Friday 28 September 2012

Dibalik Berita Metro TV yang Sering Menyudutkan Islam

Seperti diberitakan sebelumnya, menurut Forum Silaturahmi Mantan (FSM) LDK Jabodetabek, pernyataan MetroTV itu meremehkan substansi tayangan mereka yang berdampak serius terhadap kegiatan kerohanian sekolah.
 
‘’Seolah-olah, kesalahan MetroTV sekadar kesalahan teknis yaitu tidak menyebutkan sumber infografik. Padahal, melalui tayangan itu MetroTV telah ikut memproduksi stigma negatif terhadap kegiatan kerohanian sekolah,’’ jelas juru bicara FSM LDK Jabodetabek, John Bon Bowi.

Selain itu, John menegaskan, berdasarkan pengakuan sejumlah mantan pekerja profesional di Media Grup, lembaga penyiaran publik MetroTV dan koran Media Indonesia (MI) mengidap bias anti-Islam.

‘’Salah satu anggota FSM LDK pernah menjadi produser siaran berita di MetroTV. Karena melakukan perlawanan terhadap kebijakan pemberitaan yang diskriminatif terhadap Islam, ia dibuat tidak nyaman sampai akhirnya memilih mengundurkan diri,’’ ungkap John.

Ia juga pernah mendapat pengakuan dari orang penting di Yayasan Kick Andy, yang membenarkan adanya semangat diskriminatif terhadap Islam.

Melalui akun twitter-nya, @eae18, mantan Redaktur MI Edy Effendi mengungkapkan hal itu. Ia menyebutkan, pada tahun 2000-an ketika ia masih bekerja di MI, ada empat sekawan redaksi MI yang memainkan isu agama. Mereka adalah: Andy F Noya, Saur Hutabarat, Elman Saragih, dan Laurens Tato.

‘’Kebetulan mereka non-muslim dan pengendali Media Grup. Para petinggi inilah yang punya peran penting mengakses berita. Surya Paloh tak tahu menahu, bahkan ketika beberapa kali MI kena somasi,’’ tutur Edy yang pernah mendapat beasiswa menulis ke Amerika.

Diskriminasi berdasarkan agama, lanjut Edy, meliputi pola rekruitmen karyawan sejak reporter hingga petinggi, dan kebijakan pemberitaan.

‘’Jika ada 6 reporter yang diterima, komposisinya: 2 Protestan, 2 Katolik, 2 Islam. Ini fakta, bukan fiksi. Desk redaksi yang strategis pun ditempati non-muslim, yaitu Polkam, Metropolitan, dan Mingguan,’’ papar Edy.

Setelah protes, Edy yang pernah meraih predikat Penulis Editorial Terbaik Gelombang II, dimasukkan dalam Tim Seleksi Reporter. Tapi, ‘’ujung-ujungnya di HRD (bagian personalia –Red) dijegal juga.’’

Di pemberitaan MI, editorial yang ditulis Laurens Tato menyatakan, umat Islam Indonesia tak perlu membela Palestina. Ia juga melarang pemajangan foto demo PKS di halaman 1. ‘’Pernah PKS demo besar-besaran memrotes Bill Clinton ke Indonesia. Pas rapat redaksi, Yohanes Widad, Asredpel, meminta foto jangan dipasang di hal 1,’’ ungkap Edy.
‘’Kenapa tak tegas saja, Media Grup anti-Islam,’’ tandas Edy Effendi
Meski kemudian Saur Hutabarat dan Andy F Noya tak aktif lagi di MI, namun mereka masih turut bermain di balik layar. ‘’Kenapa tak tegas saja, Media Grup anti-Islam,’’ tandas Edy Effendi yang akhirnya memilih keluar dari MI karena tak tahan lagi.

Jalan itu pula yang akhirnya diambil Sandrina Malakiano, setelah statusnya dibiarkan terkatung-katung bebrulan-bulan oleh manajemen MetroTV lantaran dia berjilbab.

Tanpa nada ‘’merengek-rengek’’, mantan penyiar utama MetroTV itu menuliskan pengalaman pahitnya bekerja di MetroTV.
‘’Segera setelah keputusan itu saya buat, sesuai dugaan, ujian pertama datang dari tempat saya bekerja, MetroTV,’’ tulis Sandrina di akun FB-nya, yang memutuskan untuk berjilbab sejak pulang berhaji di awal 2006.

