Thursday 30 October 2014

Jilbab adalah Keshalihan Pribadi, Akhlak adalah Keshalihan Sosial

Sebenarnya, berjilbab (menutup aurat) itu tidak ada hubungannya dengan akhlak, dengan moralitas. Dalam pandangan masyarakat kita, wanita berjilbab selalu diidentikkan sebagai wanita yang santun, kalem, rajin shalat,rajin bersedekah, sering hadir di majelis pengajian, dan berbagai predikat kesalehan lainnya.

Boleh jadi -dan faktanya- sebagian besar wanita berkerudung memang seperti yang dipersepsikan masyarakat. Sebaliknya, muslimah yang tak berkerudung, meski akhlaknya baik, tentu saja dipandang tak sebaik muslimah berkerudung. Ini tentunya merupakan hal yang lumrah dan spontanitas muncul dalam benak masyarakat.

Akibatnya, jika kebetulan ada wanita berjilbab melakukan sesuatu yang kontradiktif dengan persepsi jilbab yang dikenakannya, maka sebagian besar masyarakat langsung mengaitkannya dengan jilbab yang dia kenakan. Tindakannya itu dianggap tidak sesuai dg jilbabnya.

Lantas muncullah suara miring seperti, “Pakai jilbab, tapi kelakuannya seperti itu.”

Karena hal inilah, dampaknya adalah sebagian muslimah yang blum berjilbab memilih tetap bertahan pada pilihannya untuk tidak mengenakan jilbab. Mereka berpikiran sangat sederhana, “Daripada tidak bisa menjaga sikap saat mengenakan jilbab, lebih baik aku tidak mengenakannya biarlah aku menjilbabi hatiku terlebih dahulu, (nanti saja pakai jilbab kalau sudah tua, sudah mau mati).”

Atau muncul slogan ironis, “Lebih baik pakai rok mini tapi bermental jilbab, daripada pakai jilbab tapi bermental rok mini.”

Sebenarnya pengkonotasian pasti antara jilbab dengan keshalehan merupakan pemahaman yang kurang tepat dalam masyarakat kita dalam memandang hubungan antara jilbab dengan akhlak.

Karena pada dasarnya sudah seharusnya muslimah yang shalihah menjalankan agamanya dengan baik dan mengaplikasi perintah agama dalam kehidupan sehari-harinya, salah satunya adalah memakai jilbab.

Tetapi saya bisa mengatakan, bahwa sebenarnya tak ada hubungan sama sekali antara jilbab dan berakhlak baik. Berjilbab adalah murni perintah agama yang diberikan kepada kaum muslimah, tanpa melihat apakah moralnya baik atau buruk.

Jadi selama dia muslimah, berjilbab adalah kewajiban. Tentu saja ada muslimah tak berjilbab, tapi itu adalah pilihan pribadi dia.

Nah, setiap pilihan tentu ada konsekuensinya, dan risiko tidak mengikuti intruksi syariat tentu saja ada sanksinya dan sanksi syariat atas pelanggaran adalah dosa.

Memang, bermoral baik adalah tuntutan sosial, di samping tentu ajaran agama. Namun pada dasarnya pelaksanaan segenap taklimat agama yang berhubungan dengan larangan dan perintah (salah satunya tentang jilbab) adalah permasalahan menyendiri yang berhubungan dengan ketundukan seorang hamba pada Tuhannya.

Artinya,berakhlak baik tidak ada hubungan langsung dengan itu,meski tentu scara implisit dari sudut pandang lain berkorelasi dna terkait erat. Contoh mudahnya, meski penjahat sekalipun, ia tetap wajib menunaikan shalat.Bukan lantas karena jahat sehingga shalat tidak wajib baginya

Mungkin seorang muslimah yang belum berjilbab bilang cukup saya jilbabi hati saja dulu. Tetapi dia tetap harus mengakui bahwa berjilbab adalah wajib baginya.

Siap tidak siap, baik tidak baik, kewajiban muslimah adalah berjilbab (dalam konteks bahasa yang lebih umum, menutup aurat)

Jadi kalau kita surfing di internet dan kebetulan melewati judul-judul aneh semacam “jilbab bugil”, “berjilbab tapi telanjang”, atau di keseharian kita menemukan cewek berjilbab tapi bergaulnya dengan lawan jenis sangat Laa Haula wa laa quwwata illa billah, ngakak-ngakak, meluk-meluk, menggelayut manja pada lain jenis, jalan bergandengan, bergoncengan; atau akhir-akhir ini kita kerap menemukan berita muslimah berhijab (bahkan bercadar) yang terlibat kasus korupsi dan narkoba; maka jangan cepat-cepat menyalahkan jilbabnya. Karena dampak negatif generalisasi perspektif seperti itu adalah muslimah lain yang baik-baik dan berjilbab akhirnya menjadi objek omongan dan kecurigaan tak berdasar, “Jangan-jangan seperti itu juga.”

Karena sekali lagi,moralitas tak ada hubungan dengan jilbab,meski tentu dituntut dari gadis berjilbab untuk bermoral sesuai dg jilbabnya.

Jadi, kesimpulannya, jilbab adalah wajib dikenakan tiap muslimah yang telah masuk usia baligh, tanpa melihat apakah moralnya baik atau jelek. Dan moral adalah sesuatu yang sangat dituntut dalam kehidupan sosial sekaligus sebagai bentuk ihsan dalam beragama. Maka, itu yang harus diketahui setiap muslimah terlebih dahulu. Adapun setelahnya jika dia tidak mengenakan, itu pilihan pribadi, tentu saja berkonsekwensi dosa dan ada keharusan dari yang lain mengingatkan muslimah tadi untuk mengenakan jilbab.

Kalaupun si muslimah tadi tetap belum berkenan mengenakan, maka yang menasehati bebas tugas. Dan tentu saja sebaliknya, jika dia mengenakan jilbab, maka pahala akan terus mengalir padanya selama jilbab itu bertengger di kepalanya sebagai bentuk balasan atas ketaatan menjalankan perintah agama.

Soal jilbabnya lebar, kecil, bajunya ketat, longgar, itu bab menyendiri lagi yang berhubungan dg tingkat keimanan dan ketakwaan seseorang.

Akhirnya, muslimah yang berjilbab dan berakhlak baik tentu saja adalah muslimah sempurna. Adapun muslimah yang berjilbab namun akhlaknya tidak baik atau akhlaknya baik tetapi belum berjilbab adalah muslimah yang belum sempurna dan sedang berproses menuju kepada kesempurnaan.

Read Also :

Ideologi Sekuler Inlander

Ideologi Sekuler Inlander

Saya ingin bahas soal fenomena Sekuler Inlander. Ini fenomena yang sudah cukup lama saya perhatikan. Sekuler Inlander itu sifatnya orang-orang sekuler bermental inlander. Kampungan, gitu deh kurang lebihanyaa.

Walaupun saya anti sekali dengan sekularisme, tapi banyak orang sekuler yang masih bisa dihormati. Kalau Sekuler Inlander sih tidak .

Yang namanya Sekuler Inlander itu pelakunya adalah orang-orang bermental inlander yang jadi sekuler karena ikut-ikutan.

Indonesia, karena pernah dijajah, juga banyak diisi oleh kaum Sekuler Inlander ini. Contoh kasusnya, dalam hal ini saya ingin jadikan dialektika seputar Bu Menteri Susi dan rokoknya. Dialektikanya, bukan rokoknya!

Dari perspektif orang-orang beriman, kasus ini sebenarnya telah menunjukkan kegamangan sekularisme. Bagaimana sekularisme menyikapi kebiasan merokok? Dalam hal ini, biasanya dianggap sebagai pilihan masing-masing.

Bagi orang-orang sekuler, kita tidak perlu mengurusi kebiasaan orang lain. Jangankan merokok, mabuk dan zina pun dibiarkan. Tapi pada akhirnya, sekularisme mentok juga. Tidak segala hal bisa dianggap urusan privat seseorang.

Di negara-negara sekuler, sudah biasa orang mengkritik pejabat publik yang memperlihatkan kebiasaan buruk. Obama dikritik karena merokok, padahal tidak pernah terlihat merokok di depan publik. httapi://theweek.com/article/index/200270/why-is-obama-still-smoking Demikian pula minum bir, misalnya. Orang Barat biasa minum bir, tapi pejabat publik pas disorot kamera harus jaim. Gonta-ganti pacar, itu biasa bagi orang Barat. Tapi kalau Perdana Menteri, tidak enak diliatnya. httapi://www.theguardian.com/world/2011/oct/14/berlusconi-scandals-timeline

Artinya, sekularisme gagal mempertahankan prinsip ‘individualismenya’ sendiri. Pada kenyataannya, manusia itu makhluk sosial. Tidak hidup masing-masing saja.

Ketika Anda merokok, bisa dipastikan yang menghisap asapnya bukan Anda sendiri. Dan ketika orang merokok, bisa dipastikan pula yang menyaksikan bukan dirinya sendiri. Bagaimana jika pejabat publik yang merokok? Siapa yang menyaksikan? Berapa yang tergoda untuk mengikuti?

Pada akhirnya, masayaarakat sekuler di Barat pun mengakui kenyataan bahwa mereka harus melindungi anak-anak mereka sendiri. Mereka tidak mau pejabat publik melakukan hal-hal yang tidak baik, agar anak-anak mereka tidak meniru.

Walaupun di sini orang-orang sekuler mengkhianati ideologinya sendiri, tapi di sisi lain bisa kita puji. Masih ada akal sehatnya. Nah kalau Sekuler Inlander, ini lain daripada yang lain, bahkan lain dari yang sekuler beneran sekalipun. Orang-orang Sekuler Inlander ini biasanya ‘lebih sekuler’ daripada yang beneran sekuler.

Di satu sisi, mereka masih beribadah, masih beragama, tapi cara berpikirnya bisa jadi nyerempet-nyerempet atheis. Demi mempertahankan ‘hak2 individu’, apa yang tidak selayaknya dibela pun dibela juga. Mungkin supaya kelihatan sekuler 24 karat? Bisa saja. Namanya juga Sekuler Inlander. Kerjanya cari muka pada ‘majikan’.

Di Indonesia, rokok sudah jadi masalah besar. Jangankan anak sekolah, balita saja ada yang merokok. Hebat kan? Saking fanatiknya pada rokok, teman saya cerita bahwa dia pernah ketemu orang yang mau merokok di dalam pesawat. Katanya, industri rokok menghidupi banyak orang. Oke. Tapi rokok membunuh berapa orang?

Katanya, industri rokok mendatangkan pemasukan. Oke. Lalu kerugian akibat merokok berapa? Sudah dihitung?

Di Barat, aturan-aturan ketat seputar rokok sudah diterapkan. Merokok itu dibikin susah. Malah ada negara yang berwacana agar negaranya dijadikan benar-benar bebas rokok. Lagi-lagi, sekularisme gagal. Diam-diam banyak juga orang sekuler yang percaya pada ‘kebenaran absolut’. Bahwa rokok itu lebih banyak merugikan drpada menguntungkannya, itu sudah pasti benar. Tak terbantahkan.

Tapi buat kaum Sekuler Inlander, pokoknya dibela terus. Karena kebenaran harus relatif?

Generasi muda hancur karena rokok, tetap saja rokok dibela terus. Atas nama kebebasan. Sudah miskin, kecanduan merokok pula. Makin susah hidupnya. Tapi atas nama kebebasan, rokok harus dibela.

Kalau bener pakai logika, rasionalitas dan fakta-fakta ilmiah, harusnya semua orang sekuler itu anti rokok. Kalau mengaku menjunjung tinggi hak-hakasasi masayaarakat, harusnya semua orang sekuler itu anti rokok. Tapi begitulah dunia sekuler. Ambigu. Mendesak rokok, tapi tidak bisa juga melarangnya.

Minuman keras juga sama. Sudah jelas merusak, tapi masih dibela. Dibenci, tapi tidak ada yang berani melarang. Zina juga sama. Jelas-jelas biadab, tapi demi hawa nafsu dibela juga. Generasi hancur, apa boleh buat.

