Thursday 30 January 2014

Sasha Q feat Ebith Beat A - DOA



DOA
(feat. Ebith Beat A)


Reff:
Matahari tak selalu cerah
Bunga-bunga tak semua merekah
Mimpi kita tak selalu indah
Tapi doa pasti diijabah

Ma, sejuk udara ini adalah nasehatmu
Hangat mentari ini adalah senyumanmu
Cerah hari ini adalah semangatmu
Terima kasih Mama

Pa, kuat hembusan angin bagikan usahamu
Tingginya langit bagaikan harapanmu
Gemercik air bagaikan ketenanganmu
Terima kasih Papa

Bila nanti aku arungi dunia
Bila nanti aku kan kugapai langit
Bila nanti aku taklukkan dunia
Bila nanti aku kan kuraih mentari

Aku inginkan doamu selalu ada
Aku inginkan doamu selalu menghampiri
Aku inginkan doamu selalu menemani
Aku inginkan doamu menjadi penyejuk

Kembali ke Reff:

Waktu aku sedih doamu gembiraku
Waktu aku senang doamu pengingatku
Waktu aku jatuh doamu membangunkanku
Waktu aku salah doamu membenarkanku

Terima kasih Mama doamu adalah doaku
Terima kasih Papa lindungi aku dengan
Terima kasih Mama peluk aku dengan doa
Terima kasih Papa doamu adalah doaku

Bila nanti aku arungi dunia
Bila nanti aku kan kugapai langit
Bila nanti aku taklukkan dunia
Bila nanti aku kan kuraih mentari

Aku inginkan doamu selalu ada
Aku inginkan doamu selalu menghampiri
Aku inginkan doamu selalu menemani
Aku inginkan doamu menjadi penyejuk

Kembali ke Reff:

Saturday 25 January 2014

Setelah Diekspos Media, Pengajian di Bone Tak Lagi di Intimidasi Polisi



BONE – Setelah kasus arogansi dan intimidasi yang dilakukan Kasat Intel Polres Bone, Sainuddin dan sejumlah anggotanya terhadap jama’ah pengajian ustadz Basri di Bone Sulawesi Selatan (Sulsel) pada Selasa (24/12/2013) lalu diangkat ke media massa, hingga saat ini tidak ada intimidasi lagi dari aparat kepolisian.

“Alhamdulillah sampai sekarang ini tidak ada lagi aparat yang mendatangi kami. Setelah peristiwa intimidasi yang dilakukan Sainuddin dan anak buahnya beberapa waktu lalu diangkat media massa, pengajian kembali jalan,” kata Ridwan, salah satu jama’ah kajian ustadz Basri kepada KompasIslam.Com, Selasa (2/1/2014).

Seperti diberitakan KompasIslam.Com sebelumnya, Selasa (24/12/2013) lalu Kasat Intel Polres Bone, Sainuddin melakukan intimidasi terhadap sejumlah jama’ah pengajian ustadz Basri, pengasuh Ponpes Tahfidzul Qur’an Ar Ridha Sudiang Makassar di Kecamatan Amali, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.

…Alhamdulillah sampai sekarang ini tidak ada lagi aparat yang mendatangi kami. Setelah peristiwa intimidasi yang dilakukan Sainuddin dan anak buahnya beberapa waktu lalu diangkat media massa, pengajian kembali jalan…

Intimidasi yang dilakukan Sainuddin berupa tekanan psikis agar jama’ah meninggalkan pengajian yang di isi ustadz Basri. Selain itu, Sainuddin juga berupaya memprovokasi masyarakat agar menghentikan pengajian ustadz Basri yang sebetulnya sudah berlangsung lama di daerah Amali karena dianggap berbahaya.

Selain itu, ustdaz Basri juga guru ngaji almarhum Suardi, mantan guru agama di SMP 2 Amali Bone, yang ditembak mati Densus 88 Anti Teror (baca; anti Islam) Mabes Polri di Desa Alinge, Kecamatan Ulaweng, Kabupaten Bone, Kamis 17 Oktober 2013 yang lalu sekitar pukul 14.05 WIB.

Selain menembak mati tanpa proses peradilan yang sah dan Suardi juga belum terbukti bersalah, Densus 88 juga menangkap dua orang lainnya, yakni Jodi alias Umair (37 tahun) asal Poso, dan Ahmad Iswan alias Ukm (17 tahun) yang merupakan anak kandung Suardi.

Ketua MUI wafat, Ustadz Rosyid Ba’asyir Do'akan KH Sahal Mahfudz


SOLO – Berpulangnya KH Sahal Mahfudz keharibaan Allah SWT meninggalkan duka yang mendalam bagi umat Islam dan para tokoh di Indonesia. Sejak Jum’at (24/1/2014) subuh, redaksi KompasIslam.Com telah menerima banyak ucapan takziyah yang ditujukan untuk Ketua MUI Pusat itu, baik lewat Whatsapp maupun Pin BBM 75BED1D4.

Diantara sejumlah tokoh yang mengucapkan takziyah dan do’a kepada Kyai Sahal adalah ustadz DR Fahmi Salim MA anggota MUI Pusat, Ditto wartawan Al Jazeera yang kini bertugas di Malaysia, ustadz Ferry Nur Ketua KISPA, ustadz Rosyid Ridho Ba’asyir pengasuh Ma’had ‘Aly Darul Wahyain Magetan Jatim, dan lain sebagainya.

“Indonesia defisit ulama lagi.. Allahummaghfir lahu KH Sahal Mahfudz, ila rahmatillah tadi pagi jam 1 dinihari,” kata ustadz Fahmi kepada KompasIslam.Com, Jum’at (24/1/2014) pagi melalui Blackberry Messenger.

Sementara itu, ustadz Rosyid yang merupakan putra kedua ulama kharismatik asal Solo ustadz Abu Bakar Ba’asyir yang kini sedang dipenjarakan oleh Thoghut Indonesia di sel Super Maximum Security (SMS) LP Pasir Putih Nusakambangan Cilacap ini secara khusus juga mendo’akan Kyai Sahal.