Lebih lanjut istri Eep Saefulloh Fatah itu menuturkan:

‘’Sekalipun tanpa dilandasi aturan tertulis, saya tidak diperkenankan untuk siaran karena berjilbab. Pimpinan MetroTV sebetulnya sudah mengijinkan saya siaran dengan jilbab asalkan di luar studio, setelah berbulan-bulan saya memperjuangkan izinnya. Tapi, mereka yang mengelola langsung beragam tayangan di MetroTV menghambat saya di tingkat yang lebih operasional. Akhirnya, setelah enam bulan saya berjuang, bernegosiasi, dan mengajak diskusi panjang sejumlah orang dalam jajaran pimpinan level atas dan tengah di Metro TV, saya merasa pintu memang sudah ditutup.’’

Sebagai penyiar utama, Sandrina mengakui mendapatkan gaji yang tinggi. Untuk menghindari fitnah sebagai orang yang makan gaji buta, akhirnya ia memutuskan untuk cuti di luar tanggungan selama proses negosiasi berlangsung. Maka, selama enam bulan, ia tak memperoleh penghasilan, tapi dengan status yang tetap terikat pada institusi MetroTV.
Yang membuatnya terkejut adalah komentar sinis atas jilbabnya dari Profesor R William Liddle dan para pengidap "Islam Liberal’’.

‘’Saya terkejut mendengar komentar-komentar mereka tentang keputusan saya berjilbab. Dengan nada sedikit melecehkan, mereka memberikan sejumlah komentar buruk, sambil seolah-olah membenarkan keputusan MetroTV untuk melarang saya siaran karena berjilbab. Salah satu komentar mereka yang masih lekat dalam ingatan saya adalah ‘Kamu tersesat. Semoga segera kembali ke jalan yang benar’.’’

Sandrina sungguh terkejut, karena sikap mereka bertentangan secara diametral dengan gagasan-gagasan yang konon mereka perjuangkan, yaitu pembebasan manusia dan penghargaan hak-hak dasar setiap orang di tengah kemajemukan.

‘’Bagaimana mungkin mereka tak faham bahwa berjilbab adalah hak yang dimiliki oleh setiap perempuan yang memutuskan memakainya? Bagaimana mereka tak mengerti bahwa jika sebuah stasiun TV membolehkan perempuan berpakaian minim untuk tampil atas alasan hak asasi, mereka juga semestinya membolehkan seorang perempuan berjilbab untuk memperoleh hak setara? Bagaimana mungkin mereka memiliki pikiran bahwa dengan kepala yang ditutupi jilbab maka kecerdasan seorang perempuan langsung meredup dan otaknya mengkeret mengecil?’’ gugat Sandrina.

Setelah berlama-lama dalam posisi yang tak jelas dan tak melihat ada sinar di ujung lorong yang gelap, akhirnya Sandrina mengundurkan diri dari MetroTV sejak Mei 2006.

‘’Pengunduran diri ini adalah sebuah keputusan besar yang mesti saya buat. Saya amat mencintai pekerjaan saya sebagai reporter dan presenter berita serta kemudian sebagai anchor di televisi. Saya sudah menggeluti pekerjaan yang amat saya cintai ini sejak di TVRI Denpasar, ANTV, sebagai freelance untuk sejumlah jaringan TV internasional, TVRI Pusat, dan kemudian Metro TV selama 15 tahun, ketika saya kehilangan pekerjaan itu. Maka, ini adalah sebuah musibah besar bagi saya,’’ tuturnya.

Dengan penuh keyakinan bahwa Allah akan memberi yang terbaik dan bahwa dunia tak selebar daun MetroTV, Sandrina kukuh dengan keputusannya. Dan ia membuktikan, di balik musibah itu, dirinya mendapat berkah dari-Nya.


Nasyid : 'AKU ANAK ROHIS BUKAN TERORIS'

LIRIK 'AKU ANAK ROHIS BUKAN TERORIS'

Reff 1
Aku anak rohis                    
Selalu optimis                         
Bukannya sok narsis         
Kami memang manis              

*Kubuka jendela pagi                                           

Rasakan hangat mentari                                                         
Mulai kulangkahkan kaki                                
Semangat tinggi di hati                                  

*Di sekolah berprestasi

Tak lupa aku tuk mengaji                  
Sebagai bekal di dunia                      
Dan akhirat nanti...                           

