Tuesday 9 July 2013

Benarkan Nabi SAW Menganjurkan Berbuka dengan yang Manis ?


Teman saya pernah berseloroh : apa tanda bulan puasa sudah dekat? Jawabnya : “di TV sudah ada iklan sirup Marj*n”. Memang tak salah joke teman saya itu, sebab iklan sirup itu selalu muncul dengan varian baru menjelang bulan Ramadhan, dengan slogan “Berbukalah dengan yang manis”. Sebenarnya bukan hanya iklan sirup itu saja yang menggunakan kalimat tersebut. Produsen teh dalam kemasan botol pun menggunakan slogan itu khusus untuk versi iklannya di bulan puasa, meski di hari lain di luar bulan puasa mereka punya slogan khas.

Lalu, benarkah kalimat “Berbukalah dengan yang manis” itu adalah cuplikan dari hadits yang diucapkan Rasulullah? Jika benar, siapa perawinya? Ini yang perlu diketahui ummat Islam, agar tak terkelabui oleh slogan produsen makanan dan minuman manis, seolah itu memang anjuran bagi mereka yang berpuasa. Sesungguhnya hadits Rasulullah Muhammad SAW yang terkait dengan buka puasa hanyalah menyinggung “kurma” dan “air” saja. Seperti dalam hadits yang menyatakan : “Apabila berbuka salah satu kamu, maka hendaklah berbuka dengan kurma. Andaikan kamu tidak memperolehnya, maka berbukalah dengan air, maka sesungguhnya air itu suci.” Sedangkan kebiasaan Rasulullah apabila berbuka sebagaimana disampaikan oleh Anas bin Malik : “Adalah Rasulullah berbuka dengan Ruthab (kurma yang lembek) sebelum shalat, jika tidak terdapat Ruthab, maka beliau berbuka dengan Tamr (kurma kering), maka jika tidak ada kurma kering beliau meneguk air.” (Hadits riwayat Ahmad dan Abu Dawud).

Rupanya, kalimat “berbukalah dengan yang manis” itu adalah kesimpulan/penafsiran yang bersifat simplifikasi dari kurma. Karena kurma pada umumnya berasa manis, lalu dimaknai keliru bahwa anjuran Rasul adalah berbuka dengan yang manis. Padahal, setelah seharian berpuasa lalu begitu berbuka tubuh diserbu dengan makanan dan minuman manis, itu justru sangat tidak baik.

BERBUKA PUASA DENGAN YANG MANIS JUSTRU MERUSAK KESEHATAN TUBUH

Yang pertama harus kita pahami adalah soal “indeks glikemik” (glycemic index/GI), yaitu laju perubahan makanan diubah menjadi gula dalam tubuh. Makin tinggi glikemik indeks dalam makanan, makin cepat makanan itu diubah menjadi gula, sehingga tubuh makin cepat pula menghasilkan respons insulin. Para praktisi fitness atau penganut gaya hidup sehat sangat menghindari makanan yang memiliki indeks glikemik tinggi. Sebisa mungkin mereka mengkonsumsi makanan yang indeks glikemiknya rendah. Kenapa? Karena makin tinggi respons insulin tubuh, maka tubuh makin menimbun lemak.

Jika setelah perut kosong seharian, lalu langsung dipasok dengan gula (makanan yang sangat-sangat tinggi indeks glikemiknya), maka respon insulin dalam tubuh langsung melonjak. Dengan demikian, tubuh akan sangat cepat merespon untuk menimbun lemak. Ketika berpuasa, kadar gula darah kita menurun. Jadi, kalau seketika diberi asupan yang manis-manis, kadar gula darah akan langsung melonjak naik, sangat tidak sehat.