Setidaknya, kaum sekuler yang masih berakal masih berusaha mencegah ekses negatif dari hal-hal tersebut. Tapi Sekuler Inlander tidak.

Bicara soal Sekuler Inlander ini saya selalu ingat pada Sumanto Al Qurtuby. Baca tulisannya di elsaonline.com/?p=3267 Dari tulisannya, jelaslah bahwa Sumanto lebih dari sekedar Sekuler Inlander. Lihat di paragraf ketiga dari bawah.

Benar, bagi orang sekuler, pelacuran itu sah-sah saja. Tapi siapa yang memperbandingkan pelacur dengan dosen? Bahkan orang sekuler yang menganggap zina itu boleh pun tak sudi membuat perbandingan demikian. Di negerara-negara sekuler, meski pelacuran itu legal, tetap saja profesi dosen jauh lebih terhormat.

Inilah ‘kebenaran absolut’ yang diam-diam diyakini di negeri-negeri sekuler Barat. Tapi Sekuler Inlander lebih lebay gayanya. Demi membela apa yang hendak mereka bela, digunakanlah logika-logika menyesatkan.

Kita masuk lagi ke studi kasus. Perhatikan perkembangan wacananya, bukan hanya kasusnya. Muncullah gambar seperti ini.
Jelas, siapa pun yang membuat gambar seperti ini bukan hanya melakukan pembelaan, tapi juga menunjukkan kebencian. Kebencian pada apa? Ya, pada jilbab. Karena sejak awal kasus Bu Susi ini tidak membicarakan jilbab.

Tidak ada yang mengkritisi Bu Susi karena tidak berjilbab. Memang di Indonesia belum semua berjilbab, sudah pada maklum. Yang dikritisi adalah merokok di depan publik. Tapi isunya dibelokkan sedemikian rupa. Kemudian, digunakanlah imej Muslimah berjilbab yang kurang baik, yaitu Ratu Atut yang sedang terjerat kasus.

Ini logika sesat. Membela pencuri ayam dengan mengatakan bahwa di kampung sebelah ada yang mencuri kambing. Kemudian diambil ‘sepotong imej’ untuk merusak citra. Dalam hal ini, yang dirusak adalah citra muslimah berjilbab.

Jilbab dihadapkan dengan rokok dan tato. Hanya dengan satu sampel. Itu kata kuncinya: SAMPEL!

Sama saja dengan yang bilang, “Lebih baik tidak berjilbab tapi menjaga kehormatan daripada berjilbab tapi diam-diam bejat.”

Kombinasi 1: merokok, bertato, pekerja keras. Kombinasi 2: berjilbab, tidak merokok, tidak bertato, tapi diduga korupsi. Padahal masih banyak kombinasi yang lain. Apa koruptor yang merokok tidak ada? Apakah koruptor perempuan itu lebih banyak yang berjilbab atau tidak? Statistik tidak bisa cuma gunakan 1 sampel.

Kalau bisa pake 1 sampel, boleh dong saya bikin perbandingan begini? Ini contoh aja.
Isu lainnya yang hot: tentang pejabat publik yang kata-katanya kasar. Muncul jargon, “Lebih baik memaki tapi tidak korupsi!” Inilah Sekuler Inlander. Akalnya rusak. Padahal majikan mereka di Barat tidak begitu mikirnya. Biarpun sekuler, tidak ada yang mengabaikan sopan santun.

Pernah bayangin Obama bilang “A**hole!” (maaf ini cuma contoh) tidak? Kalo terjadi, pasti rakyat AS ngamuk. Padahal warga AS banyak yang sudah biasa mengucapkan kata itu. Tapi tetap saja tidak layak bagi pemimpin.

Coba lihat kenyataan di lapangan. Orang Indonesia sudah tidak lagi terbiasa bicara santun. Di Twitter, ada kelompok-kelompok yang suka caci maki, bahkan kalau sudah mentok debat ujung-ujungnya kirim gambar porno. Di sekolah-sekolah, generasi muda sudah jadi korban bullying. Kekerasan fisik dan verbal dimana-mana.

Oke, korupsi itu masalah besar. Tapi kekerasan fisik dan verbal juga sudah jadi masalah besar di Indonesia. Jadi, kalau ada yang bilang pejabat tidak apa-apa maki-maki asal tidak korupsi, itu artinya dia tidak peduli negeri ini rusak.

Orang-orang Sekuler Inlander ini berusaha begitu keras untuk jadi sekuler sehingga mereka melampaui batas sekularisme itu sendiri. Sekularisme sudah mentok, dan orang-orang sekuler menyadarinya. Tapi kaum Sekuler Inlander tidak peduli, semuanya ditabrak!

Sebelum saya tutup, saya ingin jelaskan lagi bahwa persoalan Bu Susi hanya studi kasus di kultwit ini. Memang nyatanya hukum di negeri ini blm melarang rokok. Tapi ada standar perilaku untuk pejabat publik, meski tak tertulis. Kalau kita menggunakan akal sehat, pasti menyadari aturan-aturan tak tertulis tersebut. Baik yang sekuler maupun yang tidak.

Saya tidak mengatakan bahwa Bu Susi harus mundur karena alasan tersebut. Bongkar-pasang kabinet belum tentu hal yang bagus. Saya juga tidak mempertanyakan kecerdasan Bu Susi. Orang yang bisa mengelola maskapai tidak mungkin bodoh, kan?

Saya hanya ingin katakan bahwa banyak ortu yang berharap anak-anak mereka bisa memiliki panutan yang baik. Itu saja. Tapi kalau sudah Sekuler Inlander, tidak ada lagi akal sehat. tidak bisa diajak bicara baik-baik lagi. Apa pun dilakukan meski dengan pemikiran setengah matang; atau jangan-jangn tidak pakai pikir dulu? Semoga kita terhindar dari kejahilan yang demikian. Aamiin

By : Akmal Sjafril, MA

Monday 27 October 2014

Kerap Hina Islam & Rasis, Jong Java pun Pecah


Berbicara tentang sumpah pemuda, kita tidak akan terlepas dari dua organisasi besar pemuda: Jong Java atau Tri Koro Darmo, dan Jong Islamieten Bond. Tulisan singkat ini akan mencoba memaparkan dua organisasi itu dan perannya dalam Kongres Pemuda II yang kemudian melahirkan tiga poin sumpah pemuda.

Jong Java adalah organisasi pemuda di bawah naungan Budi Utomo, organisasi yang sering disebut sebagai pelopor kebangkitan nasional Indonesia, hingga hari jadinya 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Namun Ahmad Mansur Suryanegara dalam Api Sejarah (2010) berkata lain, ia menjelaskan bahwa Budi Utomo dalam berbagai macam kongresnya justru menolak istilah nasionalisme dan persatuan Indonesia, organisasi ini hanya memperjuangkan etnis Jawa, dengan Jawa sebagai bahasanya dan kebatinan sebagai agama Jawa. Hal itu terlihat karena Budi Utomo sendiri merupakan sebuah perkumpulan ekslusif yang para anggotanya berasal dari kaum bangsawan Jawa. Lebih lanjut dikatakan bahwa Budi Utomo yang berasal dari para bangsawan dan priayi justru menjadikan Budi Utomo sebagai tangan kanan pelaksana Indirect Rule System dari pemerintah kolonial Kerajaan Protestan Belanda, dan tidak sejalan dengan rakyat yang menginginkan kemerdekaan.

Buah jatuh tak akan jauh dari pohonnya. Jong Java sebagai anak organisasi Budi Utomo juga menolak cita-cita persatuan Indonesia, bahkan mereka juga menentang ajaran Islam yang telah menjadi agama mayoritas masyarakat saat itu. Dalam tubuh Jong Java tidak diperkenankan diskusi-diskusi yang membahas tentang keislaman, namun sebaliknya diperbolehkan berbagai macam diskusi yang membahas tentang theosofi dan ajaran kejawen. Jong Java pun tidak memperkenankan para anggotanya untuk berkecimpung dalam kancah perpolitikan nasional.

Mansur (2010) lebih lanjut menuliskan:
"Walaupun Boedi Oetomo sudah berusia sembilan tahun (1908-1917), tetap tidak berpihak kepada ajaran Islam sebagai agama yang dianut oleh mayoritas rakyat saat itu. Lalu bagaimana gerakan Tri Koro Dharmo-Jong Java sebagai onderbouw dari Boedi Oetomo? Tentu orientasinya sejalan dengan induknya, Boedi Oetomo, yakni menentang Islam."
Sikap Jong Java yang ekslusif dan menentang cita-cita persatuan Indonesia sebagaimana induknya, menyebabkan Syamsurijal yang saat itu menjabat sebagai ketua Jong Java keluar dari keanggotaan Jong Java. Ia kemudian membentuk organisasi Jong Islamieten Bond (JIB) pada 1 Januari 1925 atas nasehat dari Agus Salim. Sikap organisasi JIB lebih terbuka ketimbang Jong Java, hal itu terlihat dari keanggotaannya yang tidak terbatas pada pemuda bangsawan Jawa.

JIB, sebagaimana organisasi Syarikat Islam, Muhammadiyah, Nahdlatul ulama yang telah berdiri saat itu memiliki cita-cita yang sama, sebagaimana telah dirumuskan dalam kongres Syarikat Islam 1916 yaitu kemerdekaan Indonesia dan pemerintahan sendiri, Self Government. Tidak seperti Jong Java dan Budi Utomo yang sejak awal berdiri (1908) sampai pembubarannya (1930) masih tetap memperjuangkan Jawanisme atau Jawa Raya dan menolak cita-cita persatuan Indonesia. Menjadikan bahasa Jawa sebagai bahasa organisasi, melestarikan budaya Jawa dan mempertahankan kejawen sebagai agama.

Jong Islamieten Bond dalam kongresnya yang ketiga, Jogjakarta 23-27 Desember 1927, membicarakan masalah Islam dan kebangsaan juga nasionalisme dalam pandangan Islam yaitu mencintai tanah air, bangsa dan agama. Organisasi ini kelak berperan banyak dalam penyelenggaraan Kongres Pemuda II bersama Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), Jong Indonesia, dan beberapa organisasi pemuda lainnya.

Tujuh bulan sebelum Kongres Pemuda II, Budi Utomo mengadakan kongres di Surakarta pada 6-9 April 1928, yang menolak pelaksanaan cita-cita persatuan Indonesia sebagai reaksi atas berbagai kongres yang diadakan oleh JIB tentang Islam dan persatuan Indonesia. Maka untuk menentang kongres Budi Utomo April 1928 itu, PPPI segera menyelenggarakan Kongres Pemuda II, 27-28 Oktober 1928 di Kramat Raya 106 Jakarta. Bisa disimpulkan bahwa Kongres Pemuda II merupakan reaksi atas kongres yang diselenggarakan oleh Budi Utomo yang menentang nasionalisme. Bisa terlihat dari isi kongres yang salah satunya melahirkan tiga butir sumpah pemuda yang ketiganya terkait dengan nasionalisme kebangsaan.

Dalam 45 Tahun Sumpah Pemuda yang diterbitkan oleh Yayasan Gedung Bersejarah Jakarta, disebutkan bahwa Kongres Pemuda II ini dihadiri oleh sekitar 750 orang dari berbagai organisasi pemuda dari seluruh wilayah di Indonesia. Kongres ini pun tidak hanya dihadiri oleh pemuda, namun juga dihadiri perwakilan dari partai politik seperti Sartono SH dari Partai Nasional Indonesia (PNI) cabang Jakarta dan S.M. Kartosuwiryo dari Pengurus Besar Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII). Kongres inilah yang kelak melahirkan tiga butir sumpah pemuda.


Tak heran jika Buya Hamka menyanjung jejak langkah yang ditorehkan para anggota JIB.

