Aksi Kiai Kanjeng di Gereja |
Makna ajaran "Pluralisme" (semua agama Sama) vs Surah Al Kafirun dalam Al Qur'an.
Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, (1)
Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. (2)
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. (3)
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, (4)
dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. (5)
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku". (6)
[QS. Al Kafirun 109:6]
6 Ayat diatas sudah jelas sekali bahwa Islam tidak mengenal yang namanya Pluralisme Agama atau "Semua agama sama, cuma berbeda cara sembahyangnya saja" atau "Tuhan itu satu, cuma beda cara menyembahnya saja", itu semua dikarenakan agama itu diciptakan secara berbeda-beda, baik dari segi Aqidah (ideologis) maupun dari segi Syariah (tata cara / praktek), sampai kapanpun Tuhan dari agama A tidak akan sama dengan Tuhan dari agama B, itulah sebabnya ayat 2 s/d 5 menjelaskan bahwa kalian (non-Islam) tidak perlu menyembah Tuhannya ummat Islam, sebaliknya kami (Muslim) tidak perlu ikut serta menyembah Tuhannya kalian, toleransi disini adalah "Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku", alias saling menghormati dengan cara TIDAK MENGGANGGU ummat satu dengan ummat yang lain dalam hal beribadah.
Kejadian di Indonesia berbeda, dimana ummat Islam sebagai Mayoritas secara halus "dipaksa" melalui media-media berfaham liberal-sekuler
-pluralis untuk ikut serta beribadah atau merayakan hari raya agama lain, padahal itu tidak dibenarkan di dalam ajaran Islam, disinilah "toleransi" itu dibutuhkan yaitu kalian (yang Non-Islam) harus mengerti bahwa jika ada teman kalian yang beragama Islam menolak untuk diajak merayakan natal bersama, itu bukan sikap "Intoleran" melainkan perintah dari agama Islam itu sendiri yang sudah jelas sebagaimana ayat-ayat yang kami posting diatas.
Jika kita menggunakan logika terbalik, tentunya kalian ummat Kristen, Katholik, Hindu, Buddha, dan Kong-Hu-Chu tidak akan mau jika kami (ummat Islam) menyuruh kalian untuk ikut sholat berjamaah di masjid, untuk ikut memotong hewan kurban saat hari raya Idul Adha, atau ikut berpuasa dari subuh sampai maghrib pada bulan ramadhan kan justeru sikap memaksa "elo harus ikut gue, kalau ngak elo intoleran !" itulah sikap INTOLERANSI yang asli, bukan dengan tidak mengucapkan "meri krismes" dicap sebagai intoleran, toh disisi lain kami Ummat Islam juga tidak pernah mengharapkan ucapan "Selamat Hari Raya Idul Fitri" maupun hari raya lainnya dari ummat lain, cukup dengan tidak saling mengganggu satu sama lain itu adalah SEBAIK-BAIK TOLERANSI ANTARUMAT BERAGAMA.
Dalil diatas, secara jelas telah menerangkan bahwa Islam menghargai PLURALITAS (keberadaan agama lain), namun mengharamkan PLURALISME (paham oplosan yg mencampur-adukkan semua agama sama).
0 comments:
Post a Comment