Thursday 26 April 2012

Penyanyi Pujaan Remaja RI ini Ejek Indonesia

Hidayatullah.com—Seorang penyanyi pop remaja asal Amerika, Justin Bieber, dalam sebuah wawancara dengan kalangan wartawan di London, Inggris sempat memperolok-olok Indonesia. Ceritanya, ia mengungkapkan pengalaman ketika merekam satu lagu di sebuah studia di Indonesia, di tengah kesibukannya menggelar konser di Tanah Air tahun lalu.

Namun, pengalaman merekam lagu berjudul "Be Alright" itu tidak meninggalkan kenangan manis baginya.

Kepada para wartawan Inggris, ia menyebut Indonesia sebagai random country yang secara harfiah berarti "acak" dan oleh penutur Inggris digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang dianggap tidak memiliki signifikansi.

"Saya berada di satu negara yang random," kata Bieber kepada Reggie Yates dari The Voice UK seperti dilansir harian Mirror. Manajernya, Scott "Scooter" Braun, menyela dan mengatakan, "Indonesia."

"Saya merekamnya di sebuah studio," lanjut Bieber. "Tempatnya kecil. Mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan."

Justin Bieber berada di London untuk meluncurkan album barunya, tetapi acara itu tidak berlangsung lancar.

Penyanyi berusia 18 tahun ini meminta para tamu diperiksa dengan detektor metal sebelum memasuki tempat acara di Supperclub untuk memastikan bahwa mereka tidak membawa alat perekam.

Saat Reggie mempersilakannya duduk, ia menolak dan meminta manajernya memutar lagu "Believe" di komputer. Ia tiba-tiba menghentikan lagu "All Around The World" dan dengan jengkel mengatakan, "Lagu itu terdengar sangat buruk," ujarnya dikutip BBC Indonesia.

Reggie kemudian menanyakan tanggapan Bieber yang dibandingkan dengan Justin Timberlake setelah membawakan nada falsetto dalam lagu "Boyfriend".

"Saya sama sekali tidak terdengar seperti Justin [Timberlake]," ia menjawab dengan ketus sebelum memperkenalkan lagu "As Long As You Love Me".
"Lagu ini sangat bagus, tetapi mungkin akan terdengar seperti tinja gara-gara pengeras suara ini."
Di akhir acara, Reggie membacakan pertanyaan dari salah seorang wartawan kepada Bieber.
Sebelum menjawab, Bieber mengejek aksen Inggris yang diucapkan Reggie dengan mengatakan, "Kata 'think' diucapkan dengan 'th' bukan 'f'."

Sikap kurang bersahabat ini menjadi olok-olok media Inggris. Mirror menulis, "Terima kasih untuk pelajaran pengucapannya, Justin. Kembali saja nanti jika Anda sudah dewasa."
Antri

Anehnya,  banyak remaja ABG Indonesia menggandrunginya. Menjelang konsernya di Indonesia beberapa bulan lalu, ribuan fans Bieber asal Indonesia rela mengantre tiket hingga sepanjang 1 km. meski panitia acara mematok harga tiket konsernya senilai Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta,  antrian dari penggemar Bieber yang mayoritas ABG perempuan hingga sampai  pukul 04.00 subuh.*

Friday 20 April 2012

Mengungkap Campur Tangan Belanda dalam Kepahlawanan RA Kartini



Sosok Kartini sebagai ikon pejuang wanita Indonesia dinilai ”berbau” campur tangan kolonialis. Tujuannya adalah membentuk imej, bahwa perempuan berpemikiran Baratlah yang cocok dijadikan panutan. Apalagi, alam pemikiran Kartini pun banyak dipengaruhi oleh Theosofi, sebuah perkumpulan kebatinan Yahudi yang pada masa lalu sangat kuat pengaruhnya di Nusantara.

Pemerintah menetapkan RA Kartini sebagai Pahlawan Nasional dengan Surat Kepres RI, No.108 Tahun 1964. Kartini dianggap pahlawan karena kontribusinya dalam menyampaikan gagasan-gagasan tentang kemajuan perempuan. Meskipun diketahui, bahwa gagasan-gagasan Kartini ternyata sangat dipengaruhi oleh orang-orang sosialis-feminis, seperti Estella Zeehandelaar. Selain itu, alam pemikiran Kartini juga sangat bercorak Theosofi, sebuah organisasi kebatinan Yahudi yang keberadaanya sempat dilarang oleh pemerintah RI.

