Sunday, 1 September 2013

Mengapa Umat Islamt Harus Tolak Miss World ?


SEPTEMBER 2013 ini, Indonesia akan menjadi sorotan dunia. Pasalnya, untuk kali pertama Indonesia akan menjadi tuan rumah perhelatan kontes kecantikan dunia, Miss World ke-63 tahun 2013.

Sebanyak lebih dari 130 kontestan dari berbagai negara di dunia akan menghadiri acara ini. Ajang kontes kecantikan dunia ini rencananya akan diselenggarakan di beberapa kota. Untuk karantina peserta dilaksanakan di Nusa Dua, Bali. Sedangkan puncak acara, yaitu malam penobatan, digelar di Sentul International Convention Center (SICC) Bogor, Jabar, 28 September 2013.

Artinya, untuk pertama kalinya, Indonesia sebagai negara Muslim terbesar di dunia akan mencatatkan dirinya sebagai negara penyelenggara kontes kecantikan Miss World yang salah satunya mengambil tempat di Bogor, sebuah kota yang bersemboyankan “Tegar Beriman” dengan jumlah penduduk muslim sebanyak 89,7%.

Dalam ajang Miss World ke-63 nanti, Indonesia diwakili oleh pemenang Miss Indonesia 2013, Vania Larissa.

Sedikit menengok ke tahun 1951 di Inggris, di mana kontes ini pertama kali disebut sebagai “Bikini Contest Festival” yang hanya mendasarkan penilaian pada fisik (beauty). Kemudian kontes ini disebut sebagai Miss World oleh media.

Dan pada 1980, kontes ini mereposisi dirinya dengan slogan Beauty With a Purpose (kecantikan dengan tujuan) dengan tambahan tes intelijen dan tes kepribadian, sebagai upaya agar kontes ini bisa diterima banyak kalangan.

Meskipun demikian, sejak kelahirannya sampai sekarang dan bahkan di kota kelahirannya sendiri, kontes ini terus menuai penolakan. Disebutkan dalam situshttp://www.bbc.co.uk (5 November 2011), dalam rangka menyambut kontes Miss World ke-60 di London tahun 2011, sekelompok feminis menggalang demonstrasi menentang acara tersebut.

Sebuah pernyataan di situs "London Feminist Network" menyatakan, "Tidak ada tempat untuk kompetisi ini!" (The competition has no place in London in 2011).

Sekali lagi, Tolak Miss World

Pertama, bahwasanya Islam sangat memuliakan perempuan dengan mewajibkan perempuan untuk menutup auratnya (QS. An Nur 31 ) dan haram bertabarruj, perempuan cantik dalam pandangan Islam adalah yang paling bertakwa disisi Allah (QS. Al Hujurat 13). Bukan dinilai dari kemolekan dan kecantikan tubuh yang dalam kontes Miss World hal ini adalah termasuk kategori penilaian.

Ada lima alasan mengapa umat Islam perlu menolak acara ini.

Kedua, Miss World semakin meliberalkan Indonesia dan dunia.

Dalam percaturan global, Indonesia yang merupakan negara Muslim terbesar di dunia, yang telah menjadi center opinion bahkan menjadi kiblat bagi negara-negara berpenduduk Muslim lainnya di dunia.

Indonesia tercatat enam kali mengikuti Miss World, namun belum pernah menang satu kali pun. Ketika Indonesia bersedia menjadi tuan rumah ajang Miss World, maka akan meneguhkan opini bahwa Islam tidak mempermasalahkan perempuan menjadi bagian kontes kecantikan demi meraih popularitas dan materi.

Bahkan baru di soundingkan diadakan di Indonesia sudah menaikkan jumlah peserta menjadi 130 peserta, sedangkan pada pelaksanaan tahun lalu hanya 116 peserta. Brunei yang tidak pernah ikut, tahun ini pun ikut mendaftar.

Ketiga
, adanya dusta konsep 3B Miss World tetap mengunggulkan kriteria fisik (beauty) meskipun disyaratkan juga 3B (brain, beauty, behavior) pada tiap-tiap kontestan.

