sudy mengatakan bahwa taubat mereka tidak akan diterima, karena mereka bertaubat dalam keaadan sakaratul maut. Ini sesuai dengan firman Allah swt :

“Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan : "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang." Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.” ( Qs An-Nisa’ : 18 )

Kedua : Hukum di Dunia :

Untuk hukum di dunia para ulama berbeda pendapat di dalam menentukan status hukum orang murtad yang sudah bertaubat.

Pendapat Pertama : Jika seorang yang beriman kemudian kemudian murtad, dan kembali ke Islam kemudian murtad kembali dan hal itu terulang berkali-kali, maka taubatnya tidak diterima oleh pemerintahan Islam, dan dia terkena hukuman mati.

Pendapat Kedua : Jika seorang yang beriman kemudian murtad dan hal itu terulang-ulang terus, maka taubatnya tetap diterima oleh pemerintahan Islam dan dia dianggap Muslim lagi dan boleh hidup bersama-sama orang-orang Islam yang lain, serta berlaku hukum-hukum Islam terhadapnya. Ini adalah pendapat mayoritas ulama, yaitu pendapat Hanafiyah, masyhur dari Malikiyah, Syafi’iyah dan salah satu pendapat imam Ahmad . ( lihat Tabyin al Haqaiq 3/284, Tuhfatul Muhtaj : 9/96, Kasya’ qina’ : 6/177-178 )

Dalm masalah ini, Ibnu Taimiyah membagi Riddah menjadi dua, yaitu Riddah Mujaradah ( murtad ringan ), kalau dia bertaubat, maka hukuman mati menjadi gugur darinya. Yang kedua adalah Riddah Mugholladhah ( murtad berat ), dia tetap dihukum mati walaupun sudah bertaubat ( Shorim Maslul : 3/ 696 )

Berkata Ibnu Qudamah di dalam al Mughni ( 12/271 ) : “ Kesimpulannya, bahwa perbedaan para ulama hanyalah di seputar diterimanya taubat orang yang murtad secara lahir di dunia ini, begitu juga gugurnya hukuman mati dan berlakunya hukum-hukum Islam baginya. Adapun diterimanya taubatnya oleh Allah secara batin, dan diampuninya orang yang bertaubat secara lahir dan batin, maka para ulama tidak berselish pendapat dalam masalah-masalah tersebut. “
.

Sebab-sebab terjadinya Riddah

1. Kebodohan.

Kebodohan menjadi penyebab utama adanya gelombang pemurtadan, karena mereka tidak dibentengi dengan ilmu. Oleh karena itu salah satu cara yang efektif untuk mmengantisapi pemurtadan adalah dengan menyebarkan aqidah dan ilmu yag benar di kalangan masyarakat.

Syekh al-Bakri ad-Dimyathi (w 1310 H) berkata: “Ketahuilah bahwa banyak orang-orang awam yang mengucapkan kata-kata kufur tanpa mereka sadari, bahwa sebenarnya hal itu adalah bentuk kekufuran. Maka wajib atas bagi orang yang berilmu untuk menjelaskan kepada mereka mereka hal-hal yang menyebabkan kekafiran tersebut, supaya mereka mengetahuinya, kemudian bisa menghindarinya. Dengan demikian maka amalan mereka tidak menjadi sia-sia, dan tidak kekal di dalam neraka (bersama orang-orang kafir) dalam siksaan besar dan adzab yang sangat pedih.

Sesungguhnya mengenal masalah-masalah kufur itu adalah perkara yang sangat penting, karena seorang yang tidak mengetahui keburukan maka sadar atau tidak, ia pasti akan terjatuh di dalamnya. Dan sungguh setiap keburukan itu sebab utamanya adalah kebodohan dan setiap kebaikan itu sebab utamanya adalah ilmu, maka ilmu adalah petunjuk yang sangat nyata terhadap segala kebaikan, dan kebodohan adalah seburuk-buruknya teman (untuk kita hindari)”. ( I’anah ath-Thalibin: 4/133)

2. Kemiskinan.

Pemurtadan seringkali terjadi pada daerah-daerah miskin dan terkena bencana. Banyak kaum Muslimin yang mengorbankan keyakinan mereka hanya untuk sesuap nasi dan sebungkus supermi.