Menurutnya; Intelek pejuang bekas didikan Haji A. Salim dan anggota Kernlingaam tadi, dengan sendirinya telah dapat menutup mulut kaum intelek didikan Barat (Budi utomo-red*), yang siang malam bermimpi bahasa belanda tadi, yang memandang Islam sebagai, ‘Islam Sontoloyo, santri gudikan atau kiyai bini banyak atau kolam masjid kotor atau Islam yang tidak bisa dipakai untuk kemajuan atau orang Islam harus menganut modernisasi, kalau perlu musti pandai berdansa’ dan sebagainya.[HAMKA, “Pengharapan Kepada Intelektual Islam dalam Dari Hati ke Hati”, Pustaka Panjimas (2002)] .*
Kongres ini pun tidak luput dari pengawasan Pemerintah Kolonial Belanda, mereka mengirim pasukan polisi yang bersenjata untuk mengawasi jalannya kongres. Telah disebutkan bahwa Budi Utomo yang beranggotakan para bangsawan Jawa lebih berpihak pada Belanda dan menjadi tangan kanan Belanda dalam pelaksanaan indirect rule system, maka dalam kongres ini pun Jong Java mengutus perwakilan R.M. Mas Said yang merupakan Mantri Polisi Pemerintah Kolonial Belanda. Kehadiran mantri polisi dalam kongres ini menjadikan Jong Java tidak dapat berpihak kepada perjuangan pemuda pelajar yang menginginkan persatuan dan kemerdekaan Indonesia. Kondisi seperti ini berdampak pada pelaksanaan kongres, salah satunya adalah ketika menanyikan lagu Indonesia Raya, polisi Wage Rudolf Supratman tidak diperkenankan untuk melantunkan syairnya, ia hanya diperkenankan untuk melantunkan nadanya saja dengan menggunakan biola.

Peran organisasi pemuda Jong Islamieten Bond (JIB) sangat besar dalam kebangkitan nasionalisme kebangsaan dan perjuangan kemerdekaan Indonesia, namun deislamisasi sejarah Indonesia menyebabkan nama dan peran organisasi itu lenyap dari ingatan sebagaimana Syarikat Islam (1906).

Sunday 26 October 2014

Masuk Islam, Anggota Partai FN Perancis Dicoret dari Dewan Lokal

Sejumlah koran Prancis mengatakan tindakan Buttey membuat Marine Le Pen, orang nomor satu di Partai Front Nasional Prancis, kehilangan muka dan mencak-mencak.
Marine dikabarkan mencoret Puttey dari keanggotaan partai dan dewan lokal.

Buttey adalah anggota dewan lokal di pinggiran Prancis. Usianya masih 22 tahun, dan aktif berkampanye di Noisy-le-Grand.

Ia dibesarkan sebagai pemeluk Katolik Roma, tapi membaca banyak kitab agama-agama lain. Salah satunya Alquran.

Menurut Buttey, dirinya membaca Alkitab sejak kecil dan telah lama menyadari ketidak-konsitenan kitab suci itu. Menurutnya, jika ada kitab yang sejalan dengan cita-cita Front Nasional, mungkin hanya Alquran.

Kepada surat kabar Le Parisien, Front Nasional membela kaum lemah dan mencela praktek ekonomi rente. "Alquran juga mengajarkan hal serupa. Melawan praktek riba," ujarnya.

Ia juga mengatakan; "Saya Katolik, tapi ketika membaca Alkitab saya menyadari ketidak-konsistenan kitab itu."

Buttey tidak menyebutkan kapan dirinya mulai membaca Alquran. Ia hanya mengatakan; "Setelah membaca seluruh Alquran, saya sampai pada kesimpulan Islam lebih terbuka."

Buttey adalah gambaran nyata kelas menengah terdidik Prancis. Ia menerima Islam setelah mempelajari kitabnya secara kritis, dan melalui proses panjang.

"Saya memutuskan menerima Islam setelah berdiskusi panjang dengan imam lokal yang saya jumpai saat kampanye awal 2014," kata Buttey.

Buttey tahu risiko yang akan dihadapi. Ia merekam dakwah pertamanya dalam sebuah video, untuk dibagikan kepada anggota Front Nasional.

Jorda Bardella, sekretaris daerah Front Nasional Noisy-le-Grand, mengatakan; "Agama adalah pilihan pribadi dan saya menghormati, namun tidak harus masuk ke ranah politik dengan cara menyebarkan video dakwah. Video Buttey tidak dapat diterima."

Jin Qorin, Jin Pendamping Manusia


PERNAHKAH Anda melihat seorang teman tiba-tiba muncul di hadapan kita, entah melintas atau apa, tapi tak mengatakan apa–apa? Di lain waktu ketika kita tanyakan tadi kenapa? Sang teman pun hanya kebingungan dan menjawab tidak pernah dan tidak tahu. Biasanya mendapat jawaban begini jantung kita langsung berdegup keras, keringat dingin, semuanya berujung pada satu pertanyaan lantas tadi itu siapa?

Qorin adalah jin yang ditugasi untuk mendampingi setiap manusia dengan tugas menggoda dan menyesatkannya. Karena itu, qorin termasuk setan dari kalangan jin.

Syaikh Ibnu Utsaimin ditanya, “Apa itu qorin?” Beliau menjawab, “Qorin adalah setan yang ditugasi untuk menyesatkan manusia dengan izin Allah. Dia bertugas memerintahkan kemungkaran dan mencegah yang ma’ruf. Sebagaimana yang Allah firmankan,

“Setan menjanjikan kefakiran untuk kalian dan memerintahkan kemungkaran. Sementara Allah menjanjikan ampunan dan karunia dari-Nya. Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 268)Akan tetapi, jika Allah memberikan karunia kepada hamba-Nya berupa hati yang baik, jujur, selalu tunduk kepada Allah, lebih menginginkan akhirat dan tidak mementingkan dunia maka Allah akan menolongnya agar tidak terpengaruh gangguan jin ini, sehingga dia tidak mampu menyesatkannya. (Majmu’ Fatawa, 17:427)

Dalil Adanya Jin Qorin

Di antara dalil yang menunjukkan adanya qorin:

a. Firman Allah: “Yang menyertai manusia berkata : “Ya Tuhan kami, aku tidak menyesatkannya tetapi dialah yang berada dalam kesesatan yang jauh,” (QS. Qaf: 27).
Dalam tafsir Ibn Katsir dinyatakan bahwasanya Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu, Mujahid, Qatadah dan beberapa ulama lainnya mengatakan, “Yang menyertai manusia adalah setan yang ditugasi untuk menyertai manusia,” (Tafsir Ibnu Katsir, 7:403)

b. Hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap orang di antara kalian telah diutus untuknya seorang qorin (pendamping) dari golongan jin.” Para sahabat bertanya, “Termasuk Anda, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Termasuk saya, hanya saja Allah membantuku untuk menundukkannya, sehingga dia masuk Islam. Karen itu, dia tidak memerintahkan kepadaku kecuali yang baik.” (HR. Muslim)

Tugas jin Qorin
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Setiap orang di antara kalian telah diutus untuknya seorang qorin (pendamping) dari golongan jin.” (HR. Muslim)
Imam An-Nawawi mengatakan, “Dalam hadis ini terdapat peringatan keras terhadap godaan jin qorin dan bisikannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi tahu bahwa dia bersama kita, agar kita selalu waspada sebisa mungkin. (Syarh Shahih Muslim, 17:158)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Munajid menjelaskan, “Berdasarkan perenungan terhadap berbagai dalil dari Alquran dan sunah dapat disimpulkan bahwa tidak ada tugas bagi jin qorin selain menyesatkan, mengganggu, dan membisikkan was-was. Godaan jin qorin ini akan semakin melemah, sebanding dengan kekuatan iman pada disi seseorang.” (Fatawa Islam, tanya jawab, no. 149459)

Apakah qorin juga menyertai manusia setelah dia meninggal?

Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan, “Apakah qorin ini akan terus menyertai manusia, sampai menemaninya di kuburan? jawabnya, Tidak. Zahir hadis –Allahu a’lam– menunjukkan bahwa dengan berakhirnya usia manusia, maka jin ini akan meninggalkannya. Karena tugas yang dia emban telah berakhir. Ketika manusia mati maka akan terputus semua amalnya, kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakannya. (HR. Muslim). (Majmu’ Fatawa, 17:427)

Cara Melindungi Diri dari Jin Qorin

Banyaklah berdzikir dan memohon perlindungan kepada Allah. Jika kita sungguh-sungguh melakukan hal ini, insyaaAllah, akan datang perlindungan dari Sang Kuasa. Allah berfirman,

“Apabila setan menggodamu maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. Al-A’raf: 200)
Dalam Tafsir As-Sa’di dinyatakan, “Kapanpun, dan dalam keadaan apapun, ketika setan menggoda Anda, dimana Anda merasakan adanya bisikan, menghalangi Anda untuk melakukan kebaikan, mendorong Anda untuk berdosa, atau membangkitkan semangat Anda untuk maksiat maka berlindunglah kepada Allah, sandarkan diri Anda kepada Allah, mintalah perlindungan kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar terhadap apa yang anda ucapkan dan Maha Mengetahui niat Anda, kekuatan dan kelemahan Anda. Dia mengetahui kesungguhan Anda dalam bersandar kepada-Nya, sehingga Dia akan melindungi Anda dari godaan dan was-was setan. (Taisir Karimir Rahman, Hal.313). Allahu a’lam. (sumber: konsultasi syariah]

Saturday 25 October 2014

Jalan Santai, Bisa Tingkatkan Kreativitas


JIKA Anda dalam kondisi kreativitas yang merosot, para ilmuwan punya saran: berjalan-jalanlah.

Orang bisa memacu ide-ide yang lebih kreatif ketika mereka berjalan daripada ketika duduk, kata penelitian baru yang diterbitkan dalam Journal of Experimental Psychology: Learning, Memory and Cognition. “Semua orang selalu mengatakan, berjalan-jalan bisa memberi ide-ide baru, tapi tidak ada yang pernah membuktikan hal itu sebelumnya,” kata Marily Oppezzo, seorang profesor psikologi di Santa Clara University dan penulis utama studi tersebut.

Bahkan, Oppezzo sendiri mendapat inspirasi penelitian ini saat masih menjadi mahasiswa pasca-sarjana berjalan-jalan dengan penasihat tesisnya, Daniel Schwartz, profesor pendidikan di Universitas Stanford.

Untuk mengukur kreativitas, Oppezzo mengundang 176 orang dan memberi mereka berbagai tes verbal. Misalnya, beberapa relawan diminta menggunakan istilah alternatif pada istilah-istilah yang umum, seperti tombol. Oppezzo kemudian mendefinisikan respon kreatif dengan mendapatkan satu dari dua jawaban yang baik dan sesuai (misalnya tombol bisa berfungsi sebagai saringan kecil atau mata untuk boneka, bukan hanya berfungsi untuk menghidupkan bola lampu), serta asli, yang tidak ada orang lain mengatakan sebelumnya.

Dalam percobaan pertama, relawan diminta menyelesaikan tes kreativitas dua kali. Pertama saat duduk di dekat meja di satu ruangan kecil selama empat menit, dan kemudian saat berjalan di treadmill untuk jumlah waktu yang sama. Para peneliti menemukan, 81 persen dari peserta meningkat kemampuan kreatifnya ketika berjalan.

Para pejalan akan lebih banyak berbicara daripada orang-orang yang duduk. Namun Oppezzo mengatakan, peningkatan ide-ide kreatif saat berjalan juga tidak sesederhana menghasilkan lebih banyak ide secara umum.

“Kami mengambil semua yang mereka katakan dan membagi antara total ide kreatif dengan total ide yang disebutkan,” katanya, seperti dimuat Gulfnews belum lama ini. “Orang yang berjalan lebih banyak berfikir, dan mereka juga memiliki kepadatan lebih tinggi dalam berfikir kreatif daripada yang duduk.”

Untuk melihat apakah berjalan meningkatkan kemampuan otak secara keseluruhan, Oppezzo dan timnya memiliki relawan menyelesaikan tugas guna mengukur pemikiran konvergen. Peserta penelitian diberi tiga kata dan diminta memberikan kata lain yang menggabungkan kata-kata tersebut ke dalam satu frasa baru. Misalnya, “Swiss”, “cake”, dan “cottage”, yang kemudian semua dikombinasikan menjadi “cheese”.