Bagaimana dengan kurma? Kurma adalah karbohidrat kompleks, bukan gula (karbohidrat sederhana). Karbohidrat kompleks untuk menjadi glikogen, perlu diproses sehingga perlu waktu. Karbohidrat kompleks seperti kurma asli, naiknya pelan-pelan. Kurma, dalam kondisi asli, justru tidak terlalu manis. Kurma segar kandungan nutrisinya sangat tinggi tapi kalorinya rendah, sehingga tidak menggemukkan. Perlu diketahui, kurma yang banyak beredar di pasar-pasar tradisional maupun supermarket di Indonesia saat Ramadhan, kemungkinan besar adalah “manisan kurma”. Manisan kurma kandungan gulanya sudah jauh berlipat-lipat banyaknya, agar awet dalam perjalanan ekspornya. Sangat jarang kita menemukan kurma impor yang masih asli dan belum berupa manisan. Kalaupun ada, sangat mungkin harganya menjadi sangat mahal.

Selain kurma, nasi – makanan pokok sebagian besar orang Indonesia – juga karbohidrat kompleks. Akan tetapi glikemiks indek nasi cukup tinggi. Karena itu perlu diperbanyak porsi sayuran sebagai penyeimbang.

RESPON INSULIN DALAM TUBUH
Respon insulin tubuh akan meningkat bila :

1. Makin tinggi jumlah karbohidrat yang dimakan dalam satu porsi, makin tinggi pula respon insulin tubuh. Umumnya, menu makan orang Indonesia sangat kaya karbo bahkan menu utamanya karbo, lauknya pun karbo pula. Sebaiknya perbanyak protein.

2. Semakin tinggi GI (Glycemic Index) dari karbohidrat yang dikonsumsi, semakin meningkat pula respon insulin tubuh.

3. Semakin jarang makan, semakin meningkat respon insulin setiap kali makan.

MENGATUR MAKANAN SAHUR DAN BERBUKA PUASA

Pada saat berpuasa, aktivitas kita di siang hari tidak berkurang, bahkan aktivitas di malam hari pun bertambah dengan adanya sholat tarawih berjamaah di luar rumah, mungkin ditambah tadarusan. Karena itu perlu asupan karbohidrat yang tidak cepat habis. Karbohidrat kompleks (complex carbohydrate) perlu waktu untuk diubah menjadi energi. Makanan diproses pelan-pelan dan tenaga diperoleh sedikit demi sedikit, sehingga kita tidak cepat lapar dan energi tersedia dalam waktu lama, cukup untuk aktivitas sehari penuh. Sebaliknya, karbohidrat sederhana (simple carbohydrate) menyediakan energi sangat cepat, tapi akan cepat pula habis, sehingga kita mudah lemas.

Karena itu, menghindari makanan yang manis-manis (banyak mengandung gula) bukan hanya berlaku saat berbuka puasa saja, tetapi juga saat makan sahur. Perbanyaklah makan karbohidrat kompleks dipadu dengan protein. Berikut pengelompokan jenis makanan berdasarkan type karbohidratnya dan kandungan indeks glikemiks-nya :

1. Karbohidrat sederhana, GI tinggi (energi sangat cepat habis, respon insulin tinggi, merangsang penimbunan lemak) yaitu : sukrosa (gula-gulaan), manisan, minuman ringan (soft drink), jagung manis, sirup, atau apapun makanan dan minuman yang mengandung banyak gula.

2. Karbohidrat sederhana, GI rendah (energi cepat, respon insulin rendah, tidak merangsang penimbunan lemak) yaitu : buah-buahan yang tidak terlalu manis seperti pisang, apel, pir, dll.

3. Karbohidrat kompleks, GI tinggi (energi pelan-pelan, tapi respon insulinnya tinggi) yaitu: nasi putih, kentang, jagung.

4. Karbohidrat kompleks, GI rendah (energi dilepas pelan-pelan sehingga tahan lama, respon insulin juga rendah) yaitu : gandum, beras merah, umbi-umbian, sayuran.

Yang terbaik untuk makan sahur tentu komposisi yang mengandung banyak karbohidrat kompleks yang GI-nya rendah. Sehingga oleh tubuh akan diproses pelan-pelan, kita tidak cepat lapar, energi dihabiskan cukup untuk aktivitas satu hari penuh dan respon insulin rendah sehingga tubuh tidak cenderung menabung lemak. Kalaupun harus makan karbohidrat sederhana karena butuh energi cepat saat berbuka puasa, maka cari yang nilai GI-nya rendah. Semisal buah pisang dan apel.

0 comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Faried - Premium Blogger Themesf | Affiliate Network Reviews