Dalam buku ”Gerakan Theosofi di Indonesia”, penulis menyimpulkan bahwa ada upaya-upaya, baik langsung ataupun tidak langsung, dari elit-elit kolonial yang berusaha menonjolkan Kartini sebagai sosok kemajuan perempuan Indonesia. Upaya ini bisa saja mengarah kepada ”rekayasa” sejarah yang dilakukan oleh kolonialis. Ini mengingat bahwa Kartini sangat dekat dengan elit-elit tersebut, seperti J.H Abendanon, Snouck Hurgronje, H.H van Koll, dan lain-lain. Selain itu, elit kolonial ketika itu yang kebanyakan menganut paham humanisme, paham yang dipasarkan oleh Theosofi dan Freemason, mempunyai kepentingan untuk menjadikan budaya Barat menyatu dengan budaya Timur. Filsafat Barat yang liberal, sosialis, dan sekular, dipropagandakan agar bisa diterima masyarakat pribumi ketika itu.

Karena itu, penjajah Belanda kemudian menggagas Gerakan Politik Etis, yaitu sebuah gerakan politik kolonialis yang diantaranya mengusung kebijakan asimililasi, unifikasi, dan asosiasi terhadap masyarakat pribumi. Mereka menyusun sebuah rencana besar agar warga pribumi bisa terpengaruh dengan berbagai kebijakan pemerintah kolonial. Asimilasi dan asosiasi diartikan sebagai kebijakan mencampur dan mengganti kebudayaan pribumi dengan kebudayaan penjajah Belanda. Sedangkan unifikasi adalah penyatuan seluruh sistem yang berkembang dalam masyarakat pribumi dan sistem kolonial, yang meliputi pemerintahan, pendidikan, dan sistem hukum.

Mereka yang tergabung dalam Gerakan Politik Etis inilah yang kemudian banyak berinteraksi dengan Kartini, seperti tercermin dalam surat-suratnya. Diantaranya adalah J.H Abendanon dan istrinya Ny Abendanon Mandri, seorang humanis yang direkomendasikan oleh Snouck Hurgronje untuk mendekati Kartini bersaudara. Tokoh lain yang aktif melakukan pendekatan ala Gerakan Politik Etis dan disebut namanya dalam surat-surat Kartini adalah H.H Van Kol (Orang yang berwenang dalam soal jajahan untuk Partai Sosial Demokrat di Belanda), Conrad Theodore van Daventer (Anggota Partai Radikal Demokrat Belanda), K.F Holle (Seorang Humanis), dan Snouck Hurgronye (Orientalis yang juga menjabat sebagai Penasehat Pemerintahan Hindia Belanda).

Kedekatan Kartini dengan orang-orang tersebut tentu berlangsung saling mempengaruhi. Apalagi, Belanda mempunyai kepentingan untuk merekrut dan mendidik anak-anak priyai Jawa. Banyak dari anak-anak pribumi yang dididik dan diberi beasiswa untuk studi ke negeri Belanda pada masa itu. Diantara lembaga beasiswa yang aktif menjaring anak-anak pribumi untuk disekolah ke negeri Belanda adalah ”Dienaren van Indie”, sebuah lembaga beasiswa (studie fonds) yang didirikan oleh kelompok Vrijmetselaarij (Freemason) di Hindia Belanda. Dienaren van Indie sendiri artinya adalah Abdi Hindia, sehingga diharapkan mereka yang memperoleh beasiswa dan dididik dengan pendidikan ala Barat, bisa menjadi abdi kolonial atau setidaknya partner setia kolonialis.

Kembali ke soal Kartini. Pada masanya, Kartini tidaklah begitu dikenal, kecuali oleh segelintir elit Belanda.Dibandingkan tokoh-tokoh perempuan lain, kiprah Kartini hanya dalam bentuk wacana-wacana, tidak dalam bentuk kongkret. Ketika C. Th van Daventer, anggota Partai Radikal Demokrat, mendirikan Komite Kartini Fonds pada 27 Juni 1913, barulah ide-ide Kartini diperkenalkan kepada orang-orang Belanda. Selain itu, interaksi dengan Van Kol yang juga anggota parlemen Belanda, yang meminta Kartini menulis artikel tentang perempuan untuk dibaca orang-orang Belanda, juga makin membuat Kartini dikenal di Belanda.Termasuk juga dengan menerbitkan buku Door Duisternis tot Licht pada 1911 yang diterjemahkan oleh Armijn Pane, seorang sastrawan penganut Theosofi, dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang.

Pada tahun yang sama, 24 Desember 1911, Raden Mas Noto Soeroto yang merupakan keturunan Paku Alam, menawarkan kepada organisasi pelajar Indonesia di Nederland (Indische Vereeniging yang didirikan pada 1908) agar gagasan Kartini dijadikan pedoman gerak dan langkah organisasi serta dijadikan acuan pergerakan nasional. Keluarga Paku Alam pada masa itu dikenal dekat dengan jaringan Freemason (Vrijmetselarij) atau dalam bahasa orang Jawa disebut ”Gerakan Kemasonan”. Bahkan, elit Paku Alam pun banyak yang menjadi anggota organisasi ini.

Prof Harsja W Bachtiar dalam artikel berjudul ”Kartini dan Peranan Wanita dalam Masyarakat Kita” yang ditulis dalam rangka memperingati 100 tahun Kartini, menyatakan bahwa kita, bangsa Indonesia, menjadikan Kartini sebagai lambang emansipasi wanita di Indonesia dari orang-orang Belanda.