Pada tes ini, para relawan melakukan sedikit lebih buruk saat berjalan dibandingkan ketika duduk. Hal ini menyebabkan para peneliti menyimpulkan bahwa manfaat kognitif dari berjalan spesifik untuk pikiran-pikiran kreatif.

Dalam percobaan berikutnya, para peneliti menemukan bahwa dorongan kreatif dapat terus bertahan untuk jangka waktu tertentu. Orang-orang yang mengambil tes kreativitas sambil berjalan, kemudian sambil duduk, mendapatkan ide-ide yang lebih kreatif terkait posisi (jabatan) mereka, dibandingkan relawan yang duduk dan tidak pergi berjalan-jalan.

Untuk memastikan ini bukan ‘sesuatu yang sudah pasti’, para relawan kemudian dilakukan tes. Para peneliti meminta beberapa peserta untuk mengikuti tes dua kali dan tetap duduk dua kali. Dalam kondisi tersebut, uji kinerja tidak meningkat berdasarkan pengalamannya.

Dalam satu set percobaan lainnya, para peneliti menemukan bahwa berjalan di dalam ruangan sama baiknya untuk kreativitas dengan berjalan di luar ruangan, meskipun di luar ruangan lebih memungkinkan membuat peserta lebih banyak bicara.

Pada akhir percobaan, Oppezzo mencoba mendorong para sukarelawan ke seluruh kawasan kampus Stanford dengan menggunakan kursi roda, dan dibandingkan kreativitas mereka dengan relawan berjalan-jalan di luar. Juga orang-orang yang berjalan di dalam ruangan dengan menggunakan treadmill dan orang-orang yang duduk di dalam laboratorium tanpa pandangan ke luar ruangan. Hasilnya jelas: berjalan (baik di dalam atau di luar ruangan) mengalahkan duduk (baik di dalam atau di luar).

Peneliti lain mengatakan, mereka menemukan hasil meyakinkan, terutama karena mereka telah melakukan konfirmasi dengan empat percobaan berbeda.

Jennifer Wiley, seorang profesor psikologi di University of Illinois, Chicago, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan, hasil Oppezzo itu sejalan dengan apa yang disebut “tempat tidur, kamar mandi, bus dan bar sindrom”.

“Ketika kami mengambil istirahat dari aktivitas mencari solusi penelitian, lantas pergi dengan kegiatan sehari-hari kami yang lain, solusi-solusi sering muncul dalam pikiran kita,” katanya. Tapi Wiley dan lainnnya masih belum paham mengapa berjalan bisa meningkatkan kreativitas.

Mungkin berjalan meningkatkan gairah di otak, kata Jonathan Schooler, seorang profesor ilmu psikologi dan otak di University of California, Santa Barbara, yang tidak terlibat dalam penelitian ini. Jika demikian, hal itu akan menjelaskan mengapa sebagian besar relawan menjadi lebih cerewet ketika mereka berjalan-jalan, katanya.

Oppezzo menduga, ada kemungkinan bahwa berjalan dapat menyingkirkan hambatan-hambatan pada kemampuan otak. “Kami benar-benar tidak tahu,” katanya.

Oppezzo dan Schwartz berniat melanjutkan penelitian mereka untuk mendapatkan hubungan antara berjalan dan kreativitas . “Kami sudah banyak melakukan pertemuan sambil berjalan-jalan untuk berpikir tentang ide-ide masa depan,” kata Oppezzo. “Mudah-mudahan kita akan menjalankan studi baru segera.”

Sementara itu, ia menyarankan agar orang berjalan-jalan sebelum melakukan pemecahan masalah, atau melakukannya jika mengalami kemacetan dalam masalah kreatif. “Studi kami menunjukkan, kreativitas semua orang membaik ketika mereka berjalan dibandingkan dengan mereka yang duduk,” katanya. “Ini sangat keren, cukup dengan pergi keluar, berjalan-jalan, kreativitas Anda lebih meningkat.”

Friday 24 October 2014

Demi Pesta Jokowi, Ribuan Muslim Tinggalkan Sholat Wajib ?


RIBUAN manusia berjubel di sepanjang Jalan Sudirman sampai Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat. Sorak sorai massa sahut menyahut. Berbagai jenis bendera dan kostum dikibarkan dan dipamerkan. Mereka, yang mengatasnamakan rakyat Indonesia itu, tengah menanti dua sosok manusia terpilih, yaitu Joko Widodo alias Jokowi dan Jusuf Kalla (JK).

Senin (20/10/2014) pagi jelang siang itu, Jokowi-JK baru saja dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia. Bertempat di Gedung DPR/MPR Senayan, Jakarta, pelantikan keduanya dihadiri ribuan jurnalis lokal maupun asing, serta tetamu dari negara-negara jiran dan sahabat.

Resminya Jokowi-JK sebagai pemimpin Indonesia memang disambut gegap gempita oleh berbagai kalangan rakyat Indonesia. Lihatlah Senin itu, lautan manusia nyaris tak sanggup ditampung di jalan protokol kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI).

Namun, situasi agak kurang menyenangkan sempat terjadi. Ketika pada sekitar pukul 13.03 Wib, belum ada tanda-tanda kedatangan rombongan Jokowi-JK ke arena pawai. Padahal sebelumnya, satu rombongan relawan pendukung Jokowi-JK melintas dari HI menuju Monumen Nasional (Monas). Saat itu, seorang oratornya mengatakan bahwa Jokowi-JK akan datang sebentar lagi.

“Tujuh menit lagi, tujuh menit lagi,” ujarnya melalui pengeras suara di atas mobil komando sekitar pukul 12.16 Wib.

Pawai tersebut saat itu direncanakan dimulai dari Bundaran HI, dimana Jokowi-JK akan diarak massa. Karena keduanya tak kunjung datang, para wartawan foto dan kameramen yang menongkrong di atas Jembatan Penyeberangan Orang Bundaran HI mulai kesal menunggu.

Gonjang-ganjing pun bermunculan, setidaknya di kalangan jurnalis. Pengamatan hidayatullah.com Senin itu, sebagian awak media yang selama ini pemberitaannya pro Jokowi-JK menggerutu. Mereka pun melontarkan berbagai prasangka negatif. Ada yang menduga jangan-jangan Jokowi-JK batal ikut pawai. Ada pula yang menebak-nebak kalau keduanya akan merubah rute pawai. `

Sementara itu, ribuan peserta pawai yang sejak pagi menunggu di sepanjang Bundaran HI – Jl MH Thamrin – Monas mulai kepanasan. Sebagian lantas mengeluarkan payung masing-masing guna menghindari sengatan matahari. Massa lainnya tetap rela berpanas-panasan.

Barulah pada sekitar pukul 13.17 Wib, dari kejauhan tampak iring-iringan Jokowi-JK dari arah Semanggi mulai bergabung dengan kerumunan massa. Para wartawan yang tadinya sempat kesal akhirnya lega. Mereka segera bersiap memotret momen-momen diaraknya dua sosok pemimpin baru Indonesia.

Keterlambatan kedatangan Jokowi-JK membuat Daen, nama rekaan seorang peserta pawai, terlambat melaksanakan shalat Zhuhur karena ‘keasyikan’ menunggu. Yang sebetulnya dia juga bingung mau shalat dimana saat itu. Sepemantauan hidayatullah.com, tidak ada tempat shalat khusus yang disediakan panitia acara untuk umat Islam peserta pawai.

“Menariknya”, panitia menyediakan fasilitas konsumsi gratis di sepanjang rute dari Bundaran HI ke Monas. Tampak deretan gerobak pedagang kali lima (PKL) yang menjajakan berbagai jenis makanan seperti bakso dan sebagainya. Namun, makanan gratis itu keburu ludes bahkan sebelum Jokowi-JK tiba di arena pawai. Harap maklum, massa begitu membeludak. Daen yang seorang perantauan asal Sulawesi Selatan pun kecewa.

“Padahal sudah siap-siap makan banyak. Terlalu berharap (makan gratis) sih” ujar Daen yang tahu dari media massa jika panitia menyediakan kuliner gratis. Ia pun memilih makan siang mi ayam di warung PKL dekat Monas seharga Rp 15 ribu per porsi, cukup mahal untuk ukuran mahasiswa jurusan ekonomi seperti dirinya.
“Ribuan orang itu di mana shalat Zhuhur, Ashar, Maghribnya? Dari tadi masih pada di situ terus….”

Dimana Mushalla?

Sementara itu di atas kereta kuda, Jokowi-JK yang sama-sama mengenakan kemeja putih tampak sumringah disambut masyarakat. Iring-iringannya pun mendekati Monas sekitar pukul 14.10 Wib. Saat itu waktu shalat Ashar tidak lama lagi tiba. Awak hidayatullah.com pun memutuskan untuk singgah shalat di area Parkir IRTI Monas, Jl Medan Merdeka Selatan. Awak media ini beberapa waktu sebelumnya pernah shalat berjamaah di mushalla Parkir IRTI. Namun rupanya, kini mushalla di situ sudah tak ada.

“Dulu ada (mushalla di sini). Sekarang udah nggak. Kalau mau shalat coba di samping situ,” ujar seorang pekerja di kawasan IRTI kepada media ini seraya menunjuk ke dalam pagar taman selatan Monas.

Sempat kecewa, media ini pun bergegas keluar pagar IRTI, lalu masuk ke area taman Monas. Tapi di taman itu sama sekali tidak tampak adanya mushalla atau pun aktifitas shalat. Massa yang hadir seperti sedang berpiknik. Padahal waktu Ashar sudah masuk. Suara azan tak terdengar lagi, kalah nyaring dengan dentuman suara musik dari panggung utama pesta jelang konser Salam 3 Jari di halaman Monas.

Bersama Daen, awak media ini pun bermaksud shalat di area tugu Monas. Di situ selama ini memang terdapat mushalla. Dalam perjalanan menuju tugu, melintaslah seorang petugas patroli Monas di taman dekat Silang Barat Daya. Kami pun menanyakan kepadanya siapa tahu ada tempat khusus shalat.

Namun jawabannya agak mengecewakan. Menurut Budi, petugas berseragam dan bersepeda motor itu, tidak disediakan tempat shalat di area pesta Syukuran Rakyat itu.

“Adanya di Gambir. (Di sini) nggak ada,” terangnya sembari menunjuk Stasiun Gambir yang terletak 200 meteran dari tempat kami bertanya. Jarak segitu terasa jauh ditempuh ketika azan Ashar telah berlalu cukup lama. Saat itu sudah lewat jam 3 sore. Untuk menuju Gambir, kami harus keluar lagi dari area Monas melalui pintu Silang Tenggara.

Setelah berjalan kaki belasan menit, kami pun tiba di Masjid at-Tanwir, Stasiun Gambir. Di sini tampak hilir mudik sejumlah massa peserta pesta, baik yang akan, sedang, maupun yang telah melaksanakan shalat. Seorang pria pendukung presiden-wapres baru Indonesia yang kami temui di Masjid at-Tanwir mengaku, ia tak menemukan tempat shalat di kawasan Monas.

“Nggak ada kayaknya. (Iya) nggak ada (tempat shalatnya)!” tegas pria berbaju kaos dengan gambar dan tulisan “Jokowi & JK” itu.

Usai shalat di at-Tanwir, kami kembali ke Monas memantau situasi pesta. Beberapa saat kemudian, matahari tampak mulai turun ke peraduannya. Maghrib tak lama lagi menjelang. Sebelum kejadian telat shalat tadi terulang, awak media ini bergegas pergi menuju arah Masjid Istiqlal tak jauh dari Monas.

Esoknya, Selasa (21/10/2014), banyak kritikan masyarakat terlontar atas pesta tersebut, khususnya di media sosial. Ada yang kecewa karena kehabisan makanan gratis. Ada pula yang mempertanyakan pelaksanaan shalat ribuan massa Syukuran Rakyat yang diyakini mayoritas Muslim itu.