…Ustadz Rosyid Ridho Ba’asyir yang merupakan putra kedua dari ulama kharismatik asal Solo yakni ustadz Abu Bakar Ba’asyir mendo’akan agar amal sholih Kyai Sahal diterima Allah dan ditempatkan disisi-Nya yang paling baik…

Kepada KompasIslam.Com Jum’at (24/1/2014) pagi di Solo, ustadz muda sekaligus ahli hadits dari Darul Hadits Makkah Al Mukarromah itu mengucapakan belasungkawa atas kepergian Rais Aam PBNU ke rahmatullah dan mendo’akan agar amal sholih Kyai Sahal diterima Allah dan ditempatkan disisi-Nya yang paling baik.

Seperti diberitakan KompasIslam.Com sebelumnya, Indonesia kehilangan satu lagi sosok ulama yang menjadi rujukan ummat Islam selama ini. Ketua MUI Pusat, KH Sahal Mahfudz pada Jum’at (24/1/2014) dinihari sekitar pukul 01.05 WIB telah berpulang ke rahmatullah.

Dari informasi yang diterima redaksi KompasIslam.Com, Kyai yang akrab disapa Mbah Sahal tersebut wafat di kediamannya di kompleks Ponpes Mathali’ul Falah, Desa Kajen, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, Jateng setelah sebelumnya sempat dirawat di RS Kariadi Semarang karena penyakit yang dideritanya.

Muhammad Najib selaku sekretaris pribadi Mbah Sahal menyatakan, jenazah Kyai yang diakui oleh banyak kalangan sangat berkompeten dalam ilmu fiqih-nya ini akan dikebumikan di Kajen yang merupakan tanah kelahirannya pada 17 Desember 1937 silam, Jum’at (24/1/2014) pagi sekitar pukul 09.00 WIB.

Friday 24 January 2014

Dengan Jaminan Uang, Justin Bieber pun Keluar dari Penjara


Penyanyi muda asal Kanada yang kerap membuat masalah, Justin Bieber, dibebaskan dari dalam kurungan pada hari Kamis (23/1/2014) setelah ditangkap polisi karena mabuk saat mengendarai mobil, melawan aparat ketika ditangkap dan mengemudi tanpa SIM yang valid.

Dilansir The Guardian, polisi di Miami Beach, Amerika Serikat, menciduk penyanyi remaja itu pada pukul 4 dini hari ketika sedang melakukan balap liar drag race di jalanan di lingkungan perumahanan dengan mobil Lamborghini warna kuning miliknya.

Petugas polisi yang menangkap penyanyi berusia 19 tahun itu mengatakan, Bieber mengucapkan kata-kata kotor dan menyumpah saat akan digiring ke kantor polisi.

“Why the f**k are you doing this?”, kata Bieber memprotes penangkapannya kepada polisi. Pemuda itu terus mengomel dengan menggunakan kata-kata kotor “f**k” berulang kali.

Teman Bieber, pemuda kulit hitam Khalil Amir Sharieff, yang mengemudikan Ferrari warna merah juga ditahan.

Tak menunjukkan wajah penyesalan, Bieber justru memasang senyum nyengir ketika difoto untuk dokumentasi penangkapannya di kantor polisi dengan mengenakan seragam tahanan berwarna merah.

Kedua pemuda bengal itu diam saat pengacaranya melakukan negosiasi untuk membayar uang jaminan US$2.500 atas Bieber dan US$1.000 atas Sharieff.

Menurut keterangan kepala kepolisian Miami Beach Raymond Martinez, saat ditangkap Bieber membawa surat izin mengemudi dari Georgia yang tidak berlaku. Bieber juga mengaku menghisap ganja, minum obat-obatan resep dokter dan menenggak minuman keras. Ketika ditangkap mulut Bieber mengeluarkan bau miras.

Awal bulan ini idola jutaan remaja di seluruh dunia itu melempari rumah tetangganya di California dengan telur. Menyusul kejadian itu polisi menggeledah rumahnya yang terletak di kawasan tertutup Calabas, tempat tinggal banyak selebriti yang terletak sekitar 30 mil arah barat daya dari metropolitan Los Angeles.

Bieber juga digugat secara hukum oleh mantan pengawal pribadinya, yang mengatakan bahwa penyanyi muda itu berulangkali memukulinya dan tidak membayar gaji serta uang lembur sebesar lebih dari US$420.000. Kasus yang satu ini akan disidangkan di Los Angeles bulan depan.

Tips Membuat Simbol dengan Keyboard



Alt + 0153..... ™... simbol trademark
Alt + 0169.... ©.... copyright symbol
Alt + 0174..... ®....registered trademark symbol
Alt + 0176 ...°......simbol derajat
Alt + 0177 ...±....tanda plus - minus
Alt + 0182 ...¶.....tanda paragraf
Alt + 0190 ...¾....pecahan, tiga per empat
Alt + 0215 ....×.... simbol perkalian
Alt + 0162...¢....simbol sen
Alt + 0161.....¡..... .penunjuk exclamasi terbalik
Alt + 0191.....¿..... ­tanda tanya terbalik
Alt + 1...........wajah senyum
Alt + 2 ......☻.....wajah gelap senyum
Alt + 15.....☼.....su­n
Alt + 12......♀.....simbol cewek
Alt + 11.....♂......simbol cowok
Alt + 6.......♠.....s­kop
Alt + 5.......♣...... ­Club
Alt + 3............. ­Heart
Alt + 4.......♦...... ­Diamond
Alt + 13......♪.....nada
Alt + 14......♫...... ­beamed eighth note
Alt + 8721.... ∑.... sigma
Alt + 251.....√.....akar kuadrat
Alt + 8236.....∞..... ­tak terhingga
Alt + 24.......↑..... ­panah atas
Alt + 25......↓...... ­panah bawah
Alt + 26.....→.....panah kanan
Alt + 27......←.....lpanah kiri
Alt + 18.....↕......panah atas bawah
Alt + 29......↔... panah kanan kiri

Monday 13 January 2014

Ketika Do'a Nabi Muhammad SAW Ditolak Allah

“Sesungguhnya kamu (hai Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu cintai, tetapi Allah lah yang memberi petunjuk kepada siapa saja yang dikehendakiNya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS Al Qashash: 56)

Ayat ini merupakan bukti adanya kewajiban bertauhid kepada Allah. Karena apabila Nabi Muhammad sebagai makhluk termulia dan yang paling tinggi kedudukannya di sisi Allah, tidak dapat memberi hidayah kepada siapapun yang beliau inginkan, maka tidak ada sembahan yang haq melainkan Allah, yang bisa memberi hidayah kepada siapa saja yang Dia kehendaki.