Prof. Harsja melihat penokohan Kartini sebagai sebuah rekayasa sejarah yang dibuat oleh orang Belanda untuk ditampilkan ke depan sebagai perempuan pribumi yang menjadi inspirasi bagi kemajuan perempuan Indonesia. Dengan kata lain, Kartini adalah sosok yang diciptakan, ditampilkan sebagai ikon, karena kedekatannya dengan elit Belanda dan pemikirannya yang banyak mengadopsi Barat. Karena itu, Harsja menilai, sejarah harus jujur dan secara terbuka melihat, jika memang ada orang-orang yang juga mempunyai peran penting seperti Kartini, maka orang-orang tersebut juga layak mendapat penghargaan serupa, tanpa menihilkan peran yang dilakukan oleh Kartini.

Dalam Majalah Tempo, 22 April 1989, Prof. Harsja kembali menegaskan, ”Kebanyakan wanita kita tidak karena Kartini. Penonjolan Kartini sebagai tokoh pendidikan wanita, waktu itu sesuai dengan politik etis Belanda,”ujarnya. Harsja menduga, ada pengaruh pemikiran Stella Zeehandelaar, seorang perempuan sosialis berdarah Yahudi, yang menjadi teman korespondensi Kartini.”Mungkin Stella banyak memasukkan ide dengan mengirim pamflet atau buku kepada Kartini,” tutur Harsja. Dengan penuh tanya, Harsja mengatakan,”Kenapa surat-surat Stella tidak diterbitkan juga?” Harsja dengan tegas menilai, yang menokohkan Kartini adalah orang-orang Belanda.

Interaksi Kartini dengan organisasi Oost en West (Timur dan Barat) yang ditulis dalam surat-suratnya, meski tidak disebutkan bahwa organisasi itu milik kelompok Theosofi, namun literatur sejarah menyatakan bahwa Oost en West adalah organisasi milik Theosofi di Batavia yang juga menyelenggarakan lembaga pendidikan untuk guru bernama Goenoeng Sarie. Kartini juga pernah berikirim surat menanyakan kabar keluarga Van Kol di Fort de Kock (di daerah Agam, Bukit Tinggi, Sumatera Barat), sebuah daerah yang juga berdiri Loji Theosofi.

Sebagai sekolah yang dikelola oleh para Teosof, ajaran tentang kebatinan, sinkretisme—atau sekarang lebih populer dengan istilah pluralisme—juga tentang pembentukan watak dan kepribadian, lebih menonjol dalam pelajaran di sekolah-sekolah tersebut. Sekolah lain yang didirikan di berbagai daerah oleh kelompok Theosofi adalah Arjuna School, dengan muatan nilai-nilai pendidikan yang sama dengan Kartini School.

Kartini, seperti yang tersirat dalam tulisan Prof Harsja W Bachtiar, adalah sosok yang diciptakan oleh Belanda untuk menunjukan bahwa pemikiran Barat-lah yang menginspirasi kemajuan perempuan di Indonesia. Atau setidaknya, bahwa proses asimiliasi yang dilakukan kelompok humanis Belanda yang mengusung Gerakan Politik Etis pada masa kolonial, telah sukses melahirkan sosok yang Kartini yang kini dijadikan pahlawan dan diperingati hari kelahirannya setiap tahun. Kita diarahkan oleh kolonial untuk mengakui sosok yang ”terbaratkan” oleh paham humanisme sebagai idola.

Padahal, banyak tokoh wanita Indonesia era penjajahan yang lebih pantas disebut pahlawan daripada Kartini. Sebut saja Sultanah Safiatudin dari Aceh yang sangat pintar & aktif mengembangkan ilmu pengatetahuan. Selain bahasa Aceh dan Melayu, dia menguasai bahasa Arab, Persia, Spanyol dan Urdu. Di masa pemerintahannya, ilmu dan kesusastraan berkembang pesat. Ketika itulah lahir karya-karya besar dari Nuruddin ar-Raniry, Hamzah Fansuri, dan Abdur Rauf. Ia juga berhasil menampik usaha-usaha Belanda untuk menempatkan diri di daerah Aceh. VOC pun tidak berhasil memperoleh monopoli atas perdagangan timah dan komoditi lainnya.

Tak habis pikir, nama Kartini ternyata lebih layak dijadikan Pahlawan berkat status ‘galaunya’ lewat surat-surat korespondensi pada teman-teman Belandanya.

Saturday 14 April 2012

Nasihat untuk para ‘Galau’ers




Apakah Anda sedang galau? Galau karena saat ini sedang “jomblo”. Galau karena setelah ‘tebar pesona’ dan ‘banting harga’ namun malam minggu tetap ‘garing’ tanpa sosok kekasih. Galau karena baru saja diputusin dan belum dapat ‘mangsa’ baru. Galau karena ‘ortu’ sang kekasih menanyakan kapan menikah padahal ‘jadian’ sudah 5 tahun.