3. Tidak adanya pemerintahan Islam

Hilangnya pemerintahan Islam yang menegakkan syariat Allah membuat musuh-musuh Islam leluasa melakukan pemurtadan dan penyesatan terhadap umat Islam. Begitu juga umat Islam tidak akanberani main-main dengan agamanya. Berikut ini beberapa bukti bahwa pemerintahan Islam mempunyai peran penting di dalam menghentikan gelombang pemurtadan :

Para Khulafa’ Rasyidin menegakan memerangi orang-orang yang murtad danmenghukumi mereka dengan hukuman mati, seperti yang dilakukan oleh Abu Bakar Siddiq terhadap Musailamah al-Kadzab dan para pengikutnya.

Begitu juga yang dilakukan oleh Khalifah Al Mahdi, sebagaimana diceritakan oleh Ibnu Katsir pada peristiwa yangterjadi pada tahun 167 H : “ Khalifah Mahdi memburu orang-orang yang murtad kemana saja mereka bersembunyi, mereka yang tertangkap dibawa kehadiran-nya dan dibunuh di depannya . “ ( al Bidayah wa an Nihayah 10/149 )

Begitu juga pada tahun 726 H, Nashir bin as Syaraf Abu Al Fadhl al Haitsami dihukum mati karena menghina ayat-ayat Allah dan bergaul dengan para zindiq. Padahal dia orang yang menghafal kitab At Tanbih, dan bacaan al qur’annya sangat bagus (al Bidayah wa an Nihayah : 14/ 122 )

Berkata Al Qadhi Iyadh : “ Para ulama Malikiyah yang berada di Bagdad pada zaman khalifah al Muqtadir telah sepakat untuk menjatuhkan hukuman mati kepada al Halaj, kemudian menyalibnya, hal itu karena dia menganggap dirinya Allah dan menyakini Aqidah al Hulul, serta menyatakan bahwa dirinya ((#F' 'D-B, padahal al Halaj secara lahir, dia menjalankan syare’at. Al Halaj ini taubatnya tidak diterima ( di dunia ) “ (Asy Syifa’ : 2/1091 )

4. Ghozwul Fikri.

Munculnya pemikiran-pemikiran sesat seperti liberalisme, pluralisme dan sekulerisme telah mendorong terjadi gelombang kemurtadan di kalangan kaum Muslimin, karena paham-paham tersebut mengajarkan bahwa semua agama sama, dan semua orang bebas melakukan perbuatan apapun juga, tanpa takut dosa. Wallahu A’lam

Ketika Menteri Tak Mampu Beli Kain Baru


Di dalam gang sempit itu, berkelok dari jalan utama, menyelusup gang-gang padat rumah di Jatinegara terdapat sebuah rumah mungil dengan satu ruang besar. Begitu pintu dibuka, akan ada koper-koper berkumpul di sudut rumah dan kasur-kasu digulung di sudut lainnya ruang besar itu. Di sanalah tempat tidur Haji Agus Salim (Menteri Luar Negeri RI) bersama istri dan anak-anaknya.

Dikontrakkan yang lain, Agus Salim, kira-kira enam bulan sekali mengubah letak meja kursi, lemari sampai tempat tidur rumahnya. Kadang-kadang kamar makan ditukarnya dengan kamar tidur. Haji Agus Salim berpendapat bahwa dengan berbuat demikian ia merasa mengubah lingkungan, yang manusia sewaktu-waktu perlukan tanpa pindah tempat atau rumah atau pergi istirahat di lain kota atau negeri.

Begitulah seperti dikisahkan Mr. Roem, murid dari H. Agus Salim yang juga tokoh Masyumi ini. Anies Baswedan dalam ‘Agus Salim: Kesederhanaan, Keteladanan yang Menggerakan’ menyebutkan bahwa H. Agus Salim hidup sebagai Menteri dengan pola ‘nomaden’ atau pindah kontrakkan ke kontrakkan lain.

