Hidayatullah.com--Seorang ibu di Saudi Arabia dilarikan ke rumah sakit di Jeddah, karena mendengar putrinya yang berusia 7 tahun telah diculik orang. Si ibu terkena serangan jantung.
Ketika keluarga akan melapor ke polisi, muncullah Fatimah, gadis kecil yang hilang tesebut, dengan tertawa-tawa. Ia dan kakak perempuannya yang berusia 15 tahun ternyata sepakat untuk membohongi ibu mereka pada hari Ahad tanggal 1 April kemarin, dalam rangka April Fool's Day.
Cerita di atas benar-benar terjadi, sebagaimana dilaporkan Saudi Gazette (02/04/2012).
April Fool's Day lebih akrab di telinga masyarakat Indonesia dengan sebutan April Mop. Istilah yang terakhir ini diserap dari bahasa Belanda, mop, yang berarti lelucon. Pada hari itu, kebohongan dan dusta menjadi halal, hanya demi gurauan dan kesenangan semata, tanpa memikirkan akibat buruknya.
“Kalau anak-anak kita ikut-ikutan merayakan April Mop, berarti kita sedang mengajari mereka menjadi penipu dan pembunuh karakter umat Islam,” kata Direktur Lembaga Kajian Politik dan Syariat Islam (LKPSI) Fauzan Al Anshari kepada hidayatullah.com belum lama ini. Fauzan menjelaskan, dalam sejarahnya, April Mop dimulai pada 1 April tahun 1487, berupa perayaan hari kemenangan atas dibunuhnya ribuan umat Islam Spanyol oleh tentara Salib yang dilakukan lewat cara-cara penipuan. Ketika itu, sisa-sisa kaum Muslim yang masih hidup di Spanyol ditipu Kristen setelah kalah dan akan dikirim pulang ke Afrika Utara. Saat mereka keluar rumah menuju pelabuhan, secara cepat pasukan Salib membakar rumah dan kapal yang telah dipersiapkan. Akhirnya, umat Islam yang dijanjikan perlindungan pun dibantai. Tragedi pembantaian itu bertepatan dengan tanggal 1 April. Inilah, menurut Fauzan, yang kemudian diperingati oleh dunia Kristen setiap tanggal 1 April sebagai April Fool's Day.
Tidak masuk akal
Cerita tentang asal-muasal April Mop seperti yang dikisahkan Fauzan banyak diterima oleh kaum Muslim. Namun, ada yang berpendapat lain.
Menurut Muhammad Tariq Ghazi --seorang jurnalis dan sejarawan veteran yang bermukim di Kanada, penulis buku 'The Cartoons Cry' tentang pelecehan kartun-kartun Denmark atas Nabi Muhammad dan Islam-- cerita sejarah April Mop seperti di atas tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Bahkan, menurut Ghazi, bisa jadi cerita itu adalah salah satu cerita karangan untuk membodoh-bodohi Muslim dalam rangka April Mop itu sendiri.
Dalam tulisannya berjudul 'Truth About April Fool's Day and Muslim Representative Method of Scientific Inquiry' (2007), Ghazi menjelaskan mengapa cerita bahwa Muslim di Andalusia dikalahkan oleh Spanyol dengan cara menipu tersebut tidak masuk akal.
Pertama, menurut sejarah yang tercatat oleh sejarawan dan buku-buku ensiklopedia atau setidaknya di situs pariwisata Spanyol, Los Reyes Catlicos (bangsawan kerajaan Katolik) menaklukkan orang-orang Moor (Muslim di Spanyol) yang menguasai Granada pada 2 Januari 1492. Pada tanggal itu pemimpin Muslim Muhammad XII yang dikenal juga sebagai Boabdil, atau Abdullah dalam bahasa Arab, menyerah sepenuhnya dan melimpahkan kekuasaan atas Granada kepada Ferdinand dan Isabella. Los Reyes Catlicos adalah gelar untuk kedua raja dan ratu Spanyol tersebut, yang diberikan oleh Paus Alexander VI setelah wilayah Muslim Granada ditaklukkan.
Kedua, disebutkan bahwa orang-orang Kristen Spanyol, sebelum mengalahkan kaum Muslim, mengirim mata-mata guna menyelidiki kebiasaan orang-orang Islam. Setelah itu, dikirimlah minuman beralkohol dan tembakau (rokok) untuk melalaikan Muslim di sana.