Sehingga akhirnya ‘FB” penuh dengan status ‘ratapan’, seolah dinding/wall di ‘FB’ itu bagaikan dinding ratapan di Yerusalem dimana banyak Yahudi meratap padanya.

Lupakah engkau akan firman Allah QS Al Israa ayat 32 : “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk”. Karena pacaran itu awalnya kenalan, kemudian pegangan, yang akhirnya tergoda syetan untuk melelang ‘kehormatan’ atas nama ‘penjajagan’.

Maka daripada galau, bukalah buku dan belajarlah jika Anda adalah pelajar dan mahasiswa, berkaryalah dengan professional dan maksimalkan potensi diri jika engkau adalah pekerja dan jika engkau telah ‘mampu’ menikah maka ‘ta’aruf’lah dan segeralah menikah setelah khitbah. Masa antara khitbah dan akad nikah bukanlah semacam ‘masa sanggah’ pada tender-tender proyek untuk memberikan kontestan lain melakukan ‘keberatan’ atau semacam masa ‘orientasi pra nikah’ sehingga ‘legal’ untuk menjalankan beberapa ‘rutinitas’ suami istri.

Maka daripada engkau galau, bukalah lembaran-lembaran waktu dalam ingatanmu dan bermuhasabahlah lalu tanyakan kepada hatimu apakah engkau telah amanah dengan tanggungjawab yang dibebankan dan adil terhadap orang-orang yang engkau pimpin.

Karena “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabann ya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang suami adalah pemimpin terhadap keluarganya, dan akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang istri adalah pemimpin dalam rumah suaminya dan akan dimintai pertanggungjawabann ya. Seorang pembantu adalah pemimpin terhadap harta majikannya, dan akan dimintai pertanggungjawabannya. Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Dan jika adil, maka engkau telah mendapatkan perlindungan dari Allah di hari yang tidak ada perlindungan selain dari-Nya : “Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi Saw., beliau bersabda : “Ada tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu : Pemimpin yang adil, Pemuda yang senantiasa beribadah kepada Allah Ta’ala, Seseorang yang hatinya senantiasa digantungkan (dipertautkan)” dengan masjid, Dua orang saling mencintai karena Allah, yang keduanya berkumpul dan berpisah karena-Nya. Seorang laki-laki yang ketika diajak [dirayu] oleh seorang wanita bangsawan yang cantik lalu ia menjawab :”Sesungguhnya saya takut kepada Allah.”Seorang yang mengeluarkan sedekah sedang ia merahasiakanny, sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya dan seseorang yang mengingat Allah di tempat yang sepi sampai meneteskan air mata.”

Apakah engkau yang sedang galau? Galau karena tetangga sebelah membeli TV flat 32” merk terkenal sedangkan dirumah TV 14” yang sudah pudar warnanya. Galau karena tetangga yang baru pindah memiliki MPV padahal masih muda sedangkan dirumah motor butut yang kadang-kadang mogok. Galau karena karena tidak mendapatkan tiket konser boyband Korea padahal sudah berdesakan dalam antrian. Galau karena sahabatmu mengirim sms :”Minta pin BB dong”, padahal ditangan adanya HP ‘seribu ummat’ sehingga engkau tidak bisa BBM-an untuk minta Apel Malang atau update ‘FB’ dan twiter.

Lupakah engkau akan firman Allah QS Ali Imron ayat 14 :” Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” Karena hakikatnya kehidupan dunia adalah sementara dan pasti kita akan kembali ‘pulang’ ke ‘kampung’ akhirat.

Maka daripada engkau galau, syukurilah apa yang ada saat ini sembari berusaha menambah nafkah untuk mencukupi kebutuhanmu. Pintar-pintarlah memilih antara ‘kebutuhan’ dan ‘keinginan’ sehingga engkau tepat membelanjakan hartamu. Berinfaq dan bersedekahlah dengan ikhlas karena sebenarnya itulah hartamu yang akan engkau bawa pulang ke negeri yang kekal. Itulah hartamu yang akan menerangimu di Alam Kubur dan menjadi istanamu di syurga-Nya.

Apakah engkau yang sedang galau? Galau karena Ujian Akhir Nasional (UAN) sebentar lagi tiba. Galau karena engkau tidak mau anak didikmu gagal dalam pelajaran yang engkau ampu. Galau karena engkau khawatir prosentase kelulusan di sekolahmu tidak 100% sehingga menurunkan minat para calon pendaftar dan membuatmu terancam digeser dari posisi kepala sekolah. Galau karena sebagai kepala instansi yang membidangi pendidikan engkau takut jabatanmu lepas dan digeser karena prosentase kelulusan di daerahmu tidak memenuhi target yang ditetapkan kepala daerah.