Dari satu gang ke gang lain. Berkali-kali Agus Salim pindah rumah bersama keluarganya. “Selama hidupnya dia selalu melarat dan miskin,” kata Profesor Willem “Wim” Schermerhorn. Wim menjadi ketua delegasi Belanda dalam perundingan Linggarjati. (Majalah Tempo Edisi Khusus Agus Salim)

Pernah, pada salah satu kontrakkan tersebut, toiletnya rusak. Setiap Agus Salim menyiram WC, air dari dalam meluap. Sang istri pun menangis sejadi-jadinya, karena baunya yang meluber dan air yang meleber. Zainatun Nahar istrinya,tak kuat lagi menahan jijik sehingga ia muntah-muntah. Agus Salim akhirnya melarang istrinya membuang kakus di WC dan ia sendiri yang membuang kotoran istirnya menggunakan pispot.

Kasman Singodimedjo (tokoh Muhammadiyah dan Masyumi Ketua KNIP Pertama), dalam ‘Hidup Itu Berjuang’ mengutip perkataan Mentronya yang paling terkenal: “leiden is lijden” (memimpin itu menderita) kata Agus Salim. Lihatlah bagaimana tak ada sumpah serapah meminta kenaikan jabatan, tunjangan rumah dinas, tunjangan kendaraan, tunjangan kebersihan WC, tunjangan dinas ke luar negeri untuk pelesiran, dll.

Saat salah satu anak Salim wafat ia bahkan tak punya uang untuk membeli kain kafan. Salim membungkus jenazah anaknya dengan taplak meja dan kelambu. Ia menolak pemberian kain kafan baru. “Orang yang masih hidup lebih berhak memakai kain baru,” kata Salim. “Untuk yang mati, cukuplah kain itu.”

Dalam Buku ‘Seratus Tahun Agus Salim’ Kustiniyati Mochtar menulis, “Tak jarang mereka kekurangan uang belanja.” Ya, seorang diplomat ulung, menteri, pendiri Bangsa yang mewakafkan dirinya untuk mengabdi kepada Allah, bahwa memimpin itu adalah ibadah.

Seorang yang memilih jalan becek dan sunyi, berjalan kaki dengan tongkatnya dibanding gemerlap karpet merah dan mobil Land Cruiser, Alphard, dan gemerlap jantung kota lainnya. Kita tentu rindu sosok seperti mereka, bukan tentang melaratnya mereka, tapi tentang ruang kesederhanaan yang mengisi kekosongan nurani rakyat.

Ketika Wapres Mohammad Hata tak mampu membeli sepatu impiannya hingga akhir hayat. Ketika Perdana Menteri Natsir menggunakan jas tambal, mengayuh sepeda ontel ke rumah kontrakkanya. Ketika Menteri keuangan Pak Syafrudin yang tak mampu membeli popok untuk anaknya. Semoga Allah hadirkan mereka, sebuah keteladanan yang mulai memudar di tengah gemerlap karpet merah Istana dan Senayan.

“leiden is lijden” (memimpin itu menderita) ungkapan Agus Salim yang terkenal, bagaimana dengan kondisi sekarang?

Monday 2 December 2013

Prof Dadang Hawari:"Kondom untuk Sperma, Bukan Untuk Cegah HIV"



Banyak penelitian membuktikan bahwa kondom tidak mampu mencegah infeksi virus HIV/AIDS. Tak bisa diandalkan sebagai alat kontrasepsi. Namun tidak demikian dengan Menteri, Nafasiah Mboi. Ia menyatakan, bahwa kondom sekarang tidak berpori jadi akan aman digunakan untuk mencegah kehamilan dan virus HIV/AIDS.

“Bila dipakai dengan tepat, benar dan konsisten, sangat efektif, hampir 100%. (karena) sekarang yang dipakai adalah kondom dari latex yang tidak berpori, dan makin banyak bukti-bukti yang menunjukkan efektivitas kondom untuk pencegahan penyakit maupun kehamilan yang tidak direncanakan,” ujarnya, Ahad (1/12/2013).

Kontan pernyataan itu dibantah Psikiater kondang Prof. DR.dr. Dadang Hawari. Adalah dusta bahwa kondom dapat mencegah HIV/AIDS. Secara ilmiah dapat dibuktikan, virus HIV dapat menembus pori-pori lapisan kondom.