Misalnya, akun Facebook bernama Achmad Rifa berkomentar, “Ribuan orang berkumpul di Monas bergembira menyambut pelantikan Jokowi-JK sebagai presiden dan wakil presiden yang baru. Mereka penuh harap adanya perubahan dan perbaikan kehidupan rakyat Indonesia. Selamat kepada Bapak Ir H Joko Widodo dan Bapak Drs H Muhammad Jusuf Kalla semoga sukses memimpin Indonesia. Serta menjadikan Indonesia Hebat. Tapi, ribuan orang itu di mana shalat Zhuhur, Ashar, Maghribnya? Dari tadi masih pada di situ terus….”

“Mestinya difasilitasi panitia supaya pada shalat dulu. Baru ada tanda-tanda Revolusi Mental,” timpal akun lain bernama Yosep Riana terkesan menyindir slogan pendukung Jokowi itu.*

Baca Juga :

Kebohongan dalam Pesta Akbar Jokowi

Mencari Presiden, Bukan Pemimpin Pesta

Batal Umumkan Kabinet di Priok, Jokowi Hamburkan Ratusan Juta ?

Batalnya pengumuman kabinet oleh Presiden Joko Widodo, Rabu (22/10) kemarin di Pelabuhan Tanjung Priok, disinyalir menghambur-hamburkan biaya ratusan juta rupiah.

"Dana Rp 700 juta bikin panggung dan acara di Pelabuhan, sayang kan?" kata Wakil Sekretaris Jendral DPP Partai Demokrat Ramadhan Pohan saat dihubungi, Kamis (23/10).

Ramadhan menilai, pembatalan pengumuman kabinet sebagai indikasi buruk kabinet Jokowi. Ia menyarankan agar Jokowi mengumumkan kabinet di Istana Negara. Sebab terbukti pengumuman di luar istana malah menekan biaya besar.

"Umumkan saja di Istana. Hemat, ringkas, dan berada di area simbol negara," ujarnya.

Ramadhan melihat ada sikap tidak konsisten antara pernyataan dan sikap Jokowi. Menurutnya Jokowi gagal membuktikan upaya membangun negeri dengan hemat dan kerja. "Paradoks. Ironis. Anomali. Ambigu," katanya.

Kerja... Kerja... Kerja... Tagline Sampul majalah TEMPO yang terbit bersamaan pelantikan Jokowi sepertinya harus dirubah... Lambat... Lambat... Lambat.

Tapi tenang saja, media selalu all out membuat opini sehingga "rakyat" akan selalu mendukung Jokowi.

Budayan kondang Sudjiwo Tedjo pun menyatakan: "Ditunda sampai seabad pun rakyat akan memaafkan, karena mereka sudah bukan rakyat lagi .. mereka rakyat yg sudah dibius oleh media massa." Demikian twit mbah @sudjiwotedjo, Rabu (22/10)
"Pemimpin tangan besi mematikan nyali, tapi pemimpin yang dinabikan mematikan nalar," lanjut Sudjiwo Tedjo. 

Wednesday 22 October 2014

ICW :Program Jokowi Buka Peluang Korupsi


Jakarta - Program Kartu Jakarta Sehat (KJS) dan Kartu Jakarta Pintar (KJP) yang digagas Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) diduga terindikasi korupsi oleh Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK).

Koordinator Divisi Monitoring Pelayanan Publik ICW, Febri Hendri, dikhawatirkan program Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang ingin digagas Jokowi ketika menjadi presiden, justru membuka peluang untuk praktek korupsi baru.

"Kartu Jakarta Sehat dan Jakarta Pintar banyak yang tidak tepat sasaran. Makanya, kalau mau menerapkan Indonesia Sehat dan Indonesia Pintar, benarkan dulu data kemiskinannya," ujar Febri, di Jakarta Pusat, Selasa (19/8/2014), seperti diberitakan INILAH.COM.

Ia menjelaskan, kelemahan dari program-program ini adalah dengan data yang tumpang tindih. "Data kemiskinan yang dipakai harus jelas dulu, apakah berasal dari BPS atau BKKBN atau institusi lain? Kalau sudah jelas, baru jalankan programnya," cetusnya.

Ia juga menambahkan, selain data kemiskinan yang jelas, agar tidak terjadi korupsi pada program ini, pelaksaanaanya harus transparan.

"Datanya harus transparan di buka ke publik. Tata kelolanya juga dibuka ke publik, biar masyarakat dapat menilai program itu tepat sasaran atau tidak," tandasnya.

Jokowi Terjerat ' 9 Naga' ?


Indonesia Lawyer Club semalam, Selasa 21 Oktober 2014 mendadak riuh saat sosok fenomenal Kwik Kian Gie, tanpa basa basi mempertanyakan kebenaran rumor dikuasainya Jokowi oleh 9 taipan (pebisnis bermodal kuat keturunan Tiongkok / memiliki jaringan bisnis di Hongkong/China).

"Saya dengar kabar-kabar yang sudah meluas bahwa Jokowi dikendalikan oleh 9 taipan, orang- orang kaya yang mengendalikan, dan kabar ini sudah menyebar luas, dan tidak ada yang berani mengatakan, biarlah saya yang mengatakan. Bukan karena apa, tapi karena kecintaan saya. Tolong dibantah yang sekeras-kerasnya, dengan fakta yang sekeras- kerasnya bahwa ini tidak betul, karena kabar ini sangat meluas."

Sebagai kader yang sangat mencintai partainya, Kwik merasa harus mempertanyakan hal tersebut. Kwik adalah politisi senior sekaligus ekonom handal yang pernah menduduki jabatan strategis di negeri ini.

"Kader yang mencintai partainya (PDI P) harus jujur mengatakan apa adanya," demikian ungkap Kwik.

Sebagai kader senior PDI P Kwik tentu juga banyak mengetahui 'isi dapur' partai berlambang banteng itu. Kecintaanya kepada PDI P itulah yang mendorong Kwik tak ingin partainya dikuasai cukong.

"Saya melakukan ini karena kecintaan saya karena saya kader PDI P yang telah lama berjuang.. "

Kwik juga mempersoalkan kemunculan Sofjan Wanandi, seorang pengusaha dan sekaligus ketua Asosisi Pengusaha Indonesia (APINDO).

Sofjan Wanandi sudah sejak lama melobi Megawati untuk memasangkan Jusuf Kalla dengan Jokowi. Sejak 2013, di berbagai kesempatan, Sofjan menyatakan bakal mengeluarkan Rp 2 triliun bila Kalla dipasangkan dengan Jokowi.

APINDO sendiri berisi ribuan pengusaha Indonesia. Jaringan Apindo untuk Jokowi-Kalla semakin kuat karena Ketua Apindo, Franky Sibarani, menjadi anggota tim penggalangan dana pasangan Jokowi - JK.

"Kenapa jumlah menteri yang tadinya sedikit 18 atau 20, kemudian langsung dibantah oleh Sofyan Wanandi dan Jusuf Kalla tiba-tiba berubah, bahkan separo dari jumlah menteri itu untuk partai politik. Saya sebagai kader PDI P menjadi bingung."

"Lalu kemudian apa peran Sofyan Wanandi, memang dia adalah ketua APINDO, tapi mengapa dia arus muncul dimana-mana. Inilah yang memunculkan kesan kuat bahwa para taipan ini. Akibatnya orang mulai was-was entang kabinet ini, akan jujur, akan memberantas korupsi dan lain-lain," demikian tegur Kwik lantang.

Kwik pun menantang Tim Transisi untuk menjawab pernyataannya.

"Mumpung disini ada rumah transisi. Tolong dibantah dengan fakta-fakta yang nyata dan jelas," pinta Kwik.

Pernyataan Kwik Kian Gie langsung direspon luas di forum-forum internet. Kaskus contohnya, langsung merespon pernyataan Kwik tersebut.

Sayangnya, alih-alih memberi argumentasi yang meyakinkan, para pendukung Jokowi memilih untuk mencacimaki Kwik.

Tanggapan atas pernyataan Kwik Kian Gie juga dimunculkan Akbar Faizal. Akbar menyatakan kabar tersebut bukanlah hal baru. Akbar juga sempat terusik dengan kabar tersebut.

"Saya baru mendengar ini (secara terbuka dari Kwik Kian Gie). Tapi saya pernah samar-samar mendengarnya," kata Akbar di acara yang sama.

Akbar mengaku pernah memberanikan diri menanyakan kebenaran kabar samar tersebut langsung kepada Jokowi.

Jokowi, kata Akbar yang jadi Deputi bidang Infrastruktur, Perumahan Rakyat dan Transportasi Publik dalam Tim Transisi, membantahnya.

Pertanyaan disampaikan Akbar karena khawatir rekomendasi dirinya terkait persoalan transportasi dimentahkan karena tersiar kabar ada konglomerat otomotif yang mengendalikan Jokowi.

"Sorry mas Akbar, tidak benar. Dan saya yakin beliau (Jokowi) tidak terlilit dengan sembilan taipan itu," kata Akbar menirukan jawaban Jokowi.

Entah siapa yang berbohong, karena pada kenyataannya, ada nama Edward Surjadjaja, putra William Surjadjaja, pendiri konglomerasi Astra, dalam beberapa proyek Jokowi. Tentu tak ada makan siang gratis.

-----

Pertanyaannya, siapakah 9 taipan yang dimaksud Kwik Kian Gie?

Ada nama-nama besar taipan Indonesia yang selama ini terlihat mendukung Jokowi-JK.

Sebut saja Antoni Salim, putra Soedono Salim, pemilik Salim Group, Boss Lippo Group James Riyadi, 'The Invisible' Tomy Winata dan kawan-kawannya(Rudy Raja Mas, Apiang Jinggo alias Yan Darmadi, Engsan, A Pow, Chandra dll), Kirana bersaudara pemilik Lion Air, Rusdi dan Kusnan, Edward Surjadjaja, Trihatma Kusuma Haliman si raja properti, Raja tekstil almarhum Lukminto dan 'Ratu Mall" Imelda Tio, Bankir Kevin Wu, Benny Chandra, Lia Anggraeni, Jhony Liem.

Mengetahui kiprah para taipan ini tak sulit. Cukup ketikkan nama-nama di atas pada mesin pencari di internet.

Mungkin Megawati akan membiarkan para taipan ini berkuasa demi menyelamatkan bisnis CPO miliknya, atau demi keselamatan diri dan keluarga dari ancaman gugatan pelanggaran hukum dan korupsi yang terjadi di eranya.

Maka tak berlebihan kiranya jika Kwik Kian Gie, merasa perlu mengingatkan seluruh rakyat dan pendukung Jokowi, bahwa ada harga yang harus dibayar sebagai efek kemenangan Jokowi.

Menjadi Muslim di Indonesia, Why Not ?


Menurut Ustadz Felix, dalam rukun keimanan Islam terdapat bahasan tentang Qadha dan Qadar, yakni meyakini apapun yang diberikan dan ditentukan Allah itu pasti baik adanya.

Bentuk wajah, warna kulit, postur badan, kesemuanya adalah takdir Allah. Semua ha tersebut ditentukan Allah bagi kita dan harus diyakini bahwa itulah yang terbaik.

Di lain sisi, selain menjelaskan takdir yang “dari sananya begitu”, Allah pun memberikan hal-hal yang bisa dipilih kepada manusia. Misalnya, beriman atau kafir, amanah atau khianat, semua itu pilihan bebas yang Allah karuniakan kepada manusia.

Namun, usah khawatir, sebuah kabar baik menurut Ustadz Felix bahwa, “Allah tidak sekalipun akan menghisab hal-hal takdir. Allah tidak akan minta pertanggungjawaban hal yang Dia tentukan.” Ia memisalkan, di Hari Penghisaban, Allah tidak akan bertanya kepada laki-laki “kenapa kamu lelaki?” karena hal itu takdir yang Dia tentukan bagi semua mahluk-Nya yang berkelamin.

“Jadi dalam Islam, kita tidak perlu memusingkan takdir atau ketentuan Allah, cukup beriman pada takdir, bahwa semua dari Allah, selesai,” nasihat Ustadz Felix Siauw ringan.