Reff 2 :   



Kami aktivis                                                                                           
Benci anarkis                                    
Walau kantongku tipis
Bukan teroris

Kepada
Ayah dan bunda
Baktiku selalu tercurah
Agar berkah sertamudah
Jalani semuanya Lillah

Bersama kawan lewati Hariku
Dengan berbagi  
Syukuri dan tafakuri
Kebesaran illahi

Interlude :
Walau ku punya jenggot tipis    
Tapi ku bangga jadi aktifis
Kumasih bisa berfikir logis
Aku Anak Rohis Anti anarkis
Title : Aku Anak Rohis (New Version)
Singer : Munsheed United feat Asma Nadia
Song : Asma Nadia dan Munsheed United
Lyric : Isa Alamsyah dan Munsheed United
Studio : Studio Bambu Digital Recording
Arranger : Diky Faturokhman
Mixing - Mastering : Studio Bambu

Munsheed United are :
Ryan Setya (solois nasyid Jakarta)
Igoy (solois nasyid Malang - Jawa Timur)
Fiq Aliskandar (solois nasyid Bandung)
Diky Faturokhman (Fatih Nasheed)
Yoga Al-Ghazali (solois nasyid Jakarta)
Indha Marta Rahardja (Fatih Nasheed)
Ramdhan (studio bambu/ann dki jakarta)

Thursday 13 September 2012

Anjuran Menikah Pada Bulan Syawal




Oleh: Badrul Tamam

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang menciptakan makhluk-Nya secara berpasang-pasangan, di antaranya manusia. Lalu menjadikan nikah sebagai sarana resmi dan syar'i untuk menjalin hubungan keduanya.

Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, yang telah menikah, menganjurkannya, dan terus menyemangati umatnya untuk memperbanyak keturunan. semoga juga shalawat dan salam dicurahkan kepada keluarga dan para sahabatnya.

Ibnul Mandzur berkata, "Syawal adalah salah satu nama bulan yang sudah ma'ruf, yakni nama bulan setelah bulan Ramadhan, dan merupakan awal dari bulan-bulan haji." Ada juga yang berpendapat, jika dikatakan Tasywiil Labnil Ibil (syawwalnya susu onta), berarti susu onta yang tinggal sedikit atau berkurang. Begitu juga onta yang berada dalam keadaan panas dan kehausan. Dari sini bangsa Arab berkeyakinan, bakal sial apabila melangsungkan akad pernikahan pada bulan ini. Mereka berkata, “Wanita yang hendak dikawini itu akan menolak lelaki yang ingin mengawininya seperti onta betina yang menolak onta jantan jika sudah dibuahi/bunting dan mengangkat ekornya.”

Maka Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam membatalkan anggapan sial mereka tersebut dengan menikahi istri tercintanya, 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha pada bulan ini. Diriwayatkan dari 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha berkata,

“Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menikahiku pada bulan Syawwal dan berkumpul denganku pada bulan Syawwal, maka siapa di antara isteri-isteri beliau yang lebih beruntung dariku?” (HR. Muslim no. 2551, Al-Tirmidzi no. 1013, Al-Nasai no. 3184, Ahmad no. 23137 –dinukil dari Maktabah Syamilah-)

Maka yang menyebabkan orang Arab pada zaman jahiliyah dulu menganggap sial menikah pada bulan syawwal adalah keyakinan mereka bahwa wanita akan menolak suaminya seperti penolakan onta betina yang mengangkat ekornya setelah dibuahi/bunting. Yang pada intinya, mereka menganggap ada kesialan pada bulan ini untuk digunakan menikah dan melarangnya. Padahal sesungguhnya, keyakinan atau anggapan ini adalah anggapan yang tak berdasar dan tidak dibenarkan oleh syariat maupun akal akal sehat.

Anggapan sial menikah pada bulan Syawal merupakan perkara batil. Karena secara umum, merasa sial termasuk thiyarah yang telah dilarang oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam melalui sabdanya,
"Tidak ada penyakit menular dan tidak ada ramalan nasib sial." (HR. Bukhari, Muslim, dan lainnya)
Dan dalam hadits yang lain sangat tegas menjelaskan larangan thiyarah(ramalan merasa sial), ia termasuk syirik.  Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam:

“Ramalan nasib adalah syirik, ramalan nasib adalah syitik (sebanyak tiga kali).” (HR. Abu Dawud no. 3411, Ibnu Majah no. 3528, Ahmad no. 3978, dan al-Hakim no. 42. Al-Hakim mengatakan, hadits yang shahih sanadnya, para perawinya terpercaya namun keduanya (al-Bukhari dan Muslim) tidak mengeluarkannya. Hadits ini disepakati al-Dzahabi dalam talkhisnya)