Galau karena sebagai kepala daerah engkau takut prosentase kelulusan di daerah yang engkau pimpin tidak 100% sehingga tidak bisa dibanggakan saat kampanye pemilihan yang kedua dan mendapat penghargaan dari pemerintah pusat. Yang akhirnya kegalauan itu mendorongmu berbuat ‘curang’ dengan menebar kebaikan kepada para peserta UAN untuk dapat menjawab soal di ruang ujian.

Lupakah engkau akan firman Allah QS Al Baqoroh ayat 186 :” Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. Karena meminta kepada Allah yang akan mengabulkan do’a adalah lebih baik daripada menjadi ‘pahlawan’ di ruang ujian.

Maka setelah itu bertawakalah kepada Allah setelah engkau berusaha maksimal sesuai QS Ali Imron ayat 159 :”…….Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” Pasrahkanlah segala sesuatunya karena tidak ada satupun yang akan luput dari-Nya dan takdir telah tertulis di Lauh Mahfudz bahkan sebelum kita dilahirkan ke dunia :” Dari Umar bin Khattab ra berkata, bahwa beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Sekiranya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah SWT dengan tawakal yang sebenar-benarnya, sungguh kalian akan diberi rizki (oleh Allah SWT), sebagaimana seekor burung diberi rizki; dimana ia pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang”. (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah)

Umar bin Khaththab, Khalifah Penjaga Pasar


HARGA-harga komoditi pangan di Indonesia sering tak terkontrol. Suatu saat melambung tinggi, di saat lain anjlok mencapai titik terendah. Bawang merah misalnya, harganya pernah mencapai puluhan ribu per kilo, tapi saat tiba waktu panen turun drastis. Saking rendahnya harga itu, para petani di Nganjuk, Jawa Timur pernah lebih memilih membakar barangnya daripada menjualnya.

Tidak terkontrolnya harga-harga tersebut karena begitu lemahnya peran pemerintah. Saking lemahnya, adanya pemerintah itu seperti tidak ada. Sebagian orang bilang, peran pemerintah memang dibatasi. Pemerintah tidak boleh intervensi soal harga. Harga lebih diserahkan kepada mekanisme pasar. Namun bila harga-harga melangit sehingga mencekik rakyat, pemerintah mestinya punya kewenangan mengontrol harga.

Seperti pendapat sebagian besar ulama, dalam kasus tertentu -walau mereka berpendapat sebaiknya harga memang ditentukan oleh pasar- pemerintah berhak mengontrol harga, demi melindungi rakyat. Karena dalam banyak kasus, melambungkan harga-harga itu bukan semata mekanisme pasar, melainkan lantaran ulah para tengkulak.

Dalam sejarah Islam, orang yang pertama kali turut campur menentukan harga di pasar adalah ‘Umar bin Khaththab, saat beliau menjabat khalifah. Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dikenal tegas ini punya perhatian besar kepada pasar. Sebab, pasar adalah jantung ekonomi suatu masyarakat (negara). Berangkat dari kepentingan ini, sekalipun khalifah, ‘Umar merasa perlu turun sendiri ke pasar-pasar melakukan pengawasan. Bila melihat penyimpangan beliau langsung meluruskan.

Dari Sa’id bin Al-Musayyib diriwayatkan, ‘Umar bertemu Hathib bin Abi Balta’ah yang sedang menjual kismis di pasar. ‘Umar berkata, “Kamu tambah harganya atau angkat dari pasar kami.”

Riwayat lain, dari Yahya bin Abdul Rahman bin Hathib. Dia berkata, “Ayahku dan ‘Utsman bin ‘Affan adalah dua sekutu yang mengambil kurma dari Al-Aliyah ke pasar. Mereka kemudian bertemu dengan ‘Umar. “Wahai Ibnu Abi Balta’ah, tambahlah harganya, apabila tidak, maka keluarlah dari pasar kami,” kata Umar.

Riwayat di atas menunjukkan bahwa ‘Umar begitu peduli dengan harga-harga yang berkembang di pasar. Beliau melarang menurunkan harga. Harga yang terlalu murah sepintas memang menguntungkan konsumen. Namun sesungguhnya dalam jangka panjang itu bakal menghancurkan kepentingan yang lebih besar, yakni kepentingan penjual maupun kepentingan pembeli itu sendiri.

Harga yang terlalu murah, membuat para pedagang enggan berjualan karena keuntungannya terlalu sedikit. Tidak sepadan dengan jerih payah dan modal yang dikeluarkan. Bila pedagang enggan berjualan, pada akhirnya tentu bakal mempengaruhi persedian barang. Saat persedian barang sedikit, sementara di sisi lain permintaan bertambah, yang terjadi kemudian harga melambung tinggi. Nah, ini tentu tidak menguntungkan bagi masyarakat banyak.