Menurutnya,a hal yang Allah takdirkan, yang tak mampu kita pilih tidak kan dihisab. Sebaliknya, dalam hal yang mampu kita pilih, maka itu pasti akan dihisab.

Pada zaman ini, semua menjadi terbalik. Sesuatu yang merupakan takdir malah diubah-ubah, lantas yang tergolong perkara pilihan malah tidak diperhatikan dan tidak dipusingkan.

Seseorang yang berkulit hitam, hidungnya pesek, tidak menerima keadaan, lalu operasi plastik. Inilah yangakan dihisab, karena tidak mengimani takdir dari Allah. Padahal warna kuit dan bentuk badan semua pemberian Allah, dan Allah tidak akan menanyai itu di saat perjumpaan kita dengan Allah.

Yang mengherankan, saat ini manusia lebih sibuk memusingkan dan mengubah yang sudah Allah tentukan padanya. Namun meninggalkan shalat nampanya biasa saja. Pun tidak mengusahakan belajar agama, dianggap wajar saja.

Maka sekaranglah yang disebut zaman salah kaprah parah. Perkara yang tak dihisab diurusi, namun perkara yang dihisab malah diabaikan.

Pun yang termasuk takdir itu misalnya, dilahirkan di suku apa, dilahirkan dimana, dari orangtua mana. Itu semua bagian ketentuan Allah yang bukan pilihan.

Ustadz Felix mencontoh dirinya sebagai pria yang lahir di Palembang-Indonesia, dari rahim ibu yang beretnis Cina. “Itu semua bukan pilihan, itu bagian takdir,” ujarnya.

“Tetapi menjadi seorang Muslim? Itu jelas pilihan bagi saya, saya memilih jalan Islam. Itu jelas pilihan, dan itu jelas akan dihisab,” tegasnya.

Maka menjadi orang Indonesia itu tidak perlu dipusingkan. Namun, menjadi seorang Muslim itu jelas harus diperhatikan dan dibanggakan. “Dilahirkan di tanah Indonesia tidak akan Allah hisab, tetapi tentang menjadi Muslim, Allah akan hisab itu,” tekannya.

Dengan demikian bagi Ustadz Felix sangat jelas, menjadi Muslim itu jauh lebih penting, dari sekadar menjadi orang Indonesia.

Apa sebab? Karena menjadi Muslim itu pilihan, sedangkan terlahir di Indonesia itu sebuah ketentuan.

Ustadz Felix sumringah, “Alhamdulillah, saya bersyukur pada Allah, lahir dan besar di Indonesia. Indonesia jadi wasilah (perantara) saya mengenal dan mempelajari Islam.”

Karenanya , Ustadz yang juga penulis keprigel tersebut mengaku bahwa ia harus menjaga Indonesia ini menjadi wasilah bagi semua orang yang belum Muslim agar merasakan nikmat yang ia rasakan dari indahnya Islam.

Oleh karena itu, dimanapun manusia lahir, apapun suku dan agamanya, kewajibannya adalah mengenal dan menyembah Allah Tuhan semesta.

Maka pesannya, “jangan memusingkan bangsamu karena dia tak akan ditanya. Perhatikan agamamu, amal ibadahmu, dan dakwahmu dalam Islam.”

“Menjadi Muslim itu nomor satu, yang lain bisa diatur-atur, dan hukum Allah itu paling tinggi, yang lain bisa dibawahnya,” Ustadz Felix menggarisbawahi.

“Karena tanpa Indonesia, Islam tetap ada. Tapi tanpa Islam, Indonesia tidak ada,” pungkasnya sigap. Baarrakallah.

Pedagang Bakso Ungkap Kebohongan Panitia Pesta Jokowi


Baru beberapa jam saja, isi gerobak bakso Warsito, salah satu pedagang yang meramaikan Syukuran Rakyat, Senin (20/10/2014) sudah ludes disantap para pengunjung. Salah satu acara di Syukuran Rakyat adalah makan gratis.

Sebelum acara, para pedagang yang terlibat dalaPem acara ini disebut secara suka rela menyumbang karena merupakan pendukung Joko Widodo-Jusuf Kalla. Namun, Warsito memberikan kesaksian berbeda. Menurut Warsito, ia dibayar Rp 425.000 untuk satu gerobak dagangannya.

"Saya dibayar Rp 425.000 buat hari ini," kata kepada Kompas.com.

Menurut dia, soal bayaran ini sudah dibicarakan jauh-jauh hari. Ia terkejut saat ditanya bahwa ada informasi para pedagang hari ini terlibat karena secara suka rela menyumbangkan dagangannya.

"Oh gitu ya? Setahu saya semuanya dapat (bayaran). Enggak mungkin lah kita nyumbang, biar dikata nge-fans juga sama Pak Jokowi," papar Warsito.

Ia mengatakan, bayaran sebesar Rp 425.000 itu dibayarkan dalam dua kali. Pertama, saat pedagang memberikan kepastian untuk terlibat, dan pembayaran kedua akan diberikan paling lama tiga hari setelah acara.

Untuk hari ini, lanjut Warsito, ia dan para pedagang bakso lain hanya menyiapkan bumbu, mi bihun, soun, daun bawang dan bahan pelengkap lainnya. Ada pun, bakso dan kuah serta mangkuk dan sendok garpu disiapkan oleh panitia.

Warsito merasa bersyukur bisa jadi bagian dalam "Syukuran Rakyat" ini. Biasanya, dalam sehari ia paling banyak mengantongi Rp 200.000 jika berdagang dari pagi sampai malam. Dan hari ini, ia bisa mendapatkan dua kali lipat sebelum masuk tengah hari.

Sebelumnya, panitia yang mengurusi kuliner, Chrisna Murti mengatakan, seluruh makanan yang ada merupakan sumbangan dari pedagang-pedagang.

"Semua (makanan) sumbangan. Pedagang gerobakan diambil tersebar dari seluruh Jakarta," kata Chrisna, Sabtu (18/10/2014).

Monday 20 October 2014

Kontras Nilai Jokowi Mulai Tunjukkan Sikap Politik Transaksional


KOORDINATOR Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar mengecam sikap presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) yang menunjuk Brigadir Jenderal Andika Perkasa sebagai Komandan Pasukan Pengaman Presiden (Pasmpampres).

Menurut Haris, Andika Perkasa adalah menantu AM Hendropriyono yang merupakan Tim Sukses dan Penasehat Rumah Transisi Joko Widodo.

“Sebagaimana sudah menjadi pengetahuan publik bahwa Hendropriyono merupakan Kepala BIN ketika Munir dibunuh didalam pesawat Garuda Indonesia saat perjalanan studi ke luar negeri. Selain itu, pada saat menjabat Komandan Korem 043/Garuda Hitam, Hendropriyono melakukan penyerangan terhadap warga sipil di Dusun Talangsari, Lampung, tahun 1989,” kata Haris dalam keterangan persnya.

Selain itu, menurut Haris, kecaman Kontras atas penunjukkan Andika Perkasa sebagai Paspampres dilatarbelakangi beberapa faktor. Pertama, pemesanan Andika Perkasa sebagai Pasmpampres adalah tindakan transaksional politik.

“Joko Widodo, belum dilantik akan tetapi sudah “memesan” nama Andika Perkasa untuk mengisi jabatan struktural dalam TNI. Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengatakan “saya selaku Panglima TNI pasti konsultasi dengan Presiden Terpilih. Saya tanya pada beliau, ‘Bapak Jokowi bagaimana dengan Komandan Paspampres apakah bapak punya calon yang telah disiapkan. Beliau menyampaikan Panglima saya sudah memilih Brigjen Andika sebagai Danpaspamres,” ujarnya.

Hal ini menujukan bahwa Posisi tersebut jelas diintervensi oleh Presiden yang belum dilantik. Secara hukum, penunjukan jabatan didalam institusi TNI seharusnya dilakukan Panglima TNI dan Kepala Staf Angkatan.

“Penunjukan oleh Presiden hanya bisa sampai pada Panglima TNI dan Kepala Staf angkatan, dan tidak di bawah posisi tersebut,” ujar Haris.

Catatan lainnya, Andika Perkasa juga banyak diekspos media massa terkait ramainya pemberitaan seputar Pilpres dan isu Babinsa. Panglima TNI Jenderal Moeldoko tampak berseberangan dengan rilis atas nama Brigjen Andika Perkasa dalam situs resmi TNI AD. “Dalam situs tertanggal 8 Juni 2014 itu, Brigjen Andika menulis institusi TNI AD sudah melakukan pengusutan dan menetapkan Koptu Rusfandi dan Kapten Saliman dari Koramil Gambir telah melakukan pelanggaran disiplin. Padahal, ketentuan pelanggaran terhadap penyelenggaraan pemilu merupakan kewenangan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Sehingga, bukan menjadi kewenangan TNI-AD,” ujarnya

Dahlan Iskan Pernah Setuju Bandara Dikelola Swasta


Bandara Halim Perdanakusuma yang notabenenya dikelola oleh pihak Angkasa Pura II, akan “dikudeta” oleh Lion Group. Hal ini menjadi hal yang kontroversial lantaran pihak swasta yang hanya mencari keuntungan seharusnya tidak diperbolehkan masuk ke dalam infrastruktur negara.

Sekedar informasi, sebelumnya pihak maskapai swasta Lion Group bekerjasama dengan Induk Koperasi TNI Angkatan Udara (Inkopau). Membentuk perusahaan patungan dengan bendera PT Angkasa Transportindo Selaras. Melalui pembagian porsi saham Lion Group sebesar 80 persen dan 20 persen milik Koperasi TNI AU. Hal ini pun, memunculkan reaksi dari pihak Angkasa Pura II.

Rupanya hal ini terkait dengan pernyataan Dahlan Iskan pada 2013 lalu. Rencana saat itu, pemerintah memperlonggar pengelolaan bandara dan pelabuhan kepada asing hingga 100% menuai reaksi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan. Dahlan setuju saja jika pengelolaan bandara dan pelabuhan diberikan kepada investor asing.

Ini rencananya akan masuk dalam revisi Peraturan Presiden (Perpres) tentang Daftar Negatif Investasi (DNI). “Asing lebih bagus. Silahkan kalau begitu. Pemicu untuk kemajuan. Kita nggak boleh kalah,” kata dia, Kamis (7/11/2013).

Menurut dia, rencana pemerintah itu akan membuat persaingan antara investor dalam dan luar negeri kian ketat. Meski Angkasa Pura misalnya, sebagai BUMN operator bandara dinilai telah bisa mengembangkan diri dengan membangun bandara berkelas internasional.

“Sekarang dibuka list negatif investasi, Angkasa Pura ibarat mau lari 100 meter sudah di depan. Membuat Angkasa Pura berlari lebih dulu,” jelas dia.

Demikian pula Pelindo sebagai BUMN operator pelabuhan. Perusahaan ini dinilai juga telah mampu mengembangkan pelabuhan berkelas internasional. Menurut dia, investor asing bisa saja masuk untuk membangun dan mengelola bandara maupun pelabuhan di wilayah lain yang relatif kecil. Misalkan di Jambi, Sorong, Palembang dan lokasi lain, di mana investor swasta tidak ingin masuk karena menilai tidak menguntungkan.

“Tidak mengganggu karena belum dibangun kota kecil. Kota besar sudah dibangun semua. Terlebih membangun bandara tidak terlalu menguntungkan,” tutur dia.

Sunday 19 October 2014

Stres Kronis Bisa Picu Serangan Jantung

 
PARA ilmuwan mengatakan, mereka telah menghasilkan penelitian bahwa stres kronis dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke: memicu produksi sel darah putih secara berlebihan yang dapat menimbulkan ekses membahayakan. Surplus sel dapat mengumpul pada dinding bagian dalam arteri, membatasi aliran darah, dan mendorong pembentukan bekuan yang menghalangi sirkulasi, atau menjadi pecah dan menyebar ke bagian tubuh yang lain.