Ayat ini menunjukkan bahwa hidayah (petunjuk) untuk masuk Islam itu hanyalah di Tangan Allah saja, tidak ada seorangpun yang dapat menjadikan seseorang menapaki jalan yang lurus ini kecuali dengan kehendakNya, dan mengandung bantahan terhadap orang-orang yang mempunyai kepercayaan bahwa para nabi dan wali itu dapat mendatangkan manfaat dan menolak mudharat, sehingga diminta untuk memberikan ampunan, menyelamatkan diri dari kesulitan, dan untuk kepentingan-kepentingan lainnya.

Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari, dari Ibnul Musayyab, bahwa bapaknya berkata:

Ketika Abu Thalib akan meninggal dunia, maka datanglah Rasulullah, dan pada saat itu Abdullah bin Abi Umayyah, dan Abu Jahal ada di sisinya, lalu Rasulullah bersabda kepadanya: “Wahai pamanku, ucapkanlah “La Ilaha Illallah” kalimat yang dapat aku jadikan bukti untukmu di hadapan Allah.”

Tetapi Abdullah bin Abi Umayyah dan Abu Jahal berkata kepada Abu Thalib: “Apakah kamu membenci agama Abdul Muthallib?”

Kemudian Rasulullah mengulangi sabdanya lagi, dan mereka berduapun mengulangi kata-katanya pula, maka ucapan terakhir yang dikatakan oleh Abu Thalib adalah bahwa ia tetap masih berada pada agamanya Abdul Muthalib, dan dia menolak untuk mengucapkan kalimat La Ilaha Illallah.

Kemudian Rasulullah bersabda: “Sungguh akan aku mintakan ampun untukmu pada Allah, selama aku tidak dilarang.”

Lalu Allah menurunkan firmanNya: “Tidak layak bagi seorang Nabi serta orang-orang yang beriman memintakan ampunan (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik.” (QS At Taubah: 113)

Dan berkaitan dengan Abu Thalib, Allah menurunkan firmanNya:

“Sesungguhnya kamu (hai Muhammad) tak sanggup memberikan hidayah) petunjuk) kepada orang-orang yang kamu cintai, akan tetapi Allah lah yang memberi petunjuk kepada orang yang dikehendakiNya.” (QS Al Qashash: 57)

Surat Al Bara’ah: 113 menunjukkan tentang haramnya memintakan ampun bagi orang-orang musyrik, dan haram pula berwala’ (mencintai, memihak dan membela) kepada mereka.

Masalah yang sangat penting, yaitu penjelasan tentang sabda Nabi Shallallahu ’Alaihi wa Sallam: “Ucapkanlah kalimat la ilaha illallah”, berbeda dengan apa yang difahami oleh orang-orang yang mengaku dirinya berilmu. Penjelasannya ialah: diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan apa yang menjadi konsekuensinya, yaitu: memurnikan ibadah hanya kepada Allah, dan membersihkan diri dari ibadah kepada selainNya, seperti: malaikat, nabi, wali , kuburan, batu, pohon, dan lain lain.

Abu Jahal dan kawan-kawannya mengerti maksud Rasulullah ketika beliau masuk dan berkata kepada pamannya: “Ucapkanlah kalimat La Ilah Illallah”, oleh karena itu, celakalah orang yang pemahamannya tentang asas utama Islam ini lebih rendah dari pada Abu Jahal.

Kesungguhan Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam dalam berupaya untuk mengislamkan pamannya merupakan satu contoh dakwah yang agung.

Sebagian orang mengatakan bahwa orang-orang Quraisy sebelum kedatangan Nabi Muhammad adalah orang Islam. Dan hadits ini menjadi bantahan terhadap orang-orang yang mengatakan bahwa Abdul Muthalib dan leluhurnya itu beragama Islam.

Kita juga mengambil pelajaran bahayanya berkawan dengan orang-orang berpikiran dan berprilaku jahat. Juga betapa bahayanya mengagung-agungkan para leluhur dan orang-orang terkemuka. “Nama besar” mereka inilah yang dijadikan oleh orang-orang Jahiliyah sebagai tolok ukur kebenaran yang mesti dianut.

Hadits diatas mengandung bukti bahwa amal seseorang itu yang dianggap adalah di akhir hidupnya, sebab jika Abu Thalib mau mengucapkan kalimat tauhid, maka pasti akan berguna bagi dirinya di hadapan Allah. Permintaan ampun Rasulullah untuk Abu Thalib tidak dikabulkan, ia tidak diampuni, bahkan beliau dilarang memintakan ampun untuknya.

Perlu direnungkan, betapa beratnya hati orang-orang yang sesat itu untuk menerima tauhid, karena dianggap sebagai sesuatu yang tak bisa diterima oleh akal pikiran mereka, sebab dalam kisah diatas disebutkan bahwa mereka tidak menyerang Abu Thalib kecuali supaya menolak untuk mengucapkan kalimat tauhid, padahal Nabi Shallallahu ’Alaihi wa Sallam sudah berusaha semaksimal mungkin, dan berulang kali memintanya untuk mengucapkannya. Dan karena kalimat tauhid itu memiliki makna yang jelas dan konsekuensi yang besar, maka cukuplah bagi mereka dengan menolak untuk mengucapkannya.

Thursday 9 January 2014

Haramnya Menjadikan Kuburan sebagai Tempat Beribadah

Agama syi'ah dikenal sangat berlebihan dalam memuja imamnya

Membangun masjid di kuburan atau menjadikan kuburan sebagai masjid atau menjadikan masjid sebagai kuburan adalah perbuatan haram. Bahkan terkategori sebagai dosa besar. Sebabnya, karena adanya larangan yang sangat jelas tentangnya. Bahkan terlaknat orang yang melakukannya.