Imam Ibnu Katsir berkata, "Berkumpulnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dengan 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha pada bulan Syawal menjadi bantahan akan keraguan sebagian orang yang membenci untuk menikah/berkumpul (dengan pasangannya) di antara dua hari raya, takut/khawatir keduanya akan bercerai. Dan ini tidak ada kaitannya." (al-Bidayah wa al-Nihayah: 3/253)

Tujuan 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha menyampaikan hadits di atas, -beliau dinikahi dan digauli oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pada bulan Syawal-, sebagai bantahan tradisi bangsa jahiliyah dan keyakinan orang awam pada saat ini yang tidak suka menikah, menikahkan, dan berkumpul pada bulan syawal. Ini merupakan keyakinan batil yang tak berdasar. Bahkan, termasuk warisan jahiliyah. Dimana mereka meramal kesialan menikah pada bulan tersebut karena nama Syawwaal berasal dari kata al-Isyalah wa al-raf'u (mengangkat : onta betina yang mengangkat ekornya karena tidak mau dikawin). (Lihat Syarh Muslim atas hadits di atas, no. 2551)

Dalam hadits di atas juga terdapat satu anjuran untuk menikah, menikahkan anak wanitanya, dan melakukan malam pertama pada bulan syawal. Alasanya, disamping ada usaha ittiba' pada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang menikah dan menggauli istri tercintanya pada bulan tersebut, juga sebagai bantahan dan penolakan akan keyakinan batil jahiliyah yang sudah pernah berjalan bertahun-tahun. Imam Nawawi rahimahullah dalam menjelaskan hadits Aisyah di atas berkata, "pada hadits hadits itu terdapat anjuran menikahkan, menikah (wanita) dan berkumpul/menggauli pada bulan Syawwal dan shahabat-shahabat kami juga menyebutkan sunnahnya hal itu dan mereka berdalil dengan hadits ini."

Urwah –salah seorang perawi hadits 'Aisyah di atas-, mengatakan,

"Adalah Aisyah menyukai jika suami mulai menggauli istrinya (melakukan malam pertama) di bulan Syawal." (HR. Muslim)
. . . Membenci untuk menikah, menikahkan, dan malam perta
ma di bulan syawal karena takut dan khawatir sial/celaka berdasarkan mitos dan keyakinan tertentu termasuk syirik. . . 

Kesimpulan
Larangan merasa sial dan akan bernasib buruk saat menikah di bulan Syawal karena mitos yang berkembang. Larangan ini juga berlaku pada bulan selainnya. Takut dan merasa akan sial jika menikah pada bulan tertentu seperti bulan Shafar, Muharram, dan lainnya dengan dasar keyakinan yang tersebar di masyarakat, disebut dengan thiyarah/tathayyur. Sedangkan tathayyur adalah termasuk syirik, dosa besar kepada Allah Ta'ala.

Larangan membenci melangsungkan pernikahan karena keyakinan batil semacam di atas, juga berlaku pada tahun tertetu, seperti takut celaka dua saudara menikah kalau tahun yang sama. Atau takut menikah pada hari-hari tertentu berdasarkan ramalan weton, tanggal lahir, dan semisalnya. Semua ini juga termasuk tathayyur yang wajib diingkari karena termasuk perbuatan syirik. Sementara syariat, tidak pernah melarang niat baik ini, menikah pada waktu-waktu tertentu selain saat ihram haji atau umrah.

Sementara dianjurkannya menikah pada bulan Syawal oleh sebagian ulama didasarkan pada pernikahan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan melam pertama beliau bersama 'Aisyah. Di sana ada nilai ittiba' yang diharapkan keberkahannya. Juga sebagai pendobrak atas keyakinan jahiliyah yang berkembang pada masa tersebut.

Pada masyarakat kita, bulan yang dianggap sial untuk menikah adalah bulan Muharram (Oleh orang Jawa dikenal dengan: suro). Maka jika melangsungkan pernikahan pada bulan tersebut dengan niatan untuk mendobrak khurafat, mitos dan keyakinan batil ini; Insya Allah termasuk suatu kebaikan. Wallahu Ta'ala A'lam.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Faried - Premium Blogger Themesf | Affiliate Network Reviews