Friday, 26 April 2013

Gimana Cara Sholat Gerhana Sesuai Sunnah ?


Berdasarkan informasi, Jum’at dini hari, 26 April 2013 Insya Allah akan terjadi Gerhana Bulan Sebagian dengan data sebagai berikut :

• Kontak awal gerhana = 2:54:04 WIB
• Pertengahan gerhana = 3:07:29 WIB
• Kontak akhir gerhana = 3:21:04 WIB

Saat Gerhana terlihat disunnahkan untuk shalat gerhana, takbir, dan sodaqah. Rentang waktu untuk melaksanakan shalat gerhana antara pukul 02:55 WIB sampai pukul 3:20 WIB.

Apa itu Shalat Gerhana?

Shalat gerhana adalah shalat yang dilaksanakan ketika terjadi gerhana matahari atau bulan. Seringnya, untuk gerhana matahari diistilahkan dengan shalat kusuf, sedangkan untuk gerhana bulan dengan shalat khusuf. Namun terkadang kedua istilah tersebut memiliki arti yang sama. Artinya kusuf bisa digunakan untuk gerhana matahari dan bulan, begitu juga khusuf.

Fenomena gerhana merupakan dua tanda di antara tanda kebesaran Allah. Terjadi bukan karena lahirnya seseorang, sembuh dari sakit parahnya, atau karena kematiannya. Namun keduanya terjadi semata-mata karena kehendak Allah untuk menunjukkan kebesaran dan kekuasaan-Nya dan untuk menakut-nakuti hamba-Nya.

Diriwayatkan dari Al Mughirah bin Syu'bah radliyallah 'anhuberkata: "Terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallam, bertepatan dengan meninggalnya Ibrahim (putra beliau). Lalu orang-orang berkata, "Terjadinya gerhana matahari karena kematian Ibrahim." Kemudian Nabishallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

"Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang dan tidak pula karena hidupnya seseorang. Maka jika kalian melihatnya bersegeralah berdoa kepada Allah dan shalat sehingga kembali terang." (Muttafaq 'alaih)

"Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang dan tidak pula karena hidupnya seseorang. Tapi, Allah Ta'ala menakut-nakuti hamba-Nya dengan keduanya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Terjadinya gerhana menjadi sebab turunnya adzab kepada manusia. Dan Allah hanya akan menakut-nakuti hamba-Nya dengan sesuatu ketika mereka durhaka kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk melakukan sesuatu yang bisa menghilangkan rasa takut dan mencegah turunnya musibah, yaitu beristighfar, berdzikir, bertakbir, bershadaqah, membebaskan budak, dan shalat gerhana.

Para ulama menjelaskan tentang hikmah sabda Nabi di atas, bahwa sebagian kaum jahiliyah yang sesat mengagungkan matahari dan bulan. Lalu beliau menerangkan, keduanya merupakan dua tanda kebesaran Allah Ta'ala dan dua makhluk-Nya yang tak punya kuasa berbuat apa-apa. Tetapi keduanya sebagaimana makhluk lainnya, memiliki kekurangan dan bisa berubah seperti yang lain. Sebagian orang sesat dari kalangan ahli nujum dan selainnya berkata, tidak terjadi gerhana matahari dan bulan kecuali karena kematian orang besar atau semisalnya. Kemudian NabiShallallahu 'Alaihi Wasallam menjelaskan bahwa perkataan mereka ini adalah batil sehingga tidak boleh diyakini. Begitu juga saat terjadinya gerhana yang bebarengan dengan meninggalnya Ibrahim, putra Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. (Lihat: Syarah Muslim li Al-Nawawi)

Bersegera Melakukan Shalat Ketika Melihat Gerhana


Tanda-tanda kebesaran Allah yang dinampakkan di muka bumi tidak semuanya disikapi dengan shalat. Berbeda dengan kejadian gerhana, karena di dalamnya terdapat sesuatu yang menimbulkan rasa takut pada diri manusia, maka Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam memerintahkan untuk mendirikan shalat dengan sifat khusus. Beliau bersabda,

"Sesungguhnya matahari dan bulan tidak mengalami gerhana karena kematian salah seorang manusia. Tapi keduanya adalah bagian dari tanda-tanda kebesaran Allah, maka jika kamu melihat keduanya segeralah berdiri lalu shalat." (Muttafaq 'Alaih)

"Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kebesaran Allah. keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang dan tidak pula karena hidupnya. Maka jika kamu melihatnya bersegeralah melakukan shalat." (Muttafaq 'Alaih)

Waktu Pelaksanaannya

Waktu shalat gerhana bulan dimulai saat terlihat gerhana sampai gerhana selesai, yakni bulan tersingkap seluruhnya. Dasarnya adalah hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,

"Maka apabila kalian melihat keduanya (gerhana matahari dan bulan), maka berdoalah kepada Allah dan shalatlah sampai gerhana selesai." (HR. al-Bukhari)

Sementara waktu lewatnya shalat gerhana bulan adalah dengan salah satu dari dua perkara: pertama, bulan sudah tersingkap seluruhnya. Kedua, terbitnya matahari. Ada yang berpendapat, dnegan hilangnya bulan (tenggelamnya). Apabila langit berawan dan ia ragu apakah gerhana sudah selesai atau belum, maka masih dibolehkan untuk mengerjakan shalat, karena pada asalanya gerhana itu masih berlangsung." (Dinukil dari Shahih Fiqih Sunnah, Abu Malik Kamal: II/98)

Ringkasan Tatacara Shalat Gerhana

Tidak ada perselisihan di antara ulama, shalat gerhana dikerjakan dua rakaat. Dan pendapat yang masyhur dari pelaksanaannya adalah pada setiap rakaatnya dua kali berdiri, dua kali bacaan, dua kali ruku', dan dua kali sujud. Ini adalah pendapat Imam Malik, Imam al-Syafi'i, dan Imam Ahmad rahimahumullah.

Berikut ini kami ringkaskan tata cara pelaksanaan shalat gerhana berdasarkan hadits-hadits shahih:
Bertakbir, membaca istiftah, Isti'adzah, al-Fatihah, kemudian membaca surat yang panjang, setara surat Al-Baqarah.
Ruku' dengan ruku' yang panjang (lama).
Bangkit dari ruku' dengan mengucapkan Sami'Allahu LIman Hamidah, Rabbanaa wa Lakal Hamd.
Tidak langsung sujud, tetapi membaca kembali surat Al-Fatihah dan surat dari Al-Qur'an namun tidak sepanjang pada bacaan sebelumnya.
Ruku' kembali dengan ruku' yang panjang tapi tidak sepanjang yang pertama.
Bangkit dari ruku' dengan mengucapkan, Sami'Allahu LIman Hamidah, Rabbanaa wa Lakal Hamd.
Sujud, lalu duduk di antara dua sujud, kemudian sujud kembali.
Kemudian berdiri untuk rakaat kedua, dan caranya seperti pada rakaat pertama tadi.

Catatan:
Disunnahkan pelaksanaan shalat gerhana di masjid, tidak ada azan atau iqomah sebelumnya, hanya panggilan “Al-Shalatul Jami'ah.”
Disunnahkan Imam untuk memberikan nasihat kepada manusia dengan berkhutbah setelah shalat, memperingatkan mereka agar tidak lalai dan memerintahkan mereka supaya memperbanyak doa, istighfar, dan amal shalih.

Penutup

Bagi seorang muslim, wajib meyakini bahwa alam raya tidak berjalan dengan sendirinya. Ada Dzat, Maha Kuasa yang megaturnya. Sehingga dalam melihat berbagai perubahan di alam raya, ia tak menilainya semata fenomena alam semata. Tapi lebih dari itu, ada Tuhan yang memerintahkan dan menghendakinya. Tentu dengan hikmah yang diinginkan oleh-Nya. Karena itu, menyikapi gerhana matahari atau bulan, bukan hanya dijadikan sebagai keta'ajuban akan fenomena alam sehingga dijadikan sebagai media rekreasi semata. Tapi seharusnya ditumbuhkan keimanan terhadap ke-Mahakuasa-Nya. Dibuktikan dalam bentuk amal nyata, berupa mendirikan shalat, berdoa, dan banyak beristighfar kepada-Nya. Wallahu Ta'ala A'lam





0 comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Faried - Premium Blogger Themesf | Affiliate Network Reviews