Diriwayatkan dari 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha, bahwa Ummu Salamah menyebutkan sebuah gereja di hadapan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang ia saksikan di tanah Habasyah dan lukisan-lukisan yang ada di dalamnya. Maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, 

"Mereka itu, apabila ada orang shalih dari mereka yang meninggal, mereka membangun masjid di atas kuburannya dan menaruh lukisan-lukisan tersebut di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk di sisi Allah." (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Masih dari 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha, ujarnya: ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sakit keras (sebelum wafat) beliau menutup wajahnya dengan kain, setelah terasa pengap beliau membukanya kembali seraya bersabda, 

"Semoga Allah melaknat kaum Yahudi dan Nashrani yang telah menjadikan kuburan para nabi mereka sebagai masjid.” (HR. Bukhari, Muslim, al-Nasai, Ahmad, dan Al-Darimi)"

Dalam redaksi lain, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam memperingatkan apa yang sudah mereka kerjakan. 

"Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kalian telah menjadikan kuburan para nabi dan orang-orang shalih mereka sebagai masjid. Ingatlah, janganlah kalian menjadikan kuburan-kuburan itu sebagai masjid, sesungguhnya aku melarang kalian melakukan itu." (HR. Muslim)

Tentang larangan shalat di kuburan atau masjid yang terdapat kuburannya, adalah sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,

“Bumi seluruhnya adalah masjid (boleh jadi tempat shalat) kecuali kuburan dan kamar kecil.” (HR. Al-Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibnu Majah dari Abu Sa’id al-Khudri)

Syaikh Utsaimin dalam Zaad al-Mustaqni’, menjadikan hadits ini dan hadits-hadits sebelumnya sebagai petunjuk tidak sahnya shalat di kuburan. Masuk di dalamnya tempat yang ada kuburan padanya. Alasan beliau, perbuatan tersebut bisa menyeret ke penyembahan kubur atau menyerupai orang para penyembah kuburan.

Dari Abu Murtsad al-Ghanawi, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,

“Janganlah kalian shalat dengan menghadap kuburan & jangan pula kalian duduk di atasnya.” (HR. Muslim)

Syaikh berkata, “Shalat menghadap ke kuburan adalah haram dan tidak sah shalat menghadap kuburan, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, “Janganlah kalian shalat menghadap kuburan.” (Majmu’ Fatawa al-Syaikh al-Utsaimin: 12/374)

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan, dilarang shalat di masjid yang ada kuburan di dalamnya. Tidak sah shalat di dalamnya. Inilah yang lebih selamat. Ini pendapat Madhab Hanabilah. Walaupun di sana ada pendapat lain yang masih menyatakan sah.

Ibnul Qayyim berata dalam Zaad al-Ma’ad tentang shalat di masjid yang ada kuburannya, “Dan tidak boleh dan tidak sah shalat di masjid ini karena larangan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam darinya dan laknat beliau atas orang yang menjadikan kuburan sebagai masjid atau memberikan lampu di atasnya.”

Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah al-Rajihi saat ditanya tentang hukum shalat di masjid yang ada kuburan di dalamnya, apakah shalatnya sah?”, beliau menjawab, “Taidak sah shalat di masjid yang di dalamnya terdapat kuburan, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, “Allah melaknat kaum Yahudi dan Nashrani yang telah menjadikan kuburan para nabi mereka sebagai masjid.” (HR. Bukhari, Muslim, al-Nasai, Ahmad, dan Al-Darimi)

Keterangan ini berlaku jika kuburannya ada di dalam masjid. Adapun jika di luar masjid yang ada batas tembok antara kuburan itu dengan masjid maka tidak mengapa shalat di masjid tersebut. Wallau A’lam.

Monday 6 January 2014

IMM Laporkan Ahok ke Polisi Terkait Rencana Lokalisasi PSK

Sebelumnya Muhammadiyah menolak lokalisasi prostitusi di DKI, namun Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahok menanggapinya dengan menyebut munafik

Jakarta – Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Senin (6/1/2014) mendatangi Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Polda Metro Jaya untuk melaporkan Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahja Purnama alias Ahok.

Saat tiba di Polda Metro Jaya, IMM membawa tiga perwakilan mahasiswa dengan mengenakan jaket almamater IMM berwarna merah. Sampai saat ini, pelapor masih melakukan konseling dengan penyidik Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya seperti dilansir tribunnews.com.

Seperti diketahui, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahok berencana membuat suatu lokalisasi di Ibukota. Rencana tersebut dilakukannya dalam pencegahan virus HIV/AIDS.

Rencana itu ditolak keras oleh banyak pihak, salah satunya Muhammadiyah. Namun, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama merasa tidak mengerti mengapa PP Muhammadiyah menolak usulan pembangunan lokalisasi prostitusi di DKI.

Pria yang akrab disapa Ahok ini pun mengaku tidak setuju dengan legalisasi prostitusi. Namun, menurutnya masyarakat DKI tidak perlu munafik menutupi keberadaan prostitusi yang kian menjamur di Ibukota.

“Saya juga nggak setuju ada legalisasi prostitusi. Persoalannya, jangan munafik, emang nggak ada prostitusi di DKI?? ngapain munafik? itu aku nyindir aja,” ujar Ahok di Balaikota, Jakarta Pusat, Selasa (31/12) dikutip dari rmol.co. Sebelumnya, Koordinator Divisi Dakwah Khusus Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Agus Tri Sundari, yang mengatakan, Muhamadiyah menolak keras ide Ahok membangun lokalisasi prostitusi di Jakarta. Menurutnya, prostitusi seharusnya tidak dikembangkan, melainkan diberantas hingga ke akarnya.

Astaghfirullah, Polri Masukkan Al Quran sebagai Bukti Terorisme


Terjawab sudah tindakan pendangkalan aqidah yang sempat diungkapkan Tutty Alawiyah pada berbagai kasus yang terjadi belakangan ini, seperti penundaan jilbab polwan, penolakan obat halal, hingga penghilangan kolom agama di kartu tanda penduduk (KTP) merupakan fenomena pendangkalan akidah yang sistemis di alami umat Islam Indonesia.

Pemda yang mencoba mengurus pendidikan agama dengan menganggarkan biaya operasional untuk masjid, imam, madrasah, serta pondok pesantren malah dipidanakan. “Yang terbaru, ada upaya penolakan obat halal dan penghapusan kolom agama di KTP. Pendangkalan akidah di Indonesia sudah sangat masif,” kata Menag.