Karena itu, di samping melarang menurunkan harga, ‘Umar memerintahkan pedagang menjual sesuai harga pasar. Ada riwayat yang menunjukkan hal tersebut. Diriwayatkan, seorang laki-laki datang membawa kismis dan menaruhnya di pasar. Lalu dia menjual tidak dengan harga pasar. Tidak jelas di riwayat ini apakah pria itu menjual di bawah harga pasar atau justru di atasnya. Yang jelas ‘Umar berkata, “Juallah dengan harga pasar atau kamu pergi dari pasar kami. Sesungguhnya kami tidak memaksamu dengan satu harga.”

Sebagian ulama menganggap apa yang dilakukan ‘Umar tersebut bertentangan dengan ketentuan Rasulullah. Abu Dawud dan At-Tirmidzi mengisahkan, suatu hari harga-harga barang naik. Sebagian umat Islam lalu mendatangi Rasulullah, minta beliau menentukan harga. Tapi Nabi tidak bersedia. Beliau hanya berdoa, “Aku berdoa agar Allah menghilangkan mahalnya harga dan meluaskan rezeki.” Rasulullah memberi alasan kenapa menolak menentukan harga, “Sesungguhnya Allah, Dialah yang menentukan harga, yang Maha Menahan, Maha Meluaskan lagi Maha Memberi rezeki. Dan aku berharap bertemu Allah dan tidak ada seorang dari kalian meminta pertanggungjawabanku atas kezaliman dalam darah dan harta.”

Ulama lain, seperti Jaribah bin Ahmad Al-Haritsi berpendapat sebaliknya. Seperti ditulis dalam bukunya, Al Fiqh Al Iqtishadi Lil Amiril Mukminin Umar ibnu Al Khathab (diterjemahkan penerbit Khalifa dengan judul Fiqih Ekonomi Umar bin Khathab), menurut Jaribah apa yang dilakukan Umar tidak bertentangan dengan Hadits Nabi di atas. Jaribah punya dua alasan.

Pertama, naiknya harga pada zaman Nabi tersebut akibat fluktuasi dari persediaan dan permintaan barang. Artinya, harga naik karena persediaan barang sedikit sementara permintaan banyak. Karena itu Rasulullah enggan menetapkan harga. Memperkuat pendapatnya, Jaribah mengutip pendapatnya Ibnu Taimiyah. Syaikhul Islam ini berpendapat, membuat dalil berdasarkan Hadits yang menunjukkan keengganan Nabi menentukan harga, untuk membuktikan dilarangnya penentuan harga secara mutlak adalah kesalahan. “Ini adalah kasus khusus, bukan umum,” kata Ibnu Taimiyah.

Kedua, masih kata Jaribah, ‘Umar tidak membatasi harga tertentu, misalnya dengan nominal tertentu. ‘Umar hanya minta pedagang menjual dengan harga pasar. Di antara dalil yang menunjukkan ‘Umar benar-benar menjaga harga pasar adalah saat beliau memerintahkan Hathib untuk masuk ke rumahnya dan menjual kismisnya sebagaimana kehendaknya. Sebab, berjualan di rumah jauh dari penglihatan penjual dan pembeli, sehingga tidak mempengaruhi harga di pasar.

Sekalipun sikap ‘Umar tegas dalam menjaga harga pasar, namun beliau tidak kaku. Pada kasus tertentu pedagang boleh menjual barangnya di luar harga pasar.

Itu pernah dialami Al-Miswar bin Makhramah. Ia menjual makanan dengan harga modalnya atau tanpa keuntungan. ‘Umar heran dengan apa yang dilakukan Miswar tersebut, “Apakah kamu gila, wahai Miswar?”

Miswar menjawab, “Demi Allah, tidak wahai Amirul Mukminin. Tetapi aku melihat mendung musim gugur. Aku benci menahan apa yang bermanfaat bagi manusia.” Mendengar jawaban Miswar tersebut, ‘Umar segera menyahut, “Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan.”

Tetapi jika penyimpangan harga, baik turun maupun naik yang terlalu ekstrim karena ulah pedagang, misalnya monopoli, maka menurut Jaribah, negara mesti bertindak demi kemaslahatan semua orang.

Kesimpulannya, bila terjadi pergerakan harga, baik naik maupun turun, akibat fluktuasi persediaan dan permintaan barang dalam keadaan normal, maka penentuan harga dalam keadaan seperti ini tidak diperbolehkan. Penetapan harga di saat keadaan normal, dianggap sebagai kezaliman kepada rakyat yang menyebabkan penguasa harus mempertanggungjawabkan pada Hari Kiamat kelak.

Wednesday 4 April 2012

Lagi, Dosen UIN Kembali Berulah Ajak Kemaksiatan

Dr. Siti Musdah Mulia mengulang pernyataannya yang tak mulia. Di sebuah diskusi publik, dia mengajak masyarakat menyosialisasikan pernikahan beda agama. Dia berpendapat, bahwa pemerintah tidak perlu melarang pernikahan beda agama karena pernikahan beda agama adalah konsekuensi logis dari kebutuhan masyarakat yang plural saat ini (www.hidayatullah.com 31/03/2012).