Sel darah putih penting untuk melawan infeksi dan penyembuhan, tetapi jika terlalu banyak atau mereka berada di tempat yang salah, hal itu dapat membahayakan,” kata Matthias Nahrendorf, peneliti dari Harvard Medical School di Boston, sebagaimana dimuat Malay Mail Online, Senin (23/6/2014).

Dokter telah lama mengetahui bahwa stres kronis menyebabkan penyakit jantung, tetapi belum memahami mekanismenya.

Untuk menemukan hubungannya, Nahrendorf dan tim meneliti 29 pekerja medis di di unit perawatan intensif (ICU).

Lingkungan kerja mereka dianggap sebagai model untuk paparan stres kronis, mengingat pelayanan cepat dan tanggung jawab yang berat yang mereka pikul untuk mengatasi pasien dalam kondisi darurat.

Membandingkan sampel darah yang diambil selama jam kerja dan tidak bertugas, serta hasil kuesioner persepsi stres, para peneliti menemukan hubungan antara stres dan sistem kekebalan tubuh.

Khususnya, mereka melihat, stres mengaktifkan sel-sel induk sumsum tulang, yang pada gilirannya memicu kelebihan produksi sel darah putih, yang disebut leukosit.

Sel darah putih, yang penting dalam penyembuhan luka dan melawan infeksi, dapat berbalik melawan “tuan rumah mereka”, dengan konsekuensi bisa menghancurkan dengan penyakit aterosklerosis, penebalan dinding arteri disebabkan oleh penumpukan plak.

Penelitian ini kemudian dipindah ke tikus, yang diberi rangsangan stres melalui teknik kerumunan dan memiringkan kandang.

Tim memilih tikus karena juga rawan terkena aterosklerosis.

Mereka menemukan, sel-sel darah putih yang diperoduksi berlebihan, sebagai hasil dari akumulasi stres, berkumpul di bagian dalam arteri dan mendorong pertumbuhan plak.

“Di sini, sel melepaskan enzim yang melunakkan jaringan ikat dan mengakibatkan terganggunya plak,” kata Nahrendorf.

“Ini adalah penyebab khas infark miokard (serangan jantung) dan stroke.”

Dia menambahkan, leukosit adalah salah satu penyebab, di samping faktor seperti kolesterol tinggi dan tekanan darah, merokok, dan sifat-sifat genetik yang juga berkontribusi terhadap risiko serangan jantung dan stroke. “Stres bisa mendorong hal ini jika berada dalam tahapan kritis,” kata peneliti.

Saturday 18 October 2014

Masuk Surga & Neraka Karena Teman


SEORANG sahabat bisa lebih baik dan lebih dekat dari pada saudara atau keluarga, sahabat juga bisa menjadi seorang yang lebih jahat dari pada penjahat sekalipun. Itu semua tergantung bagaimana cara kita berteman, dan teman seperti apa yang kita pilih.

Islam selalu menuntun kita kepada hal yang baik. Dalam hal persahabatan juga, pertama dalam hal niat kita diperintahkan untuk meniatkan dalam persahabatan hanya untuk menggapai ridho Allah, bukan untuk kepentingan pribadi atau golongan. Dan sebagai contoh adalah persahabatan antara Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat-sahabatnya.

Coba renungkan ayat berikut:

“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa,” (QS. Az-Zukhruf: 67).


Ali bin Abi Thalib menafsirkan ayat diatas: Dua sahabat yang didasari oleh iman dan dua sahabat yang didasari kekufuran.

Setelah salah seorang dari sahabat yang beriman meninggal, dia diberitakan akan tempatnya di surga. Maka, diapun ingat terhadap sahabatnya yang masih hidup, dan berdoa, “Ya Allah, bahwa si fulan itu adalah sahabat hamba. Dia selalu mengingatkan hamba untuk taat kepadaMu dan taat kepada RosulMu. Dan memerintahkan hamba untuk selalu berbuat baik dan menjauhi yang mungkar. Dan juga mengingatkan hamba akan kematian. Ya Allah, janganlah Engkau sesatkan dia dan perlihatkanlah kepadanya balasan (surga) sebagaimana Engkau perlihatkan kepada hamba. Dan ridhoilah dia sebagaimana Engkau meridhoi hamba.” Maka dikatakan kepadanya, “pergilah (ke surga) dan jika kamu mengetahui apa balasan untuknya niscaya kamu akan banyak tertawa dan sedikit menangis.”

Dan tatkala yang satunya meninggal, ruh mereka berdua dikumpulkan dan mereka berdua diperintahkan untuk memuji satu sama lain. Maka mereka saling mengatakan, “sebaik-baiknya saudara, dan sebaik-baiknya teman.”

Salah satu sahabat yang kafir meninggal, dan diberi kabar tentang tempatnya di neraka. Maka diapun ingat terhadap sahabatnya. Maka dia berdoa, “Ya Allah, si fulan adalah sahabatku, dia selalu memerintahkanku untuk bermaksiat kepadaMu dan RosulMu. Dan memerintahkanku untuk mengerjakan hal-hal yang buruk dan menjauhi hal-hal yang baik. Dan mengatakan kepadaku bahwa aku tidak akan bertemu denganMu. Ya Allah, janganlah Engkau beri hidayah kepadanya sampai Engkau melihatkan balasan atasnya seperti balasan atasku. Dan bencilah dia sebagaimana engkau membenciku.”

Ketika sahabat yang satunya meninggal, dikumpulkanlah ruh mereka berdua dan diperintahkan untuk saling mencela, maka mereka saling mengatakan, “seburuk-buruknya saudara, dan seburuk-buruknya teman.” Ibnu Abbas berkata, “Setiap sahabat akan menjadi musuh kelak di akhirat kecuali yang menjadikan ketakwaan sebagai dasar dalam persahabatan.” Sudahkan sobat memiliki sahabat yang selalu mengingatkan akan ketaatan kepada Allah dan RosulNya ? Yang paling penting adalah, sudahkah sobat menjadi seorang sahabat yang selalu mengingatkan sahabat lain dalam kebaikan?
Untuk itu mari kita menjalin persahabatan satu sama lain dan saling mengingatkan hal yang baik.

Friday 17 October 2014

Pesta Akbar Selama 4 Hari Akan Ramaikan Pelantikan Jokowi-JK


Pertama kalinya dalam sejarah pelantikan presiden Indonesia, akan digelar pesta besar-besaran dan hura-hura selama 4 hari di Jakarta.

Relawan dan simpatisan Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK) bakal turut meramaikan hari pelantikan Jokowi-JK sebagai presiden dan wakil presiden pada 20 Oktober 2014 mendatang secara besar-besaran.

Mereka akan mengadakan syukuran dan selamatan akbar yang bertajuk “Syukuran Rakyat Salam 3 Jari” untuk menyambut Jokowi-JK sebagai pasangan presiden-wakil presiden ketujuh hasil Pilpres 2014.

Rangkaian acara yang diselengarakan oleh Panitia Nasional Syukuran Rakyat tersebut akan diselenggarakan selama empat hari berturut-turut, yakni dari 17 Oktober 2014 hingga ditutup pada 20 Oktober 2014.

Ketua panitia kegiatan yang juga gitaris band Slank, Abdee Negara mengatakan bahwa pihaknya telah mempersiapkan sejumlah rangkaian kegiatan dalam acara yang digadang-gadang bakal memecahkan rekor dunia tersebut.

Abdee menjelaskan bahwa peserta kegiatan tersebut terbuka untuk umum. Dia menjelaskan, hingga kini pihaknya terus menerima masukan dan pendaftaran dari masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam penyambutan Jokowi-JK sebagai presiden dan wakil presiden yang baru.

“Partisipasi ini banyak bentuknya mulai diri parade, kirab, panggung hiburan, pasar rakyat, makan bakso dan siomay gratis dan berbagai macam kegiatan lainnya. Berbagai kegiatan itu yang coba kita satukan dalam satu rangkaian yang bermakna dan mempunyai arti buat kita dan bangsa Indonesia,” kata Abdee dalam konferensi pers di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat (Jakpus), kemarin (15/10).

Abdee juga memaknai syukuran rakyat itu sebagai ungkapan rasa syukur seluruh rakyat Indonesia atas terselenggaranya Pileg dan Pilpres secara demokratis dan aman. “Ini langkah awal untuk bersama-sama bekerja sebagai satu bangsa,” ucap Abdee.

Di samping itu, Abdee juga memaparkan, kegiatan syukuran akbar yang akan dipusatkan di Jakarta. Sementara, untuk titik-titik konsentrasi massa dan kegiatan, pihaknya telah memilih tiga titik yaitu, Bundaran Hotel Indonesia (HI), lapangan Monumen Nasional (Monas), dan Istana Negara.

Bandara Militer Halim Perdanakusuma Bakal Dikuasai Lion Air ?


Bandara Halim Perdanakusuma yang notabenenya dikelola oleh pihak Angkasa Pura II, akan “dikudeta” oleh Lion Group. Hal ini menjadi hal yang kontroversial lantaran pihak swasta yang hanya mencari keuntungan seharusnya tidak diperbolehkan masuk ke dalam infrastruktur negara.

Menurut pengamat BUMN, Said Didu, pengelolaan Bandara Halim ke Lion menjadi proses yang lama. Menurutnya, harus ada prudential analisisnya secara mendalam.

“Karena sudah jelas bahwa Halim merupakan aset Angkasa Pura II. Tidak seharusnya pihak swasta mengambil alih bandara nasional tersebut,” tuturnya kepada Okezone, Kamis (16/10/2014).

Dirinya menjelaskan, terdapat indikasi bahwa Lion telah menginginkan Halim sejak tahun 2007. Selain itu, jika proses pengalihan Halim benar-benar dilakukan oleh Pemerintah.

“Hal itu dapat mengeluarkan spekulasi bahwa ada tekanan dari pihak penguasa,” imbuhnya

Sekedar informasi, sebelumnya pihak maskapai swasta Lion Group bekerjasama dengan Induk Koperasi TNI Angkatan Udara (Inkopau). Membentuk perusahaan patungan dengan bendera PT Angkasa Transportindo Selaras. Melalui pembagian porsi saham Lion Group sebesar 80 persen dan 20 persen milik Koperasi TNI AU. Hal ini pun, memunculkan reaksi dari pihak Angkasa Pura II.

Rumah Amien Rais Diruwat Pendukung Jokowi


RUMAH Amien Rais, Ketua Majlis Pertimbangan PAN, di Kampung Sawit Sari, Sleman pada hari Kamis (16/10/2014) ramai dipergunakan sebagai tempat ruwatan oleh para pendukung Presiden RI terpilih Joko Widodo atau Jokowi.

Menurut pendukung Jokowi, ruwatan ini dimaksudkan sebagai upaya agar Amien Rais mendukung pemerintahan baru. “Dan tidak lagi membuat trik-trik yang memecah belah,” kata Agus Sunandar, koordinator aksi, kepada Republika Online.

Kegiatan ruwatan ini sendiriini diikuti sekelompok warga yang tergabung dalam paguyuban masyarakat pelestari tradisi atau Pametri. “Kami sengaja menggelar ritual ruwatan di rumah Amien Rais dengan membawa sejumlah ‘uba rampe’ seperti ayam hitam, pisang, air kembang dan yang lainnya,” jelas Agus lagi.

Sepanjang jalan menuju rumah Amien Rais mereka mendendangkan lagu Jawa “lir-ilir”. Sesampai di rumah Amien Rais sekelompok orang langsung menggelar serangkaian ritual untuk meruwat Amien Rais. “Ritual selain doa-doa, memotong bulu ayam juga menyiram air kembang di depan rumah Amien Rais,” jelas Agus. “Kami harapkan para politisi ini bisa kembali menjadi negarawan yang memikirkan nasib rakyat Indonesia dan tidak melakulan trik-trik politik yang memecah belah rakyat.”

Politisi PDIP Anggap Gadis Tak Berjilbab Bisa Mati Syahid


Tokoh Syiah dari PDIP Jalaludin Rakhmat menolak penerapan syariat dan penggunaan istilah syariat dalam kehidupan.