Kristen Spanyol mengirim mata-mata untuk mengetahui kebiasaan hidup Muslim di Andalusia, dinilai Ghazi sebagai hal yang aneh. Sebab, tanpa harus mengirim mata-mata pun mereka sudah tahu bagaimana kehidupan sehari-hari umat Islam di sana, karena kedua komunitas hidup berdampingan selama bertahun-tahun sejak Islam masuk ke Andalusia.
Begitu banyak umat Islam yang diperdayai dengan minuman beralkohol juga kedengaran aneh. Sebab, setiap Muslim sudah jelas mengetahui hukum menenggak minuman keras, yaitu haram. Kalau toh ada yang nekat melanggarnya, tidak mungkin dilakukan oleh begitu banyak orang dalam komunitas Muslim yang besar dalam waktu bersamaan.
Di samping itu, tembakau baru dikenal masyarakat Eropa pada abad ke-19. Sigaret (cigarettes) --yang arti harfiahnya rokok-rokok kecil, dibuat untuk konsumsi orang-orang miskin-- baru diproduksi massal tahun 1880an atau 400 tahun setelah Granada yang dikuasai Muslim jatuh ke tangan Kristen Spanyol.
Dengan demikian, terdengar kurang masuk akal jika dikatakan bahwa minuman beralkohol dan rokok dipakai untuk melalaikan Muslim sehingga wilayah Andalusia yang dikuasai pemerintah Islam jatuh ke tangan Spanyol.
Lebih konyol lagi, menurut Ghazi, Muslim mempercayai cerita sejarah April Mop itu tanpa memakai kaidah penelitian fakta sejarah yang ilmiah sebagaimana yang diajarkan dalam Islam.
Dalam Islam dikenal adanya ilmu hadits. Bahwa kabar yang disampaikan oleh orang tertentu harus diperiksa sedemikian rupa, baik faktanya (masuk akal atau tidak, saling bertentangan atau tidak) maupun si pembawa berita atau pesan (orang jujur, fasik atau pendusta). Dalam cerita April Mop ini, tidak jelas siapa periwatnya dan cerita apa yang diriwayatkannya.
Maka, menurut Ghazi, umat Islam tidak seharusnya mempercayai begitu saja cerita tentang asal-mula April Mop tanpa memeriksanya lebih lanjut dengan memakai kaidah ilmiah.
Lantas, bagaimana sebenarnya cerita asal-mula April Mop ini? Ikuti pembahasannya dalam bagian kedua.
Ketika keluarga akan melapor ke polisi, muncullah Fatimah, gadis kecil yang hilang tesebut, dengan tertawa-tawa. Ia dan kakak perempuannya yang berusia 15 tahun ternyata sepakat untuk membohongi ibu mereka pada hari Ahad tanggal 1 April kemarin, dalam rangka April Fool's Day.
Cerita di atas benar-benar terjadi, sebagaimana dilaporkan Saudi Gazette (02/04/2012).
April Fool's Day lebih akrab di telinga masyarakat Indonesia dengan sebutan April Mop. Istilah yang terakhir ini diserap dari bahasa Belanda, mop, yang berarti lelucon. Pada hari itu, kebohongan dan dusta menjadi halal, hanya demi gurauan dan kesenangan semata, tanpa memikirkan akibat buruknya.
“Kalau anak-anak kita ikut-ikutan merayakan April Mop, berarti kita sedang mengajari mereka menjadi penipu dan pembunuh karakter umat Islam,” kata Direktur Lembaga Kajian Politik dan Syariat Islam (LKPSI) Fauzan Al Anshari kepada hidayatullah.com belum lama ini. Fauzan menjelaskan, dalam sejarahnya, April Mop dimulai pada 1 April tahun 1487, berupa perayaan hari kemenangan atas dibunuhnya ribuan umat Islam Spanyol oleh tentara Salib yang dilakukan lewat cara-cara penipuan. Ketika itu, sisa-sisa kaum Muslim yang masih hidup di Spanyol ditipu Kristen setelah kalah dan akan dikirim pulang ke Afrika Utara. Saat mereka keluar rumah menuju pelabuhan, secara cepat pasukan Salib membakar rumah dan kapal yang telah dipersiapkan. Akhirnya, umat Islam yang dijanjikan perlindungan pun dibantai. Tragedi pembantaian itu bertepatan dengan tanggal 1 April. Inilah, menurut Fauzan, yang kemudian diperingati oleh dunia Kristen setiap tanggal 1 April sebagai April Fool's Day.
Tidak masuk akal
Cerita tentang asal-muasal April Mop seperti yang dikisahkan Fauzan banyak diterima oleh kaum Muslim. Namun, ada yang berpendapat lain.