Lebih jauh, wanita bergelar profesor doktor dari UIN itu memberi alasan: “Kalau itu keyakinan mereka dan mereka bahagia dengan pernikahan beda agama, kenapa kita jadi mempermasalahkan?”

Tentu saja argumentasi dari dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta yang masuk dalam buku “50 Tokoh Islam Liberal Indonesia” itu menggelikan. Bahwa, aturan Allah tentang pernikahan dia lawan dengan hanya bersandar kepada akal dan perasaan saja. Lihatlah –sekali lagi- ukuran dari wanita kontroversial itu dalam menetapkan bolehnya nikah beda agama, yaitu: 1).Pasangan tersebut yakin bahwa itu benar. 2).Pasangan tersebut merasa bahagia. 3).Hal ini sebagai konsekuensi dari masyarakat yang plural.

Melawan Syariat

Dalam konteks hukum nikah beda agama, tentu saja lebih bisa kita yakini kebenarannya jika kita mengambil fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai pedoman. Cermatilah fatwa MUI tentang Perkawinan Campuran yang dikeluarkan pada 1/6/1980. Dalam fatwa tersebut, MUI (yang -waktu itu- diketuai Prof Dr HAMKA dengan Sekretaris Umum Drs H Kafrawi) merujuk pada QS Al-Baqarah [2]: 221, QS Al-Maaidah [5]: 5, QS Al-Mumtahanah [60]: 10, dan QS At-Tahrim [66]: 6. Fatwa itu juga merujuk sejumlah sabda Rasulullah SAW.

Isi fatwanya: Pertama, perkawinan wanita muslimah dengan laki-laki nonmuslim adalah haram hukumnya. Kedua, laki-laki Muslim diharamkan mengawini wanita bukan Muslim. Adapun tentang perkawinan antara laki-laki Muslim dengan wanita Ahli Kitab diakui memang terdapat perbedaan pendapat. Tetapi, setelah memertimbangkan bahwa mafsadah-nya lebih besar daripada maslahat-nya, maka MUI memfatwakan perkawinan tersebut juga haram hukumnya.

Mari kita renungkan (sebagian) ayat-ayat yang dijadikan sandaran MUI: “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (QS Al-Baqarah [2]: 221).

“(Dan dihalalkan mengawini) wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al-Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi.” (QS Al-Maaidah [5]: 5).

“Jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka.” (QS Al-Mumtahanah [60]: 10).

Namun, sekalipun hukum sudah jelas, enam belas tahun setelah terbitnya fatwa itu di masyarakat tetap muncul masalah, terbukti dengan terjadinya banyak pelanggaran. Maka, diterbitkanlah lagi fatwa MUI soal Prosedur Perkawinan pada 19/4/1996. Fatwa ini lahir karena MUI telah “Menerima pengaduan, pertanyaan, dan permintaan fatwa yang disampaikan secara langsung, tertulis, maupun lewat telepon dari masyarakat di sekitar masalah tersebut”.

Ternyata, persoalan tentang ini terus mengemuka. Ini terlihat dengan ditetapkannya lagi Fatwa MUI (secara lebih tegas) tentang Perkawinan Beda Agama pada 28/7/2005. Bahwa: 1). Perkawinan beda agama adalah haram dan tidak sah. 2). Perkawinan laki-laki Muslim dengan wanita Ahli Kitab, menurut qaul mu’tamad, adalah haram dan tidak sah.

Apa pertimbangan Fatwa MUI bernomor 4/MUNAS VII/MUI/8/2005 tentang Perkawinan Beda Agama itu?

Disebutkan, bahwa 1). Belakangan ini disinyalir banyak terjadi perkawinan beda agama; 2).Perkawinan beda agama ini bukan saja mengundang perdebatan di antara sesama umat Islam, akan tetapi juga sering mengundang keresahan di tengah-tengah masyarakat; 3). Di tengah-tengah masyarakat telah muncul pemikiran yang membenarkan perkawinan beda agama dengan dalih hak asasi manusia dan kemaslahatan; 4).Untuk mewujudkan dan memelihara ketentraman kehidupan berumah-tangga, MUI memandang perlu menetapkan fatwa tentang perkawinan beda agama untuk dijadikan pedoman.

Fatwa MUI tentang hukum perkawinan beda agama memang harus terus kita sebarkan. Sebab, -antara lain- karena banyak kasus pemurtadan yang terjadi karena ketidaktahuan soal hukumnya atau karena termakan oleh pendapat kalangan tertentu yang dengan cukup massif ‘berkampanye’ tentang bolehnya nikah beda agama.

Seperti apa celah pemurtadan yang kerap terjadi? Seorang laki-laki nonmuslim ‘bersedia’ masuk Islam agar ia tak terhalang (oleh hukum) untuk mengawini wanita muslimah. Tetapi, setelah maksudnya tercapai, dia lalu kembali ke agama asalnya. Bahkan itu tak cukup, karena dia pun mengajak (paksa) istri dan anak-anaknya.

