Hidayatullah.com--Pada 1 April 1957, lembaga penyiaran internasional yang di segani BBC dalam program acara 'Panorama' yang masih langgeng hingga saat ini, menurunkan laporan tentang petani Swiss yang memanen spageti dari pepohonan di kebun mereka, lengkap dengan gambar aktivitas memetik pasta yang berjuntai-juntai.
Begitu terpesonanya para pemirsa, banyak yang menghubungi BBC untuk bertanya apa dan bagaimana cara menanam pohon berbuah spageti itu.
Sampai saat ini, kebohongan itu menjadi lelucon April Fool's Day yang paling dikenal orang.
Sejarah tidak jelas
Membuat lelucon, kegiatan usil, iseng, bukan monopoli suatu bangsa. Senang bergurau adalah bagian dari sifat manusia yang melekat secara universal. Mungkin karena itu, di Eropa sendiri --yang diyakini menjadi asal kebiasaan gurauan ini-- sejarah asal mula April Fool's Day tidak diketahui secara pasti.
Berdasarkan catatan sejarah budaya bangsa Eropa, masing-masing negara memiliki perayaan lelucon tersebut yang serupa tapi sedikit berbeda satu sama lainnya.
The Museum of Hoaxes, museum yang mengumpulkan berita kabar-burung dan simpang-siur yang jelas-jelas kebohongannya atau tidak jelas kebenarannya, memaparkan beberapa perkiraan tentang asal mula lelucon April Fool's Day atau tradisi sejenisnya.
Menurut pakar sejarah, tradisi April Fool's Day baru jelas tercatat sejak abad ke-18 Masehi. Meski demikian, ketika itu kebiasaan tersebut sudah mendarah-daging dalam tradisi masyarakat di seluruh Eropa dan dianggap sebagai kebiasaan yang sangat unik.
Sejarah tertulis paling tua tentang tradisi lelucon itu berasal dari tahun 1500an. Namun, lagi-lagi, keterangannya tidak jelas.Shakespeare yang dianggap sebagai tokoh sentral sastra di Eropa yang aktif menulis di akhir abad XVI dan awal abad XVII tidak menyebut-nyebut tentang tradisi itu. Sementara Charles Dickens Jr menyebut adanya tradisi konyol tersebut.
Teori yang terkemuka tentang awal April Fool's Day berasal dari Prancis.Pada tahun 1564 Masehi Prancis mengubah awal kalendernya, dari akhir Maret menjadi 1 Januari. Orang-orang yang masih ngotot memakai kalender lama, menjadi bahan olok-olok temannya. Orang-orang kolot itu diusili, punggung mereka ditempeli kertas berbentuk ikan.
Kebiasaan iseng di awal April itu kemudian dikenal oleh masyarakat setempat sebagai Poisson d'Avril, merujuk pada gambar poisson (bahasa Prancis artinya ikan) yang ditempelkan ke punggung para korban dan Avril (bulan April).
Namun, teori ini pun diragukan. Pasalnya, kalender di Eropa buatan Julius Ceasar sudah sejak 46 Sebelum Masehi menetapkan bahwa awal tahun adalah 1 Januari.
Selain itu, pada tahun 1500an Masehi kalender di Eropa sedang kacau, seiring dengan menyebarnya ajaran Kristen di seluruh penjuru benua itu. Orang-orang Kristen ingin agar awal tahun dilekatkan dengan tradisi agama mereka yang lebih besar, seperti Natal atau Paskah. Sebagian negara tetap menggunakan 1 Januari sebagai awal tahun, dan menganggap hari itu bertepatan dengan waktu Yesus disunat.
Prancis sendiri menggunakan waktu Paskah sebagai awal tahun hanya untuk keperluan administrasi dan hukum negara. Mereka tetap mengikuti kebiasaan orang Romawi yang merayakan 1 Januari dengan bertukar kado atau hadiah.
Pemindahan awal tahun ke 1 Januari di Prancis, menurut sejarah juga tidak dilakukan secara tiba-tiba, melainkan secara gradual. Dan perayaan tahun baru di negara itu tidak pernah ada kaitan yang jelas dengan 1 April.