Menurut Muhammad Tariq Ghazi --seorang jurnalis dan sejarawan veteran yang bermukim di Kanada, penulis buku 'The Cartoons Cry' tentang pelecehan kartun-kartun Denmark atas Nabi Muhammad dan Islam-- cerita sejarah April Mop seperti di atas tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Bahkan, menurut Ghazi, bisa jadi cerita itu adalah salah satu cerita karangan untuk membodoh-bodohi Muslim dalam rangka April Mop itu sendiri.
Dalam tulisannya berjudul 'Truth About April Fool's Day and Muslim Representative Method of Scientific Inquiry' (2007), Ghazi menjelaskan mengapa cerita bahwa Muslim di Andalusia dikalahkan oleh Spanyol dengan cara menipu tersebut tidak masuk akal.
Pertama, menurut sejarah yang tercatat oleh sejarawan dan buku-buku ensiklopedia atau setidaknya di situs pariwisata Spanyol, Los Reyes Catlicos (bangsawan kerajaan Katolik) menaklukkan orang-orang Moor (Muslim di Spanyol) yang menguasai Granada pada 2 Januari 1492. Pada tanggal itu pemimpin Muslim Muhammad XII yang dikenal juga sebagai Boabdil, atau Abdullah dalam bahasa Arab, menyerah sepenuhnya dan melimpahkan kekuasaan atas Granada kepada Ferdinand dan Isabella. Los Reyes Catlicos adalah gelar untuk kedua raja dan ratu Spanyol tersebut, yang diberikan oleh Paus Alexander VI setelah wilayah Muslim Granada ditaklukkan.
Kedua, disebutkan bahwa orang-orang Kristen Spanyol, sebelum mengalahkan kaum Muslim, mengirim mata-mata guna menyelidiki kebiasaan orang-orang Islam. Setelah itu, dikirimlah minuman beralkohol dan tembakau (rokok) untuk melalaikan Muslim di sana.
Kristen Spanyol mengirim mata-mata untuk mengetahui kebiasaan hidup Muslim di Andalusia, dinilai Ghazi sebagai hal yang aneh. Sebab, tanpa harus mengirim mata-mata pun mereka sudah tahu bagaimana kehidupan sehari-hari umat Islam di sana, karena kedua komunitas hidup berdampingan selama bertahun-tahun sejak Islam masuk ke Andalusia.
Begitu banyak umat Islam yang diperdayai dengan minuman beralkohol juga kedengaran aneh. Sebab, setiap Muslim sudah jelas mengetahui hukum menenggak minuman keras, yaitu haram. Kalau toh ada yang nekat melanggarnya, tidak mungkin dilakukan oleh begitu banyak orang dalam komunitas Muslim yang besar dalam waktu bersamaan.
Di samping itu, tembakau baru dikenal masyarakat Eropa pada abad ke-19. Sigaret (cigarettes) --yang arti harfiahnya rokok-rokok kecil, dibuat untuk konsumsi orang-orang miskin-- baru diproduksi massal tahun 1880an atau 400 tahun setelah Granada yang dikuasai Muslim jatuh ke tangan Kristen Spanyol.
Dengan demikian, terdengar kurang masuk akal jika dikatakan bahwa minuman beralkohol dan rokok dipakai untuk melalaikan Muslim sehingga wilayah Andalusia yang dikuasai pemerintah Islam jatuh ke tangan Spanyol.
Lebih konyol lagi, menurut Ghazi, Muslim mempercayai cerita sejarah April Mop itu tanpa memakai kaidah penelitian fakta sejarah yang ilmiah sebagaimana yang diajarkan dalam Islam.
Dalam Islam dikenal adanya ilmu hadits. Bahwa kabar yang disampaikan oleh orang tertentu harus diperiksa sedemikian rupa, baik faktanya (masuk akal atau tidak, saling bertentangan atau tidak) maupun si pembawa berita atau pesan (orang jujur, fasik atau pendusta). Dalam cerita April Mop ini, tidak jelas siapa periwatnya dan cerita apa yang diriwayatkannya.
Maka, menurut Ghazi, umat Islam tidak seharusnya mempercayai begitu saja cerita tentang asal-mula April Mop tanpa memeriksanya lebih lanjut dengan memakai kaidah ilmiah.
Lantas, bagaimana sebenarnya cerita asal-mula April Mop ini? Ikuti pembahasannya dalam bagian kedua.
0 comments:
Post a Comment