Tutty Alawiyah, Ketua Dewan Pimpinan MUI bidang Pemberdayaan Perempuan yang juga pengasuh Pondok Pesantren Asyafi'iyah Jati Waringin Jakarta Timur ini bersama Wakil Sekertaris Jenderal MUI, Welya Safitri memberikan pernyataan sikap pelaksanaan jilbab bagi Polwan di Gedung MUI, Jakarta, Jumat (20/12).

Belum tuntas polemik jilbab Polwan, polisi melakukan pemberangusan opini dan pendangkalan Islam dengan melakukan tindakan brutal oleh Densus 88 dan mencuatkan stigma baru bahwa terorisme masih hidup.

Nampaknya Polri tak ridho Polwan menjadi shalihah, karena sumber pengambilan hukum jilbab berasal dari kitab Al Quran yang juga kerap dibawa oleh terduga terorisme.

Jika ingin adil, mengapa polisi tak menyita injil yang dimiliki para pemberontak OPM yang juga dibackup oknum gereja di Papua ? Alih-alih mengirim Densus 88 ke Papua, Polri hanya  mengirimkan Brimob untuk 'setor' nyawa ke pemberontak OPM yang terlatih.
 
Buktinya Polisi dan Densus 88 menantang umat islam dan melakukan tindakan sembrono dengan menetapkan AL-QUR'AN sebagai barang bukti tindakan terorisme! 

Berdo'a Pada Allah Tanpa Lewat Perantara


Di antara pembatal keislaman adalah menjadikan selain Allah sebagai perantara pada Allah dalam berdo’a, meminta syafa’at hingga bertawakkal padanya. Bagaimanakah bentuk menjadikan selain Allah sebagai perantara yang terjatuh dalam perbuatan syirik? Dan kapan mengambil perantara tidak dianggap syirik?

Perlu diketahui bahwa menjadikan antara hamba dan Allah perantara, ada dua hal yang dimaksud:

1- Perantara untuk tersampainya risalah atau ajaran Islam antara Allah dan umat-Nya, maka itu benar adanya. Bahkan jika perantara seperti ini diingkari, maka seseorang bisa kafir. Harus ada penyampai risalah antara hamba dan Allah melalui utusan dari malaikat dan melalui utusan dari manusia. Siapa saja yang mengingkarinya, maka ia kafir. Oleh karena itu, jika ada yang mengatakan bahwa kita tidak butuh perantara dalam risalah dan bisa mendapatkannya dari Allah secara langsung tanpa melalui perantara tersebut sebagaimana kata Sufiyah, mereka mengatakan bahwa mereka mengambil ilmu dari Allah secara langsung tanpa melalui perantaraan Rasul, maka seperti ini kafir berdasarkan ijma’ (kata sepakat) ulama.

2- Perantara antara hamba dan Allah yang membuat seseorang meminta do’a padanya, meminta syafa’at padanya, dan bertawakkal padanya. Perantara semacam ini jika ada yang menetapkannya, ia kafir secara ijma’ (kata sepakat) ulama. Karena perlu dipahami bahwasanya tidak ada perantara antara diri kita dan Allah dalam hal ibadah. Bahkan kita harus beribadah dan berdo’a pada Allah secara langsung tanpa melalui perantara. Syafa’at itu diminta pada Allah tanpa melalui perantara. Kemudian kita pun bertawakkal pada Allah tanpa melalui perantara. Karena Allah Ta’ala berfirman,

“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu” (QS. Ghafir: 60).

Siapa yang menetapkan butuhnya perantara dalam do’a, maka ia kafir. Karena pada saat itu, ia telah menjadikan antara dirinya dan Allah perantara sehingga dipalingkanlah ibadah pada selain Allah untuk tujuan taqorrub (mendekatkan diri) padanya. Hal ini serupa dengan perkataan orang musyrik,

“Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah”.” (QS. Yunus: 18). Di sini menjadikan selain Allah perantara dalam meminta syafa’at dinamakan ibadah.

“Katakanlah: “Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi?” Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu).” (QS. Yunus: 18). Seperti ini disebut syirik dan Allah berlepas diri darinya. Inilah kondisi nyata yang terdapat pada pengagung kubur saat ini. Mereka menjadikan para wali dan orang sholih sebagai perantara menuju Allah. Ketika mereka melakukan sembelihan yang ditujukan untuk orang sholih di sisi kubur mereka, melakukan nadzar yang ditujukan pada mereka dan beristighotsah (meminta dihilangkan musibah) pada mereka, dan berdo’a meminta pada mereka selain Allah. Jika kita membantah mereka bahwasanya ini syirik, mereka malah menyangkal sembari menjawab, “Ini hanyalah perantara antara diri kami dengan Allah”. Mereka akan menjawab, “Kami tidak meyakini mereka adalah pencipta, pemberi rizki dan pengatur alam semesta selain Allah. Kami cuma menjadikan mereka sebagai perantara antara diri kami dengan Allah. Nanti merekalah yang menyampaikan hajat-hajat kami pada Allah.” Lalu mereka melakukan penyembelihan, mengagung-agungkan, melakukan nadzar pada mereka orang sholih dengan alasan bahwa mereka orang sholih adalah perantara antara diri mereka dengan Allah. Inilah sebenarnya syirik yang terjadi di masa silam sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

“Dan orang-orang yang mengambil wali (pelindung) selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat kufur.” (QS. Az Zumar: 3). Perbuatan yang mereka lakukan dengan menjadikan selain Allah sebagai perantara disebut dusta dan kufur.

Menjadikan selain Allah sebagai perantara dan hanya sebagai sebab …

Jika yang terjadi adalah menjadikan selain Allah sebagai perantara hanya sebagai sebab saja, namun mereka tidak berdo’a padanya, tidak menyembelih untuknya, tidak pula bernadzar padanya. Mereka pun meyakini bahwa ibadah hanya untuk Allah, kita tidak boleh beribadah kecuali pada Allah. Namun perantara tersebut hanya dijadikan sebab untuk mendekatkan diri pada Allah menurut sangkaan mereka. Lantas mereka meminta pada Allah melalui kedudukan selain Allah tadi dan meminta melalui haknya, amalan semacam ini dinilai bid’ah dan wasilah (perantara) menuju syirik. Karena Allah tidaklah memerintahkan kita untuk menjadikan perantara dalam do’a dan dalam meminta syafa’at. Dan seperti ini bukanlah sebab terkabulnya do’a. Karena menjadikan antara dirinya dan Allah perantara melalui orang sholih atau seorang nabi, maka itu adalah perkataan tanpa dalil. Kita diperintahkan untuk berdo’a pada Allah, namun kita tidak diperintahkan untuk mencari perantara.