Teori April Fool's Day dikaitkan dengan perubahan awal kalender Eropa semakin tidak masuk akal jika dilihat dari sejarah Inggris. Sebab, Inggris mengubah awal kalendernya menjadi 1 Januari pada tahun 1752. Saat itu, April Fool's Day telah menjadi tradisi kuat masyarakat setempat.
Kolektor barang antik tekemuka Inggris John Aubrey gemar mengumpulkan catatan-catatan tentang tradisi dan takhayul dalam masyarakat umum. Pada tahun 1686 dalam karyanya yang berjudul 'Remains of Gentilism and Judaism' ia menulis, “Fooles holy day. We observe it on ye first of April. And so it is kept in Germany everywhere.” Dari sini jelas, April Fool's telah menjadi tradisi di mana-mana.
Perayaan serupa
Kita tinggalkan tentang tanggal dan penyebab awal mula lelucon 1 April muncul. Mari kita melihat tradisi yang berkembang dalam masyarakat periode sebelumnya. Di mana tradisi lelucon serupa juga terlihat.
Orang-orang Romawi mengenal festival Saturnalia. Tradisi ini dilakukan setiap akhir Desember. Pada perayaan tersebut, semua orang bersenang-senang dan saling bertukar hadiah. Para budak bahkan diperbolehkan pura-pura menjadi majikan mereka, mengolok-olok raja dan Lord of Misrule.
Lord of Misrule adalah orang yang ditunjuk untuk memimpin pesta mabuk-mabukan dan gila-gilaan, biasanya ia adalah petani atau orang rendahan yang “diangkat” menjadi raja sehari.
Saturnalia adalah kebiasaan masyarakat pagan Romawi yang menyembah Dewa Saturnus. Pada Abad ke-4 Masehi, tradisi itu digeser perayaannya menjadi 1 Januari dan banyak tradisi mereka kemudian dikaitkan dengan perayaan agama Kristen (Natal).
Orang-orang Romawi juga mengenal Hilaria, perayaan kebangkitan Attis, putra dari Bunda Agung Cybele.
Orang-orang Eropa Utara merayakan Festival of Lud, yang dipersembahkan untuk Lud, dewa humornya bangsa Celtic.
Di Abad Pertengahan ada perayaan Festus Fatuorum (Feast of Fools). Mirip dengan Saturnalia, tetapi yang diolok-olok adalah ritual gereja. Di samping itu, cara mereka mengolok-olok ajaran gereja sering kali sangat kelewat batas dan keterlaluan. Sehingga, otoritas gereja ketika itu mengecam perayaan ini. Festival bodoh tersebut bertahan dua ratus tahun, dari abad ke-15 sampai abad ke-17.
Mitos dan tradisi pagan
Sejumlah perayaan di Inggris pada Abad Pertengahan memiliki kemiripan dengan April Fool's Day.
Tradisi Hoke-Tide atau Hock-Tide biasa dilakukan sekitar Paskah. Pria atau wanita biasanya mencegat orang asing yang berlawanan jenis, lalu mengikatnya dengan tali dan membebaskannya jika korban sudah memberi uang sumbangan amal.
Ada lagi Shig-Shag atau Shick-Shack Day yang dirayakan pada 20 Mei. Orang-orang menempatkan tangkai pohon apel oak di topi atau kerah mereka, sebagai penghormatan kepada bangsawan kerajaan. Sebab, diyakini Raja Charles II selamat dari kejaran pasukan Cromwell dengan cara bersembunyi di pohon apel oak. Mereka yang tidak mengenakannya akan diolok-olok.Namun, tradisi itu menurut sejarawan kemungkinan berasal dari budaya pagan dari orang-orang yang menyembah pohon.
