Saturday 25 October 2014

Jalan Santai, Bisa Tingkatkan Kreativitas


JIKA Anda dalam kondisi kreativitas yang merosot, para ilmuwan punya saran: berjalan-jalanlah.

Orang bisa memacu ide-ide yang lebih kreatif ketika mereka berjalan daripada ketika duduk, kata penelitian baru yang diterbitkan dalam Journal of Experimental Psychology: Learning, Memory and Cognition. “Semua orang selalu mengatakan, berjalan-jalan bisa memberi ide-ide baru, tapi tidak ada yang pernah membuktikan hal itu sebelumnya,” kata Marily Oppezzo, seorang profesor psikologi di Santa Clara University dan penulis utama studi tersebut.

Bahkan, Oppezzo sendiri mendapat inspirasi penelitian ini saat masih menjadi mahasiswa pasca-sarjana berjalan-jalan dengan penasihat tesisnya, Daniel Schwartz, profesor pendidikan di Universitas Stanford.

Untuk mengukur kreativitas, Oppezzo mengundang 176 orang dan memberi mereka berbagai tes verbal. Misalnya, beberapa relawan diminta menggunakan istilah alternatif pada istilah-istilah yang umum, seperti tombol. Oppezzo kemudian mendefinisikan respon kreatif dengan mendapatkan satu dari dua jawaban yang baik dan sesuai (misalnya tombol bisa berfungsi sebagai saringan kecil atau mata untuk boneka, bukan hanya berfungsi untuk menghidupkan bola lampu), serta asli, yang tidak ada orang lain mengatakan sebelumnya.

Dalam percobaan pertama, relawan diminta menyelesaikan tes kreativitas dua kali. Pertama saat duduk di dekat meja di satu ruangan kecil selama empat menit, dan kemudian saat berjalan di treadmill untuk jumlah waktu yang sama. Para peneliti menemukan, 81 persen dari peserta meningkat kemampuan kreatifnya ketika berjalan.

Para pejalan akan lebih banyak berbicara daripada orang-orang yang duduk. Namun Oppezzo mengatakan, peningkatan ide-ide kreatif saat berjalan juga tidak sesederhana menghasilkan lebih banyak ide secara umum.

“Kami mengambil semua yang mereka katakan dan membagi antara total ide kreatif dengan total ide yang disebutkan,” katanya, seperti dimuat Gulfnews belum lama ini. “Orang yang berjalan lebih banyak berfikir, dan mereka juga memiliki kepadatan lebih tinggi dalam berfikir kreatif daripada yang duduk.”

Untuk melihat apakah berjalan meningkatkan kemampuan otak secara keseluruhan, Oppezzo dan timnya memiliki relawan menyelesaikan tugas guna mengukur pemikiran konvergen. Peserta penelitian diberi tiga kata dan diminta memberikan kata lain yang menggabungkan kata-kata tersebut ke dalam satu frasa baru. Misalnya, “Swiss”, “cake”, dan “cottage”, yang kemudian semua dikombinasikan menjadi “cheese”.

Pada tes ini, para relawan melakukan sedikit lebih buruk saat berjalan dibandingkan ketika duduk. Hal ini menyebabkan para peneliti menyimpulkan bahwa manfaat kognitif dari berjalan spesifik untuk pikiran-pikiran kreatif.

Dalam percobaan berikutnya, para peneliti menemukan bahwa dorongan kreatif dapat terus bertahan untuk jangka waktu tertentu. Orang-orang yang mengambil tes kreativitas sambil berjalan, kemudian sambil duduk, mendapatkan ide-ide yang lebih kreatif terkait posisi (jabatan) mereka, dibandingkan relawan yang duduk dan tidak pergi berjalan-jalan.

Untuk memastikan ini bukan ‘sesuatu yang sudah pasti’, para relawan kemudian dilakukan tes. Para peneliti meminta beberapa peserta untuk mengikuti tes dua kali dan tetap duduk dua kali. Dalam kondisi tersebut, uji kinerja tidak meningkat berdasarkan pengalamannya.

Dalam satu set percobaan lainnya, para peneliti menemukan bahwa berjalan di dalam ruangan sama baiknya untuk kreativitas dengan berjalan di luar ruangan, meskipun di luar ruangan lebih memungkinkan membuat peserta lebih banyak bicara.

Pada akhir percobaan, Oppezzo mencoba mendorong para sukarelawan ke seluruh kawasan kampus Stanford dengan menggunakan kursi roda, dan dibandingkan kreativitas mereka dengan relawan berjalan-jalan di luar. Juga orang-orang yang berjalan di dalam ruangan dengan menggunakan treadmill dan orang-orang yang duduk di dalam laboratorium tanpa pandangan ke luar ruangan. Hasilnya jelas: berjalan (baik di dalam atau di luar ruangan) mengalahkan duduk (baik di dalam atau di luar).

Peneliti lain mengatakan, mereka menemukan hasil meyakinkan, terutama karena mereka telah melakukan konfirmasi dengan empat percobaan berbeda.

Jennifer Wiley, seorang profesor psikologi di University of Illinois, Chicago, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan, hasil Oppezzo itu sejalan dengan apa yang disebut “tempat tidur, kamar mandi, bus dan bar sindrom”.

“Ketika kami mengambil istirahat dari aktivitas mencari solusi penelitian, lantas pergi dengan kegiatan sehari-hari kami yang lain, solusi-solusi sering muncul dalam pikiran kita,” katanya. Tapi Wiley dan lainnnya masih belum paham mengapa berjalan bisa meningkatkan kreativitas.

Mungkin berjalan meningkatkan gairah di otak, kata Jonathan Schooler, seorang profesor ilmu psikologi dan otak di University of California, Santa Barbara, yang tidak terlibat dalam penelitian ini. Jika demikian, hal itu akan menjelaskan mengapa sebagian besar relawan menjadi lebih cerewet ketika mereka berjalan-jalan, katanya.

Oppezzo menduga, ada kemungkinan bahwa berjalan dapat menyingkirkan hambatan-hambatan pada kemampuan otak. “Kami benar-benar tidak tahu,” katanya.

Oppezzo dan Schwartz berniat melanjutkan penelitian mereka untuk mendapatkan hubungan antara berjalan dan kreativitas . “Kami sudah banyak melakukan pertemuan sambil berjalan-jalan untuk berpikir tentang ide-ide masa depan,” kata Oppezzo. “Mudah-mudahan kita akan menjalankan studi baru segera.”

Sementara itu, ia menyarankan agar orang berjalan-jalan sebelum melakukan pemecahan masalah, atau melakukannya jika mengalami kemacetan dalam masalah kreatif. “Studi kami menunjukkan, kreativitas semua orang membaik ketika mereka berjalan dibandingkan dengan mereka yang duduk,” katanya. “Ini sangat keren, cukup dengan pergi keluar, berjalan-jalan, kreativitas Anda lebih meningkat.”

0 comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Faried - Premium Blogger Themesf | Affiliate Network Reviews