Harap diperhatikan perbedaan antara dua hal:

(1) Siapa yang mengambil perantara dan beribadah padanya yaitu dengan melakukan penyembelihan, nadzar dan bertaqorrub padanya. Yang pertama ini jelas syirik.

(2) Siapa yang mengambil perantara namun tidak beribadah padanya, hanya menjadikannya sebagai perantara agar tersampainya hajat-hajatnya dan ia meminta melalui kedudukan dan kebaikannya di sisi Allah. Yang kedua ini termasuk bid’ah. Karena melakukan perkara baru semacam ini tidak diizinkan oleh Allah. Dan bentuk kedua ini termasuk wasilah (perantara) menuju syirik.

Namun orang musyrik saat ini bukanlah hanya menjadikan selain Allah sebagai perantara pada Allah dan itu dinilai sebagai sebab. Umumnya mereka beribadah padanya dengan melakukan nadzar dan melakukan sembelihan untuknya. Inilah yang dilakukan para pengagum kubur saat ini. Sampai-sampai pada waktu tertentu, mereka melakukan ziarah sebagaimana haji ke kubur tersebut. Mereka beri’tikaf di sisinya dan ada pula yang melakukan penyembelihan di sisi kubur. Mereka melakukan peribadahan ini semua untuk mendekatkan diri mereka pada Allah.

Ya Allah, selamatkanlah kami dari kesyirikan dan jadikanlah kami sebagai hamba-hamba-Mu yang bertauhid. Aamiin.

(*) Dikembangkan dari tulisan Syaikhuna -guru kami- Dr. Sholih bin Fauzan bin ‘Abdillah Al Fauzan -hafizhohullah- dalam kitab “Durus fii Syarh Nawaqidhil Islam”, terbitan Maktabah Ar Rusyd, tahun 1425 H, hal. 59-61.

Saturday 4 January 2014

Sejarah 'Dibuangnya' Pejuang Islam dari TNI


Sebelum ada TNI, sejak pra kemerdekaan hingga kemerdekaan, komponen-komponen pejuang terbagi dalam beberapa kelompok, yaitu Hisbullah, Peta (Pembela Tanah Air) dan Laskar-laskar.

Milisi Hisbullah merupakan campuran berbagai ormas Islam seperti Muhammadiyah, Masyumi, Syarikat Islam, dan NU.

Sedangkan milisi Peta (Pembela Tanah Air) mayoritasnya berasal dari Muhammadiyah, dimana Jenderal Besar Sudirman merupakan salah satu tokohnya. Yang dimaksud dengan laskar-laskar, terdiri dari berbagai laskar seperti laskar minyak, laskar listrik, laskar pesindu, laskar pemuda sosialis dan laskar Kristen.

Umat Islam dan TNI

Laskar pemuda sosialis dan laskar kristen adalah minoritas. Sedangkan laskar minyak, listrik dan sejenisnya berasal dari komunitas sejenis bajing loncat yang insyaf dan membentuk kekuatan rakyat dan bergabung dengan Laskar mayoritas Hisbullah.

Pada 1946 terbentuk TKR (Tentara Keselamatan Rakyat) yang berasal dari ketiga komponen tersebut, dan Hisbullah merupakan unsur yang paling banyak (mayoritas).

Pada 1947, TKR menjadi TRI (Tentara Rakyat Indonesia), di bawah pimpinan Panglima Besar Sudirman yang berasal dari Peta. Sebagai wakilnya adalah Urip Sumoharjo seorang mantan tentara KNIL (tentara Belanda) yang beragama Kristen.

Sejak saat itulah terjadi ketidak-adilan, dimana minoritas menguasai mayoritas di tubuh (embrio) TNI. Kelak, para pejuang sejati dari Hisbullah dan peta (terutama Hisbullah) digusur oleh mantan tentara KNIL. Selain Urip Sumohardjo (mantan KNIL beragama Kristen), mantan KNIL lainnya adalah Gatot Soebroto (Budha), Soeharto (Kejawen), dan A.H. Nasution (nasionalis sekuler yang keislamannya tumbuh setelah digusur Soeharto).

Tentara KNIL adalah tentara Belanda yang memerangi tentara rakyat Indonesia yang ketika itu sedang berusaha menggapai kemerdekaan. Tentara KNIL adalah pengkhianat bangsa. Namun ketika Indonesia merdeka, merekalah yang merebut banyak posisi di tubuh institusi tentara (TNI). Sedangkan pejuang sejati terutama yang tergabung dalam Hisbullah disingkirkan begitu saja.

Terbukti kemudian, ketika para pengkhianat itu memimpin bangsa (seperti Soeharto), kehidupan kita menjadi penuh musibah. Soekarno juga seorang pengkhianat, ketika rakyat bersusah payah mengusir penjajah, ia justru membuat perjanjian damai dengan Belanda. Sedangkan anak angkat Gatot Soebroto yang bernama Bob Hasan, termasuk salah seorang tokoh pemegang HPH yang menggunduli hutan kita.

Kahar Muzakar dan Kartosoewirjo

Pada tahun 1946 Kahar Muzakar (Panglima Hisbullah dari Sulawesi) dikirim ke Yogya (Ibukota RI) untuk menghimpun kekuatan rakyat. Saat itu Panglima Hisbullah Kalimantan adalah Hasan basri, yang berpusat di Banjarmasin. Sedangkan Panglima Nusatenggara adalah Ngurah Rai yang berpusat di Bali.

Sedangkan Kartosoewirjo adalah Panglima Hisbullah Jawa Barat. Ia terus berjuang melawan penjajah Belanda.

Pada tahun 1948, ketika terjadi Perjanjian Renville (di atas kapal Renville) daerah yang dikuasi rakyat Indonesai semakin kecil, karena daerah inclave harus dikosongkan. Kartosoewirjo tidak mau mengosongkan Jawa Barat, maka timbullah pemberontakan Kartosoewirjo tahun 1948 melawan Belanda.