Sejumlah pakar sejarah menduga, tradisi pencarian sia-sia dalam April Fool's Day berakar dari mitologi Romawi. Di mana Pluto --dewa orang-orang yang mati-- menculik Proserpina dan membawanya ke dunia bawah. Ibu Prosperina, Ceres, yang mencari-cari putrinya hanya bisa mendengar suara anaknya yang meminta tolong, tanpa berhasil menemukannya.
Ada pula yang mengatakan, aktivitas-aktivitas konyol dan sia-sia dalam perayaan 1 April berangkat dari cerita populer di kalangan Kristen tentang kesalahan Nabi Nuh yang melepaskan seekor burung dara sebelum air banjir surut. Atau cerita tentang perjalanan sia-sia Yesus yang diutus pergi dari Pilate ke Herod dan kembali lagi. Adanya ungkapan “Sending a man from Pilate to Herod” untuk menyatakan perbuatan sia-sia, dianggap sebagai buktinya.
Manfaat
Terlepas dari asal-mula perayaan April Mop, kiranya pendapat Ali bin Rajab, seorang mahasiswa Universitas Raja Abdulaziz di Jeddah patut diapresiasi. Menurutnya, tradisi bohong pada 1 April sebaiknya diubah menjadi kebiasaan untuk jujur lewat kampanye “Hari Kejujuran Dunia”.
“Kita harus memberi pencerahan kepada para pemuda bahwa berbohong bukanlah bagian dari diri kita dan juga agama kita. Kejujuran adalah dasar dari moral Islam kita, sehingga seseorang tidak biasa berbohong,” kata Ali, sebagai mana dikutip Saudi Gazette (02/04/2012).
April Mop menghalalkan orang untuk mengolok-olok dan berbohong kepada orang lain hanya untuk tertawa.
Dusta dalam Islam, menunjukkan rusaknya iman, hati dan kehormatan seseorang.
Perayaan berupa mengolok-olok itu pun berangkat dari kebiasaan orang-orang penyembah berhala, praktek peribadatan yang jelas bertentangan dengan ajaran tauhid Islam.
Ada atau tidaknya perayaan April Mop dengan sejarah pembantaian umat Islam, kebiasaan bodoh setiap awal bulan April tersebut sangat tidak layak untuk dilakukan oleh orang yang mengaku Muslim.*
Baca bagian pertama dari tulisan ini.
Begitu terpesonanya para pemirsa, banyak yang menghubungi BBC untuk bertanya apa dan bagaimana cara menanam pohon berbuah spageti itu.
Sampai saat ini, kebohongan itu menjadi lelucon April Fool's Day yang paling dikenal orang.
Sejarah tidak jelas
Membuat lelucon, kegiatan usil, iseng, bukan monopoli suatu bangsa. Senang bergurau adalah bagian dari sifat manusia yang melekat secara universal. Mungkin karena itu, di Eropa sendiri --yang diyakini menjadi asal kebiasaan gurauan ini-- sejarah asal mula April Fool's Day tidak diketahui secara pasti.
Berdasarkan catatan sejarah budaya bangsa Eropa, masing-masing negara memiliki perayaan lelucon tersebut yang serupa tapi sedikit berbeda satu sama lainnya.
The Museum of Hoaxes, museum yang mengumpulkan berita kabar-burung dan simpang-siur yang jelas-jelas kebohongannya atau tidak jelas kebenarannya, memaparkan beberapa perkiraan tentang asal mula lelucon April Fool's Day atau tradisi sejenisnya.
Menurut pakar sejarah, tradisi April Fool's Day baru jelas tercatat sejak abad ke-18 Masehi. Meski demikian, ketika itu kebiasaan tersebut sudah mendarah-daging dalam tradisi masyarakat di seluruh Eropa dan dianggap sebagai kebiasaan yang sangat unik.
Sejarah tertulis paling tua tentang tradisi lelucon itu berasal dari tahun 1500an. Namun, lagi-lagi, keterangannya tidak jelas.Shakespeare yang dianggap sebagai tokoh sentral sastra di Eropa yang aktif menulis di akhir abad XVI dan awal abad XVII tidak menyebut-nyebut tentang tradisi itu. Sementara Charles Dickens Jr menyebut adanya tradisi konyol tersebut.
