Batalnya pengumuman kabinet oleh Presiden Joko Widodo, Rabu (22/10) kemarin di Pelabuhan Tanjung Priok, disinyalir menghambur-hamburkan biaya ratusan juta rupiah.
"Dana Rp 700 juta bikin panggung dan acara di Pelabuhan, sayang kan?" kata Wakil Sekretaris Jendral DPP Partai Demokrat Ramadhan Pohan saat dihubungi, Kamis (23/10).
Ramadhan menilai, pembatalan pengumuman kabinet sebagai indikasi buruk kabinet Jokowi. Ia menyarankan agar Jokowi mengumumkan kabinet di Istana Negara. Sebab terbukti pengumuman di luar istana malah menekan biaya besar.
"Umumkan saja di Istana. Hemat, ringkas, dan berada di area simbol negara," ujarnya.
Ramadhan melihat ada sikap tidak konsisten antara pernyataan dan sikap Jokowi. Menurutnya Jokowi gagal membuktikan upaya membangun negeri dengan hemat dan kerja. "Paradoks. Ironis. Anomali. Ambigu," katanya.
Kerja... Kerja... Kerja... Tagline Sampul majalah TEMPO yang terbit bersamaan pelantikan Jokowi sepertinya harus dirubah... Lambat... Lambat... Lambat.
Tapi tenang saja, media selalu all out membuat opini sehingga "rakyat" akan selalu mendukung Jokowi.
Budayan kondang Sudjiwo Tedjo pun menyatakan: "Ditunda sampai seabad pun rakyat akan memaafkan, karena mereka sudah bukan rakyat lagi .. mereka rakyat yg sudah dibius oleh media massa." Demikian twit mbah @sudjiwotedjo, Rabu (22/10)
"Pemimpin tangan besi mematikan nyali, tapi pemimpin yang dinabikan mematikan nalar," lanjut Sudjiwo Tedjo.
"Dana Rp 700 juta bikin panggung dan acara di Pelabuhan, sayang kan?" kata Wakil Sekretaris Jendral DPP Partai Demokrat Ramadhan Pohan saat dihubungi, Kamis (23/10).
Ramadhan menilai, pembatalan pengumuman kabinet sebagai indikasi buruk kabinet Jokowi. Ia menyarankan agar Jokowi mengumumkan kabinet di Istana Negara. Sebab terbukti pengumuman di luar istana malah menekan biaya besar.
"Umumkan saja di Istana. Hemat, ringkas, dan berada di area simbol negara," ujarnya.
Ramadhan melihat ada sikap tidak konsisten antara pernyataan dan sikap Jokowi. Menurutnya Jokowi gagal membuktikan upaya membangun negeri dengan hemat dan kerja. "Paradoks. Ironis. Anomali. Ambigu," katanya.
Kerja... Kerja... Kerja... Tagline Sampul majalah TEMPO yang terbit bersamaan pelantikan Jokowi sepertinya harus dirubah... Lambat... Lambat... Lambat.
Tapi tenang saja, media selalu all out membuat opini sehingga "rakyat" akan selalu mendukung Jokowi.
Budayan kondang Sudjiwo Tedjo pun menyatakan: "Ditunda sampai seabad pun rakyat akan memaafkan, karena mereka sudah bukan rakyat lagi .. mereka rakyat yg sudah dibius oleh media massa." Demikian twit mbah @sudjiwotedjo, Rabu (22/10)
"Pemimpin tangan besi mematikan nyali, tapi pemimpin yang dinabikan mematikan nalar," lanjut Sudjiwo Tedjo.
0 comments:
Post a Comment