Kala itu Kartosoewirjo selain harus menghadapi Belanda juga menghadapi mantan tentara KNIL yang sudah bergabung ke TRI yang kala itu mereka baru saja kembali dari Yogyakarta.

Kartosoewirjo yang berjuang melawan Belanda dalam rangka mempertahankan Jawa Barat karena dia adalah Panglima Divisi Jawa Barat, justru dicap pemberontak oleh Soekarno, sehingga dihukum mati pada 1962.

Menurut Dr. Bambang Sulistomo, putra pahlawan kemerdekaan Bung Tomo, tuduhan pemberontak kepada Kartosoewirjo dinilai bertentangan dengan fakta sejarah.

“Menurut kesaksian almarhum ayah saya, yang ditulisnya dalam sebuah buku kecil berjudul HIMBAUAN, dikatakan bahwa pasukan Hizbullah dan Sabilillah, menolak perintah hijrah ke Yogyakarta sebagai pelaksanaan isi perjanjian Renvile; dan memilih berjuang dengan gagah berani mengusir penjajah dari wilayah Jawa Barat. Keberadaan mereka di sana adalah atas persetujuan Jenderal Soedirman dan Wakil Presiden Mohammad Hatta. Pada saat clash Belanda kedua, pasukan TNI kembali ke Jawa Barat dan merasa lebih berhak menguasai wilayah yang telah berhasil direbut dengan berkuah darah dari tangan penjajah oleh pasukan Hizbullah dan Sabilillah di bawah komando SM Kartosoewirjo. Karena tidak dicapai kesepakatan, maka terjadilah pertempuran antara pasukan Islam dan tentara republik tersebut…” (Lihat Buku “FAKTA Diskriminasi Rezim Soeharto Terhadap Umat Islam”, 1998, hal. xviii).

Sehubungan dengan hal tersebut, Prof. Dr. Deliar Noor berkomentar: “Kesaksian almarhum ayah saudara itu, persis seperti kesaksian Haji Agoes Salim yang disampaikan di Cornell University Amerika Serikat, tahun 1953. Memang perlu penelitian ulang terhadap sejarah yang ditulis sekarang…”

Pada buku berjudul “Menelusuri Perjalanan Jihad SM Kartosuwiryo” (Juli 1999, hal. xv-xvi), KH Firdaus AN menuliskan sebagai berikut:

“…Setelah perjanjian Renville ditandatangani antara Indonesia dan Belanda pada tanggal 17 Januari 1948, maka pasukan Siliwangi harus ‘hijrah’ dari Jawa Barat ke Yogyakarta, sehingga Jawa Barat dikuasai Belanda. Jelas perjanjian itu sangat merugikan Republik Indonesia. Waktu itu Jenderal Sudirman menyambut kedatangan pasukan Siliwangi di Stasiun Tugu Yogyakarta. Seorang wartawan Antara yang dipercaya sang Jendral diajak oleh beliau naik mobil sang Panglima TNI itu….”

“…Di atas mobil itulah sang wartawan bertanya kepada Jendral Sudirman: ‘Apakah siasat ini tidak merugikan kita?’ Pak Dirman menjawab, ‘Saya telah menempatkan orang kita disana’, seperti apa yang diceritakan oleh wartawan Antara itu kepada penulis.

“…Bung Tomo, bapak pahlawan pemberontak Surabaya, 10 November dan mantan menteri dalam negeri kabinet Burhanuddin Harahap, dalam sebuah buku kecil berjudul ‘Himbauan’, yang ditulis beliau pada tanggal 7 September 1977, mengatakan bahwa Pak Karto (Kartosuwiryo, pen.) telah mendapat restu dari
Panglima Besar Sudirman…”

“…Dalam keterangan itu, jelaslah bahwa waktu meninggalkan Yogyakarta pada tahun 1948 sebelum pergi ke Jawa Barat, beliau (Kartosuwiryo) pamit dan minta restu kepada Panglima Besar TNI itu dan diberi restu seperti keterangan Bung Tomo tersebut.

Dikatakan dengan keterangan Jenderal Sudirman kepada wartawan Antara di atas tadi, maka orang dapat menduga bahwa yang dimaksud ‘orang kita’ atau orangnya Sudirman itu, tidak lain adalah Kartosuwiryo sendiri. Apalagi kalau diingat bahwa waktu itu Kartosuwiryo adalah orang penting dalam Kementerian Pertahanan Republik Indonesia yang pernah ditawari menjadi Menteri Muda Pertahanan, tetapi ditolaknya. Jabatan Menteri Muda Pertahanan itu ternyata kemudian diduduki oleh sahabat beliau sendiri, Arudji Kartawinata. Dapatlah dimengerti, kenapa Panglima Besar Sudirman tidak memerintahkan untuk menumpas DI /TII; dan yang menumpasnya adalah Jenderal AH Nasution dan Ibrahim Adji.

Terbentuknya Kodam-kodam

Tahun 1950, TRI mereorganisasi membentuk divisi-divisi dalam bentuk TT (Tentara Teritorium yang merupakan embrio Kodam. Ini merupakan awal daripada AD (Angkatan Darat) dan PKI (Partai Komunis Indonesia) berkuasa menguasai TRI melalui kodam-kodam (divisi-divisi).

Kala itu provinsi di Ind masih terdiri dari
1. Kalimantan, dengan ibukota Banjarmasin
2. Sulawesi,dengan ibukota Makassar
3. Sumatera Selatan, dengan ibukota Palembang
4. Sumatera Tengah, dengan ibukota Padang
5. Aceh, dengan ibukota Banda Aceh
6. Sunda Kecil (Bali, NTT, NTB), dengan ibukota Singaraja.

Pada Desember 1950 terjadi pengakuan kedaulatan RI. Dua bulan kemudian Jen. Sudirman meninggal, kepemimpinannya dilanjutkan oleh Urip mantan tentara KNIL beragama Kristen. Sementara itu, Panglima Divisi Sulawesi, Kahar Muzakar yang ditugaskan ke Yogya utk menghimpun kekuatan rakyat di tahun 1946, jabatannya sebagai Panglima Divisi Sulawesi diisi oleh Gatot Subroto mantan KNIL beragama Budha yang anti Hisbullah.

Terjadi konflik antara Kahar dengan Gatot Subroto, sehingga diciptakan situasi yang merugikan/merusak citra Kahar (putra daerah), akibatnya Kahar melawan ketidakdilan dan ketidak benaran yang dihembuskan Gatot Subroto.