Teori yang terkemuka tentang awal April Fool's Day berasal dari Prancis.Pada tahun 1564 Masehi Prancis mengubah awal kalendernya, dari akhir Maret menjadi 1 Januari. Orang-orang yang masih ngotot memakai kalender lama, menjadi bahan olok-olok temannya. Orang-orang kolot itu diusili, punggung mereka ditempeli kertas berbentuk ikan.
Kebiasaan iseng di awal April itu kemudian dikenal oleh masyarakat setempat sebagai Poisson d'Avril, merujuk pada gambar poisson (bahasa Prancis artinya ikan) yang ditempelkan ke punggung para korban dan Avril (bulan April).
Namun, teori ini pun diragukan. Pasalnya, kalender di Eropa buatan Julius Ceasar sudah sejak 46 Sebelum Masehi menetapkan bahwa awal tahun adalah 1 Januari.
Selain itu, pada tahun 1500an Masehi kalender di Eropa sedang kacau, seiring dengan menyebarnya ajaran Kristen di seluruh penjuru benua itu. Orang-orang Kristen ingin agar awal tahun dilekatkan dengan tradisi agama mereka yang lebih besar, seperti Natal atau Paskah. Sebagian negara tetap menggunakan 1 Januari sebagai awal tahun, dan menganggap hari itu bertepatan dengan waktu Yesus disunat.
Prancis sendiri menggunakan waktu Paskah sebagai awal tahun hanya untuk keperluan administrasi dan hukum negara. Mereka tetap mengikuti kebiasaan orang Romawi yang merayakan 1 Januari dengan bertukar kado atau hadiah.
Pemindahan awal tahun ke 1 Januari di Prancis, menurut sejarah juga tidak dilakukan secara tiba-tiba, melainkan secara gradual. Dan perayaan tahun baru di negara itu tidak pernah ada kaitan yang jelas dengan 1 April.
Teori April Fool's Day dikaitkan dengan perubahan awal kalender Eropa semakin tidak masuk akal jika dilihat dari sejarah Inggris. Sebab, Inggris mengubah awal kalendernya menjadi 1 Januari pada tahun 1752. Saat itu, April Fool's Day telah menjadi tradisi kuat masyarakat setempat.
Kolektor barang antik tekemuka Inggris John Aubrey gemar mengumpulkan catatan-catatan tentang tradisi dan takhayul dalam masyarakat umum. Pada tahun 1686 dalam karyanya yang berjudul 'Remains of Gentilism and Judaism' ia menulis, “Fooles holy day. We observe it on ye first of April. And so it is kept in Germany everywhere.” Dari sini jelas, April Fool's telah menjadi tradisi di mana-mana.
Perayaan serupa
Kita tinggalkan tentang tanggal dan penyebab awal mula lelucon 1 April muncul. Mari kita melihat tradisi yang berkembang dalam masyarakat periode sebelumnya. Di mana tradisi lelucon serupa juga terlihat.
Orang-orang Romawi mengenal festival Saturnalia. Tradisi ini dilakukan setiap akhir Desember. Pada perayaan tersebut, semua orang bersenang-senang dan saling bertukar hadiah. Para budak bahkan diperbolehkan pura-pura menjadi majikan mereka, mengolok-olok raja dan Lord of Misrule.
Lord of Misrule adalah orang yang ditunjuk untuk memimpin pesta mabuk-mabukan dan gila-gilaan, biasanya ia adalah petani atau orang rendahan yang “diangkat” menjadi raja sehari.
Saturnalia adalah kebiasaan masyarakat pagan Romawi yang menyembah Dewa Saturnus. Pada Abad ke-4 Masehi, tradisi itu digeser perayaannya menjadi 1 Januari dan banyak tradisi mereka kemudian dikaitkan dengan perayaan agama Kristen (Natal).
Orang-orang Romawi juga mengenal Hilaria, perayaan kebangkitan Attis, putra dari Bunda Agung Cybele.