”Saya bisa pastikan salah besar! Karena kondom dibuat dari latex, berarti berserat berpori-pori. Kalau tidak berserat dan tidak berpori-pori itu dari plastik. Ukuran pori-porinya 1/60 mikron, kecil sekali. Kondom dirancang untuk Keluarga Berencana, untuk mencegah sperma. Ukuran virus di banding sperma 1/450 kali lipat. Jadi virus HIV sangat kecil sekali di banding sperma yang bentuknya seperti kecebong itu,” papar Prof. Dadang.

Dadang pun menyatakan penelitian di Indonesia lima tahun yang lalu untuk KB dengan kondom gagal 20 persen.

“Apalagi untuk HIV/AIDS! Sekarang kenyataannya, dengan menggunakan kondom ternyata semakin banyak pula yang terkena HIV/AIDS, padahal kampanye sudah bertahun-tahun, pengidap HIV/AIDS semakin banyak bukannya menurun.”

Ia juga menyebutkan hasil penelitian lain. “Di Amerika, 1/3 jumlah kondom yang beredar di pasar bocor. Kesimpulan dari penelitian dari Badan POM di Amerika tahun 2005, tidak dikampanyekan lagi kondom karena mulai gagal. Kondom untuk sperma bukan untuk virus HIV yang sangat kecil,” pungkasnya.

Aksi liberal dan cabul, kondomisasi dalam rangkaian Pekan Kondom Nasional dilaksanakan sejak tanggal 1 hingga 7 Desember 2013 sebagai rangkaian peringatan Hari AIDS se-Dunia di Indonesia. Aksi ini digagas Kementerian Kesehatan dan dilaksanakan oleh Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) serta salah satu produsen kondom.

Remaja Masjid se-Jabodetabek akan Keluarkan Petisi Tolak Program Kondomisasi


Youth Islamic Studi Club (YISC) Al-Azhar bersama organisasi remaja masjid dan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) se-Jabodetabek akan mengadakan pertemuan yang membahas pembagian kondom oleh Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN).

Acara dilaksanakan Senin malam (02/12/2013) dimulai jam 20.00 WIB bertempat di Ar-rahman Qur’anic Learning Center (AQL), Tebet, Jakarta Selatan.

Fauzi Hasan, Ketua Umum YISC Al-Azhar, berharap acara ini tidak hanya nenghasilkan petisi penolakan. Lebih dari itu, bisa menghasilkan aksi nyata bersama

Ia mengatakan, pihaknya jelas-jelas menolak pembagian kondom sebagai bagian langkah pencegahan HIV/AIDS dari hulu ke hilir.

“Sama saja dengan memberi pisau pada anak kecil. Kondom dan pisau sama-sama bisa dipakai oleh siapa saja. Tapi apa kita tega memberikan itu pada anak dibawah umur?”tanyanya retoris.

Ketua YISC periode 2012-2013 itu mengatakan bahwa berbicara tentang penanggulangan penyakit yang belum ada obatnya itu, bukan hanya berbicara tentang penyelesaian dari hulu ke hilir. Fauzi menganalisis, jika pembagian itu dianggap penyelesaian hilir, justru itu akan merusak penyelesaian hulu yang sudah dilaksanakan.

Pembagian kondom akan merusak agenda besar program hulu melalui penyuluhan kesehatan dan keagamaan.

“Kondom dibagikan tapi perilakunya tetap menyimpang. Sekalipun itu mengurangi jumlah penderita, tapi itu tapi tetap tidak bisa mencegah virus,”ujar Fauzi.

Persoalan ini menurutnya bermuara dari perilaku seks yang menyimpang.

“Dulu sebelum ada kampanye resmi saja, orang sudah sekali-kali pake kondom. Apalagi sekarang dengan adanya kampanye resmi,”ulasnya.

Lalu bagaimana solusinya untuk para Pekerja Seks Komersial (PSK) yang dikatakan oleh Menkes, tidak mempan jika diberi dalil-dalil agama?

“Perkuat terus saja pencegahan dari hulu, nanti akan terlihat hasilnya ketimbang memberi kondom sama saja mempersilahkan masyarakat untuk seks bebas,” ungkapnya. Anak-anak yang teredukasi dengan baik tidak akan berpikir untuk membelinya.

Mulai senin ini sampai sepekan mendatang, melalui jaringan media sosial seperti twitter dan Facebook, YISC akan mensosialisasikan penolakan pembagian kondom.