Berbicara dalam Diskusi Budaya Revolusi Mental: Dari Ali Hingga Jokowi di Universitas Paramadina, Selasa, (15/10), anggota DPR dari PDIP ini secara tegas menolak untuk melakukan penerapan syariat Islam, yang menurutnya tidak sesuai dengan ideologinya.

Jalal pun mengkritisi penerapan syariat Islam yang telah berjalan di Aceh.

“Gadis yang dikejar-kejar di Aceh karena enggak pakai jilbab, sampai jatuh dan mati. Syahid insya Allah, syahidnya karena tidak pakai jilbab,” kata Jalal.

“Cuma satu dua ayat saja yang mengatur tentang Jilbab itu, kenapa hanya jilbab yang diurusi,” imbuh Ketua Dewan Syuro IJABI itu.

“Saya paling tidak suka dengan embel-embel syariat untuk mensahkan sesuatu yang ada di dalamnya,” pungkasnya.

Mencari Presiden, Bukan Pemimpin Pesta


SAAT menjabat sebagai Presiden Pemerintahan Darurat Republik Indonesia, Syarifuddin Prawiranegara dikenal sebagai Presiden yang paling miskin dalam sejarah Indonesia.

Meski pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan, Syarifuddin ternyata tidak mampu membeli gurita (popok) untuk membungkus badan anaknya. Istrinya, ketika itu, terpaksa menyobek kain kasur demi menutupi tubuh anaknya.

Saat itu, sang putri, Aisyah bertanya, “Kenapa Ayah tak punya uang padahal Ayah menteri, Bu?”

Lily, istri Syarifuddin Prawiranegara hanya bisa menyeka air matanya. Di depan si sulung, Lily berkata:

“Ayahmu menteri keuangan, Icah. Ayah mengurusi banyak sekali uang Negara, tetapi dia tak punya uang untuk membeli kain gurita bagi anaknya, karena Ayahmu sama sekali tak tergoda memakai uang Negara meski hanya untuk membeli sepotong kain gurita.”


Ucapan itu disampaikan Lily pada Aisyah atau Icah, putri pertama Syafruddin Prawiranegara yang dikutip dari lembar pertama buku Presiden Prawiranegara, yang ditulis Akmal Nasery Basral.

Saat Syarifuddin meninggalkan keluarganya untuk memimpin Sumatera, Lily harus berjualan sukun goreng di pinggir jalan. Semua itu dilakukan Lily untuk menghidupi keempat anaknya. Lily mengatakan berjualan sukun goreng lebih baik ketimbang korupsi.

Pilihan Lily itu ternyata membuat Aisyah protes. Si kecil mengatakan kenapa kita tidak meminta bantuan Soekarno dan Hatta saja. Hal ini tent bukanlah hal sulit untuk dilakukan keluarganya. Mengingat Syarifuddin adalah orang yang dipercaya Soekarno untuk memimpin Pemerintahan Darurat.

Di situlah Lily mengatakan bahwa Syarifuddin mengajarkannya untuk tidak bergantung kepada orang lain dan menjadi peminta-minta.

Farid Prawiranegara, anak keempat Syaruddin membenarkan perjuangan ibunya, yang sampai menjual sukun goreng untuk mencukupi kebutuhan hidup dan membeli susu bagi anaknya yang masih kecil.

“Ya, saya pernah mendapat cerita dari ibu. Ibu saya tidak malu berjualan sukun goreng dan tidak mengeluh ditinggalkan suaminya untuk melaksanakan tugas negara,” kata Farid dalam bedah buku “Presiden Prawiranegara” tahun 2011 di Pandeglang.

Usai mengungkapkan kata-kata itu, Farid tertunduk. Kemudian tangannya mengambil kacamata dan meletakkan di atas meja. Telunjuk tangan kanannya mengusap setetes air yang keluar dari kedua matanya.

“Maafkan saya. Saya tidak bisa menahan kesedihan kalau mengingat kembali kisah itu,” kata Farid.

Begitulah Presiden Syarifuddin Prawiranegara memberikan definisi kepemimpinan sebenarnya di mata kita. Pemimpin yang lebih miskin dari rakyatnya. Dia memilih hidup “sangat sederhana” sebagai wujud cinta kepada rakyatnya. Jauh dari gaya menghambur-hamburkan uang hanya untuk sebuah pesta.

“..Berhematlah sehemat-hematnya, jangan membeli apabila tak perlu sama sekali, Tanyalah pada tetangga, apakah dia tidak kekurangan sesuatu apapun dan apabila kita mempunyai persediaan makanan buat lebih dari lima hari, berikanlah kelebihan itu kepada tetangga yang kekurangan itu, ” kata Syarifuddin.

Meski hanya menjabat sebagai Presiden sementara tak lebih dari 207 hari, tapi Syarifuddin telah mewarisi keteguhan prinsip sebagai seorang pemimpin negeri. Pemimpin yang mengajak rakyatnya untuk takut kepada Allah dan yakin kemakmuran hanya dapat diraih dengan ikhtiar dan doa kepada Ilahi.

”…Maka, jikalau kita hendak membangun suatu masyarakat yang bukan saja makmur, tetapi juga adil, kecuali minta pertolongan rasio dari ilmu ekonomi, kita harus terlebih dahulu mohon pertolongan Ilahi. “

Kondisi ini tentu jauh dari kondisi para pemimpin saat ini. Janji mereka banyak diingkari. Mengaku anti korupsi tapi justru naik dari partai dengan rangking korupsi tertinggi. Janji akan hidup sederhana sehari-sehari tapi diam-diam naik jet pribadi. Inilah yang tidak dilakukan Syarifuddin. Karena Indonesia mencari presiden, bukan pemimpin pesta.

Tuesday 14 October 2014

Sampai Kiamat NU Tak akan Mengharamkan Rokok

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menegaskan tidak sependapat dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengharamkan rokok.

Sebelumnya, MUI telah mengeluarkan fatwa haram soal merokok di tempat umum sejak 2009. Tidak hanya di ruang publik, dalam fatwa itu juga disebutkan bahwa merokok haram bila dilakukan anak-anak dan wanita.

Ketua Komisi Fatwa MUI Pusat, Asrorun Niam Sholeh menjelaskan institusi pendidikan seperti sekolah dan madrasah, serta sejenisnya masuk ke dalam kategori ruang publik. Itu artinya, barang siapa yang masih tetap saja merokok maka hukumnya haram.

“Rokok itu mubah, sampai kiamat ulama NU tidak akan mengharamkan rokok. Fatwa rokok haram yang dikeluarkan oleh MUI dan didukung kelompok anti tembakau ini penuh tendensius, mereka ingin mematikan keberlangsungan hidup petani tembakau kita,” tegas staf Dewan Halal PBNU, Kiai Arwani Faisal melalui pernyataannya, Selasa (14/10).

PBNU menegaskan bahwa pihaknya tidak mendukung kampanye untuk menekan angka perokok di Indonesia yang dimotori oleh Kementerian Kesehatan dan kelompok anti tembakau, termasuk MUI melalui gerakan fatwa haram rokok. Menurut Arwani, semua kiai NU pun telah sepakat untuk memperbolehkan pengikutnya mengisap rokok. Dia juga mengklaim bahwa kiai NU sebenarnya mendukung upaya meminimalisir rokok. Itu dibuktikan dengan penetapan hukum ‘makruh’ untuk pengikut PBNU.

“Kiai tidak berarti tidak menerima data kesehatan. Rokok makruh karena menerima data kesehatan. Kalau tidak menerima, kiai akan menetapkan hukum rokok wajib. Itu justru karena ngerti itu bahaya,” sambung Arwani.

Penerapan rokok bukan merupakan suatu hal yang bahaya, menurutnya telah diperhitungkan masak-masak ketika Muktamar NU ke 32 di Makassar tahun 2010 lalu.

“Harus dilihat kadarnya. Kalau mafsadatnya (kerugian) besar hukumnya haram. Rokok kan sekali hisap tidak langsung pingsan,” ujarnya. Menurut PBNU, rokok tidak punya bahaya yang berlebihan terhadap kesehatan manusia sehingga tidak perlu dilarang berlebihan. Demikian lansir RMOL

Ketua GP Ansor Sebut Konstitusi Negara di Atas Hukum Agama


“Diatas hukum agama dan adat ada konstitusi negara, ” demikian perkataan Nusron Wahid, ketua Pengurus Pusat Gerakan Pemuda Ansor yang merupakan sayap pemuda Nahdhatul Ulama.

Pernyataan mantan kader Golkar yang dipecat karena menjadi pendukung Joko Widodo dalam Pemilihan Presiden 2014 itu diucapkannya dalam acara Indonesia Lawyer Club di TV One Senin 14 Oktober 2014 dalam rangka membela kepemimpinan Ahok yang beragama Katolik di Jakarta.

Di acara yang dipandu oleh Karni Ilyas itu, ia juga sempat mengatakan, “Kita orang Indonesia yang beragama Islam, bukan orang Islam yang tinggal di Indonesia,” artinya kenegaraan harus diutamakan daripada keimanan.

Secara spontan Ketua Majelis Syura DPP FPI KH Syeikh Misbahul Anam yang juga hadir dalam acara tersebut menyatakan, “Kepada semua anggota GP Anshor di seluruh Indonesia sesuai “Fatwa” ketumnya, maka mulai besok jangan baca ayat Al-Qur’an tapi baca saja ayat Konstitusi, dan kalau sekarat atau mati maka jangan dibacakan Yasin, tapi bacakan saja ayat Konstitusi.”

Menurut pengamat gerakan Islam, Ustadz Anshari Taslim, pernyataan Nusron Wahid tersebut adalah pernyataan kekufuran yang bisa menyebabkan pengucapnya keluar dari agama Islam.

Ucapan Nusron, jelas telah melanggar QS. Al Maidah : 44

ومن لم يحكم بما أنزل اللّه فأولئك هم الكافرون

"Barang siapa yang tidak berhukum dengan hukum yang diturunkan Allah, maka mereka adalah orang-orang kafir." (Al-Maidah: 44)

Saturday 11 October 2014

Ancam Keluarkan Hak Veto, Jokowi Tak Paham Konstitusi RI


Jakarta. Pernyataan presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) yang siap mengeluarkan hak veto jika dijegal Koalisi Merah Putih (KMP) di Parlemen dinilai sebagai ketidakpahaman Jokowi dalam memahami konstitusi Negara Indonesia. Hal ini disampaikan Politisi Partai Golkar, Indra J Piliang dalam akun twitter @IndraJPiliang, Jumat (10/10).

Melalui akun twitternya @IndraJPiliang, dia mengatakan soal hak veto ini tidak ada di konstitusi Indonesia. Akan tetapi ia akui memang di negara lain, seperti Amerika Serikat ada. “Sy baca berita Pak @jokowi_do2 soal hak veto ini. Serius keleus bicaranya. Tp tidak ada dalam konstitusi Indonesiah Pak. Amrikiyah ada,” ucap dia.

Indra pun mengatakan keberuntungan mengatakan hal tersebut karena dirinya belum dilantik, sehingga bisa ditanya lebih lanjut maksud dari kata-katanya. “Pernyataan yang dikutip para jurnalis ini terlalu serius kesalahannya,” ujarnya.

Di Australia, tambahnya ada hak veto Majelis Rendah melawan majelis tinggi. Sementara di Amerika Serikat hak veto dimiliki antara Presiden melawan DPR. Sedangkan di Indonesia tidak ada sama sekali.

Seperti diketahui, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sama sekali tak menyebut bahwa Presiden memiliki hak veto. Hanya saja ada Pasal 20 ayat 2. Ayat itu menjelaskan, ‘setiap rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama’.

Ayat ini bermakna setiap RUU harus memiliki persetujuan DPR dan presiden. Sebelumnya Presiden SBY ‘dipaksa’ netizen untuk menggunakan haknya menolak RUU Pilkada berdasarkan ayat tersebut.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Faried - Premium Blogger Themesf | Affiliate Network Reviews