Orang-orang Eropa Utara merayakan Festival of Lud, yang dipersembahkan untuk Lud, dewa humornya bangsa Celtic.
Di Abad Pertengahan ada perayaan Festus Fatuorum (Feast of Fools). Mirip dengan Saturnalia, tetapi yang diolok-olok adalah ritual gereja. Di samping itu, cara mereka mengolok-olok ajaran gereja sering kali sangat kelewat batas dan keterlaluan. Sehingga, otoritas gereja ketika itu mengecam perayaan ini. Festival bodoh tersebut bertahan dua ratus tahun, dari abad ke-15 sampai abad ke-17.
Mitos dan tradisi pagan
Sejumlah perayaan di Inggris pada Abad Pertengahan memiliki kemiripan dengan April Fool's Day.
Tradisi Hoke-Tide atau Hock-Tide biasa dilakukan sekitar Paskah. Pria atau wanita biasanya mencegat orang asing yang berlawanan jenis, lalu mengikatnya dengan tali dan membebaskannya jika korban sudah memberi uang sumbangan amal.
Ada lagi Shig-Shag atau Shick-Shack Day yang dirayakan pada 20 Mei. Orang-orang menempatkan tangkai pohon apel oak di topi atau kerah mereka, sebagai penghormatan kepada bangsawan kerajaan. Sebab, diyakini Raja Charles II selamat dari kejaran pasukan Cromwell dengan cara bersembunyi di pohon apel oak. Mereka yang tidak mengenakannya akan diolok-olok.Namun, tradisi itu menurut sejarawan kemungkinan berasal dari budaya pagan dari orang-orang yang menyembah pohon.
Sejumlah pakar sejarah menduga, tradisi pencarian sia-sia dalam April Fool's Day berakar dari mitologi Romawi. Di mana Pluto --dewa orang-orang yang mati-- menculik Proserpina dan membawanya ke dunia bawah. Ibu Prosperina, Ceres, yang mencari-cari putrinya hanya bisa mendengar suara anaknya yang meminta tolong, tanpa berhasil menemukannya.
Ada pula yang mengatakan, aktivitas-aktivitas konyol dan sia-sia dalam perayaan 1 April berangkat dari cerita populer di kalangan Kristen tentang kesalahan Nabi Nuh yang melepaskan seekor burung dara sebelum air banjir surut. Atau cerita tentang perjalanan sia-sia Yesus yang diutus pergi dari Pilate ke Herod dan kembali lagi. Adanya ungkapan “Sending a man from Pilate to Herod” untuk menyatakan perbuatan sia-sia, dianggap sebagai buktinya.
Manfaat
Terlepas dari asal-mula perayaan April Mop, kiranya pendapat Ali bin Rajab, seorang mahasiswa Universitas Raja Abdulaziz di Jeddah patut diapresiasi. Menurutnya, tradisi bohong pada 1 April sebaiknya diubah menjadi kebiasaan untuk jujur lewat kampanye “Hari Kejujuran Dunia”.
“Kita harus memberi pencerahan kepada para pemuda bahwa berbohong bukanlah bagian dari diri kita dan juga agama kita. Kejujuran adalah dasar dari moral Islam kita, sehingga seseorang tidak biasa berbohong,” kata Ali, sebagai mana dikutip Saudi Gazette (02/04/2012).
April Mop menghalalkan orang untuk mengolok-olok dan berbohong kepada orang lain hanya untuk tertawa.
Dusta dalam Islam, menunjukkan rusaknya iman, hati dan kehormatan seseorang.
Perayaan berupa mengolok-olok itu pun berangkat dari kebiasaan orang-orang penyembah berhala, praktek peribadatan yang jelas bertentangan dengan ajaran tauhid Islam.
Ada atau tidaknya perayaan April Mop dengan sejarah pembantaian umat Islam, kebiasaan bodoh setiap awal bulan April tersebut sangat tidak layak untuk dilakukan oleh orang yang mengaku Muslim.*
Baca bagian pertama dari tulisan ini.
0 comments:
Post a Comment