“Rencananya, pada kajian tentang liberalisasi tanggal 14 Desember, kami juga akan memasukkan pembahasan ini,” ungkapnya.

Fauzi berharap semua elemen masyarakat bersama-sama menyuarakan penolakan. Aksi masyarakat akan sangat berpengaruh terhadap program kampanye penanggulangan HIV/AIDS tahun mendatang.*

Kultwit Ust Felix Terkait Kebijakan Bagi-Bagi Kondom Gratis oleh Pemerintah


KULTWIT 1:

01. hari ini 1 Desember diperingati sebagai Hari AIDS Sedunia | untuk memperingatkan manusia soalan penyakit yang masih belum ada obatnya

02. anehnya Kemenkes bersama KPAN (Komisi Penanggulangan AIDS Nasional) serta DKT Indonesia | malah punya program "Pekan Kondom Nasional"

03. mereka (Kemenkes, KPAN, DKT) pikir bahwa membagi-bagi kondom gratis pada "kelompok resiko tinggi penularan AIDS" bisa menyetop AIDS

04. karena itulah 1-7 Desember ini mereka akan membagi kondom gratis | pada pekerja seks dan pelanggannya, generasi muda, kaum gay dan waria

05. logika Kemenkes dan Komisi Penanggulangan AIDS | "anda boleh seks bebas, asal pake kondom" | ini sesat dan menyesatkan

06. padahal penyebaran AIDS terbesar jelas-jelas melalui hubungan seks bebas | lha kok malah mempromosikan seks bebas? #TolakFreeSex

07. bukannya malah memperbaiki perilaku nista maksiat yang menyebabkan penularan AIDS | malah mensponsorinya dengan memberi kondom gratis?

08. padahal nyata-nyata penelitian semuanya memberikan data bahwa kondom tidak membantu pencegahan AIDS?

09. "Protect yourself, Protect Your Partner" itu temanya | hubungan seks bukan sama istri nggak masalah asal pake kondom | subhanallah!

10. jelas-jelas dalam Islam melarang mendekati zina | eh malah disponsori untuk berzina | jelas-jelas melawan Allah dan Rasul?

11. lalu bagaimana remaja yang disasar oleh "Pekan Kondom Nasional" ini? | mereka bakal mikir "berarti ngeseks aman ya kalo pake kondom?"

12. PKN (Pekan Kondom Nasional) ini jelas perlu ditolak dan dihentikan | secara solusi medis salah dan secara Islam menyesatkan

13. dan kita tahu yang menggagas program anti-AIDS seperti "pakailah kondom" dan "jangan gonta-ganti pasangan" | adalah dunia barat

14. AS sendiri selalu konsisten mengadakan "National Condom Week" pada 1-14 Februari | langkah inilah yang ditiru Kemenkes

15. Kemenkes dan KPAN harusnya sadar bahwa AS dan negara barat justru tak sanggup membendung AIDS dengan program seperti itu | gagal total

16. lalu apa keuntungan dari program bagi kondom gratis ini? | pada ummat ya tidak ada, selain keuntungan promosi gratis perusahaan kondom

17. 2008 saja Komisi Perlindungan Anak Indonesia sudah merilis data anak SMP 62.7% kehilangan keperawanan | Kemenkes hanya memperparah

18. awal AIDS adalah pergaulan bebas | sekarang Kemenkes dan KPAN malah menyuruh orang bergaul bebas #TolakFreeSex

19. ini contoh bahwa negara yang tidak berlandaskan Islam selalu membebek barat | dengan cara-cara liberal yang menyesatkan ummat

20. menyelesaikan masalah dengan masalah yang lebih besar | menutupi maksiat dengan maksiat yang lebih nyata #TolakFreeSex

21. dalam Islam sederhana saja | hubungan seks itu terlarang kecuali pada suami-istri | simpel-mengena-solutif

22. maka harusnya negara bukan membagi kondom gratis | harusnya malah melarang dengan tegas perilaku seks bebas itu

23. lha tidak disponsori saja maksiat sudah akan mencari jalannya sendiri kok | ini malah negara ikut-ikutan maksiat? subhanallah

24. beginilah bila aturan Islam bukan menjadi asas dan dasar negara | negaranya pasti akan jauh dari berkah dan ridha Allah

25. namun tetap kewajiban kita berdakwah dan menyampaikan kebenaran | jangan menyerah dan lakukan apa yang kita mampu

26. #TolakFreeSex dan segala bentuknya termasuk "Pekan Kondom Nasional" Kemenkes | AIDS dicegah bukan dengan bagi kondom gratis

27. uang rakyat jangan mau dipakai untuk Kemenkes buat beli kondom dan dibagi gratis untuk kemaksiatan | istighfar..