Terhadap orang yang menyatakan bahwa yang dinilai dalam kontes kecantikan bukan hanya kecantikannya, tetapi juga otaknya, sikapnya dan keberaniannya, Daoed Joesoef -mantan staf pengajar di UI yang juga mantan menteri Pendidikan dan Kebudayaan- menyatakan bahwa semua itu hanya embel-embel guna menutupi kriteria kecantikan yang tetap diunggulkan, beliau mengatakan “sepintar apapun, kalau tidak cantik tidak dipilih’ (Majalah Hidayatullah, Juli 2013).

Keempat, Tidak ada manfaat untuk Indonesia acara seperti ini.

Jikalau motif penyelenggaraan adanya Miss World ini adalah untuk meningkatkan pariwisata dan citra Indonesia di dunia Internasional maka ini adalah alasan yang konyol dan mengada-ada. Karena adanya Miss World justru ingin menarik wisatawan dengan keindahan perempuan. Bukan Indonesia dengan daya tarik alamnya.

Kelima, kapitalisasi kemaksiatan, kapitalisme yang memandang semua hal Dari aspek mendatangkan keuntungan. Tanpa peduli apa bahaya-mudharatnya bagi masyarakat. Tidak ada ukuran halal-haramnya. Yang ada hanya keuntungan materi.

Perempuan yang semestinya dihormati pun dikorbankan untuk menghasilkan pundi-pundi uang sebanyak mungkin. Kapitalisme telah menempatkan perempuan seperti barang yang bisa dieksploitasi kecantikannya demi kepentingan bisnis.

Berbagai pihak

Telah banyak penolakan dari berbagai pihak terhadap rencana penyelenggaraan acaraMiss World di Indonesia pada pertengahan 2013 nanti. Di antaranya dari Ketua Divisi Pendidikan dan Partisipasi Masyarakat Komnas Perempuan, Andy Yentriani. Ia berpendapat bahwa, “Tidak adil apabila kecantikan itu menjadi ajang untuk dipertandingkan. Berbeda dengan misalnya kompetisi fisika. Disitu ada proses dimana pesertanya dituntut untuk meningkatkan kemampuannya” (portalKBR.com, 9 Mei 2013).

Dan yang paling kencang, tentusaja penolakan dari berbagai elemen Islam. Mulai dari MUI Pusat dan yang baru saja melakukan Munas yakni FPI. Sebelumnya, dalam acara milad ke-13 Keluarga Muslim Bogor (KMB), Sabtu (06 April 2013), sejumlah elemen Islam di antaranya MUI Kota/Kab Bogor, Forum Umat Islam Bogor, Keluarga Muslim Bogor, DDI Bogor, Persis Bogor, HTI Bogor, FPI Bogor, Muhammadiyah Bogor, Garis Bogor, Hasmi Bogor, HMI Bogor, Palang Merah Bogor, IKPM Bogor, Fos Armi Bogor, Khairu Ummah, Majelis Abu Hanifah, BKSPPI Bogor, Angkatan Muda Siliwangi Bogor, LSM BMDI, Forkami, Aisyiyah, NU, Persis, dan dari kalangan partai seperti PPP, PBB, PAN, serta Ormas-ormas Islam sepakat menolak.

Mereka menandatangani pernyataan menolak gelaran acara yang akan disaksikan publik dunia itu. Dengan alasan bahwa ajang tersebut buka-bukaan aurat yang nyata-nyata merendahkan harkat dan martabat perempuan.

Dengan penolakan berbegai eleman terhadap penyelenggaraan Miss World di Indonesia, maka sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah untuk memperhatikan semua hal tersebut di atas, dan kemudian membatalkannya.

Sungguh menyedihkan, jika kasus-kasus seperti ini dianggap angin lalu oleh pemerintah, khususnya Presiden SBY. Akan lebih mulia jika umat mengenang masa akhir jabatan kepresidenan SBY dengan melakukan amal-amal terpuji, di antaranya melarang acara ini.*

0 comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Faried - Premium Blogger Themesf | Affiliate Network Reviews