Tahun 59/60 Kahar dinyatakan terbunuh dalam pertempuran, tetapi jenazahnya tidak ditemukan. M. Jusuf pernah dikirim melawan Kahar, mengalami kekalahan namun bisa selamat kembali ke Jakarta.

Tidak semua divisi mengalami pergolakan. Di Kalimantan Selatan, Ibnu Hadjar menjadi Panglima KRJT (Kesatoean Rakjat Jang Tertindas). Institusi ini di bawah Panglima Divisi kalimantan yang panglimanya adalah Hasan Basri. Sedangkan Divisi Jawa Timur panglimanya adalah Jen. Sudirman (sebelum meninggal dunia).

Ketidak-adilan di dalam tubuh TRI semakin terasa ketika orang-orang dari Sulut yang beragama Kristen (dan mantan tentara KNIL) banyak menduduki jabatan penting, antara lain Kol. Kawilarang (menjabat panglima divisi Siliwangi), Kol. Ventje Sumual, dan sebagainya.

Apalagi kemudian AD memegang kendali pemerintahan, setelah Soekarno tumbang. Soeharto yang mantan KNIL dan penganut Kejawen, kemudian mengawali pemerintahannya dengan rasa benci yang mendalam terhadap Islam.

Sebelum era Benny Moerdani, Soeharto menempatkan orang-orangnya seperti Panggabean, Soedomo dan Ali Moertopo yang dengan baik memenuhi kemauan Soeharto.

Ali Moertopo sukses dengan proyek Komando Jihad. Kemudian Soedomo juga sukses dengan Kopkamtibnya “ngegebukin” umat Islam. Benny Moerdani sukses dengan proyek Imran/Woyla dan Tanjung Priok. Try Soetrisno sukses dengan proyek Lampung dan DOM Aceh, juga beberapa kasus seperti Haur Koneng, dan sebagainya.

Jenderal M. Jusuf (orang Makasar) sempat didudukkan sebagai Pangab, sebelum Benny. Ketika itu tekanan terhadap Islam agak mereda, perlakuan ala binatang terhadap Tapol dan Napol Islam, agak berkurang ketika Yusuf menjadi Pangab. Kesejahteraan prajurit pun membaik. Namun tidak banyak yang bisa ia lakukan. Meski dari Makasar ternyata Yusuf tidak semilitan Katholik abangan seperti Benny.

Di masa Benny, betapa sulitnya mendapatkan perwira Muslim yang menjabat Komandan Kodim. Semuanya Kristen, hanya satu-dua saja yang Budha atau Hindu. Pada umumnya Dandim adalah perwira Kopassandha (kini Kopassus). Untuk menjadi perwira Kopassandha, rangkaian testing dilakukan hari Jumat, sehingga prajurit yang masih loyal kepada agamanya, tidak bisa ikut test. Akibatnya, dari puluhan perwira Kopassandha kala itu, hanya satu yang Islam (abangan), dan satu Hindu atau Budha.

Penyingkiran secara sistematis ini sudah berlangsung sejak Panggabean, yang meneruskan tradisi Urip Soemohardjo dan Gatot Soebroto, sejak awal kemerdekaan terutama sejak wafatnya Jen. Soedirman.

Namun demikian untuk menghindarkan kesan diskriminatif, Benny merekrut juga pemuda-pemuda Islam menjadi tentara (bukan perwira Kopassandha). Tapi yang ia pilih yang tolol-tolol. Kalau ada pemuda Islam dari keluarga baik-baik (militan) kemudian cerdas, pasti dinyatakan tidak lulus testing dengan berbagai macam alasan.

Pemuda Islam tolol yang direkrut jadi tentara sebagian besar dikirim ke Timor Timur untuk menyetorkan nyawa. Ada diantara mereka yang selamat, seperti Ratono yang pernah terlibat kasus Priok. Ratono sampai kini masih hidup semata-mata karena keberuntungan, atau setidaknya Allah jadikan ia sebagai saksi hidup kebiadaban Benny dan para pendahulunya.

Tahun 1988 perseteruan Benny – Soeharto meruncing, terutama setelah rencana kudeta yang gagal dari Benny cs terhadap Soeharto, yang berakibat dicopotnya Benny dari jabatan Pangab dan digantikan Try.

Ketika Try menjabat Pangab (1989), Benny Moerdani kemudian menjabat Menhankam. Anehnya, Try masih melapor kepada Benny, padahal seharusnya ke presiden sebagai Pangti. Termasuk, laporan intelijen (ketika itu BAIS masih di bawah Pangab) Try Soetrisno selalu meneruskannya ke Benny.

Tahun 1992 Try dipensiunkan dan menduduki kursi Wapres berkat usaha gigih kalangan AD. Ketika itu sebenarnya Soeharto lebih condong ke Habibie, namun berkat fait accomply Harsudiono Hartas yang ketika itu menjabat Kassospol ABRI, akhirnya Try-lah yang baik mendampingi Soeharto selama lima tahun (hingga 1997).

Kursi Pangab kemudian diisi Eddy Sudrajat. Di masa Eddy inilah tekanan terhadap ummat Islam yang gencar dilakukan sejak Benny dan Try menjadi Pangab, agak mengendor. Bahkan kemudian di Mabes berdiri mesjid, sehingga para perwira dan prajurit bisa shalat Jum’at di Mabes.

Pada masa itu, Eddy Sudrajat sempat menjabat tiga jabatan sekaligus. Selain masih menjabat KASAD dan Panglima ABRI ia pun dilantik sebagai Menhankam. Semua jabatan itu satu per satu dilepaskan, kecuali Menhankam. Jabatan KASAD dilimpahkan ke Wismojo dan Panglima ABRI kepada Feisal Tanjung.

Di masa Feisal Tanjung, ummat Islam bisa bernafas lega. Tapol dan Napol banyak yang dibebaskan, meski masih terkesan takut-takut. Bahaya ekstrim kanan yang selalu dihembuskan sejak dulu, sirna dengan sendirinya. Bahkan, lulusan pesantren bisa masuk AKABRI muncul di masa Feisal Tanjung.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Faried - Premium Blogger Themesf | Affiliate Network Reviews