28. gabung dengan aksi-aksi penolakan "Pekan Kondom Nasional" | bagi semua opini #TolakFreeSex sebagai bentuk kepedulian kita

29. share the words, care other people | sampaikan bahwa "Pekan Kondom Nasional" ini ialah ide menyesatkan | jangan sampai ummat tertipu

30. dan sampaikan solusi Islam pada semuanya agar mereka merindukan penerapan Islam dalam semua lini | agar berkah negara ini dan ummatnya

KULTWIT 2:
duka mendalam untuk pemerintah Indonesia | jilbab polwan masih dipermasalahkan | sementara seks bebas disponsori dengan bagi kondom gratis

pak @SBYudhoyono kami #TolakFreeSex yang disponsori "Pekan Kondom Nasional" | AIDS bukan dicegah dengan maksiat tapi dengan menerapkan Islam

dapet gambar dari salah satu tweeps tentang bis "Pekan Kondom Nasional" yang mangkal bagi kondom gratis di UGM | gambar bisnya porno pula

sedih melihat pengelola negeri ini | amanah yang Allah titipkan malah digunakan untuk merusak generasi muda

bukannya nggak mau post pic bis "Pekan Kondom Nasional" yang mangkal di UGM itu | nggak tega saya posting pic yang merusak begitu

begitulah pemerintah negara ini menyetujui bagi-bagi kondom gratis dengan dana 25 milyar | bukan hanya untuk kesia-siaan tapi kemaksiatan

25 milyar untuk kondom gratis ada padahal maksiat | unyuk polwan berhijab yang kewajiban dari Allah mikir-mikir? #TolakPekanKondom

zina itu salah satu dosa besar yang sangat dilaknat Allah | apapun alasannya apapun analisisnya tetap saja dosa | ini malah sponsori zina?

logika aneh Kemenkes & KPAN | "AIDS No! but FreeSex Yes!" | emang ada FreeSex tanpa AIDS? #TolakPekanKondom

logika aneh Kemenkes | "tolak AIDS dengan bagi kondom gratis di bus bergambar wanita seksi setengah telanjang" | #TolakPekanKondom

ukuran pori-pori kondom 1/60 mikron & membesar jadi 1/6 mikron saat dipakai | ukuran virus HIV 1/250 mikron | cegah AIDS dengan kondom?

penyebaran AIDS itu efek dari FreeSex | eh ini malah dibagi-bagiin kondom gratis untuk FreeSex? #TolakPekanKondom

Islam mencegah AIDS dengan melarang FreeSex | jangankan sex bebas, pacaran aja diharamkan | itu baru solusi #TolakPekanKondom

bagi-bagi kondom gratis | AIDS-nya belum tentu tercegah | FreeSex-nya sudah pasti terjadi | #TepokJidatTetangga #TolakPekanKondom

logika aneh Kemenkes & KPAN | "lakukanlah seks aman, yaitu dengan kondom" (ini mereknya dan ini artis teladannya) | #TolakPekanKondom

walau kita kesel tapi kita tetep woles kok | tapi tugas kita tetep mengedukasi ummat | agar tak terjebak logika sesat liberalis

orang beriman itu standar pikirnya HALAL dan HARAM dulu | setelahnya baru berpikir MANFAAT atau MUDHARAT | kalo yang lain, nggak tau deh..

"Pekan Kondom" itu angin segar buat para liberalis dan lelaki hidung belang | wajar bila mereka membela program sesat ini mati-matian :)

bagi-bagi kondom gratis itu | mencegah AIDS (katanya) dan mencegah berkah Allah (pastinya) #TolakPekanKondom

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Faried - Premium Blogger Themesf | Affiliate Network Reviews