Jangan Terjerat!

Mari jaga kemuliaan kita sebagai kaum beriman dengan cara selalu istiqomah berpegang kepada Allah dan Rasul-Nya. Kecuali itu, kita pun perlu menjadikan fatwa para ulama yang shalih (yang dengan keshalihannya patut menyandang status sebagai pewaris para Nabi) dalam menyikapi suatu persoalan tertentu.

Kita memang pantas ekstrahati-hati berkaitan dengan masalah nikah beda agama. Jangan percaya jika ada yang membolehkan pernikahan beda agama sekalipun dia dosen UIN bergelar profesor doktor.*

April Mop: Kebodohan Sehari di Awal Bulan (Bag 2)

Hidayatullah.com--Pada 1 April 1957, lembaga penyiaran internasional yang di segani BBC dalam program acara 'Panorama' yang masih langgeng hingga saat ini, menurunkan laporan tentang petani Swiss yang memanen spageti dari pepohonan di kebun mereka, lengkap dengan gambar aktivitas memetik pasta yang berjuntai-juntai. 

Begitu terpesonanya para pemirsa, banyak yang menghubungi BBC untuk bertanya apa dan bagaimana cara menanam pohon berbuah spageti itu.

Sampai saat ini, kebohongan itu menjadi lelucon April Fool's Day yang paling dikenal orang.


Sejarah tidak jelas

Membuat lelucon, kegiatan usil, iseng, bukan monopoli suatu bangsa. Senang bergurau adalah bagian dari sifat manusia yang melekat secara universal. Mungkin karena itu, di Eropa sendiri --yang diyakini menjadi asal kebiasaan gurauan ini-- sejarah asal mula April Fool's Day tidak diketahui secara pasti.

Berdasarkan catatan sejarah budaya bangsa Eropa, masing-masing negara memiliki perayaan lelucon tersebut yang serupa tapi sedikit berbeda satu sama lainnya.

The Museum of Hoaxes, museum yang mengumpulkan berita kabar-burung dan simpang-siur yang jelas-jelas kebohongannya atau tidak jelas kebenarannya, memaparkan beberapa perkiraan tentang asal mula lelucon April Fool's Day atau tradisi sejenisnya.

Menurut pakar sejarah, tradisi April Fool's Day baru jelas tercatat sejak abad ke-18 Masehi. Meski demikian, ketika itu kebiasaan tersebut sudah mendarah-daging dalam tradisi masyarakat di seluruh Eropa dan dianggap sebagai kebiasaan yang sangat unik.

Sejarah tertulis paling tua tentang tradisi lelucon itu berasal dari tahun 1500an. Namun, lagi-lagi, keterangannya tidak jelas.Shakespeare yang dianggap sebagai tokoh sentral sastra di Eropa yang aktif menulis di akhir abad XVI dan awal abad XVII tidak menyebut-nyebut tentang tradisi itu. Sementara Charles Dickens Jr menyebut adanya tradisi konyol tersebut.

Teori yang terkemuka tentang awal April Fool's Day berasal dari Prancis.Pada tahun 1564 Masehi Prancis mengubah awal kalendernya, dari akhir Maret menjadi 1 Januari. Orang-orang yang masih ngotot memakai kalender lama, menjadi bahan olok-olok temannya. Orang-orang kolot itu diusili, punggung mereka ditempeli kertas berbentuk ikan.

Kebiasaan iseng di awal April itu kemudian dikenal oleh masyarakat setempat sebagai Poisson d'Avril, merujuk pada gambar poisson (bahasa Prancis artinya ikan) yang ditempelkan ke punggung para korban dan Avril (bulan April).
Namun, teori ini pun diragukan. Pasalnya, kalender di Eropa buatan Julius Ceasar sudah sejak 46 Sebelum Masehi menetapkan bahwa awal tahun adalah 1 Januari.

Selain itu, pada tahun 1500an Masehi kalender di Eropa sedang kacau, seiring dengan menyebarnya ajaran Kristen di seluruh penjuru benua itu. Orang-orang Kristen ingin agar awal tahun dilekatkan dengan tradisi agama mereka yang lebih besar, seperti Natal atau Paskah. Sebagian negara tetap menggunakan 1 Januari sebagai awal tahun, dan menganggap hari itu bertepatan dengan waktu Yesus disunat.

Prancis sendiri menggunakan waktu Paskah sebagai awal tahun hanya untuk keperluan administrasi dan hukum negara. Mereka tetap mengikuti kebiasaan orang Romawi yang merayakan 1 Januari dengan bertukar kado atau hadiah.
Pemindahan awal tahun ke 1 Januari di Prancis, menurut sejarah juga tidak dilakukan secara tiba-tiba, melainkan secara gradual. Dan perayaan tahun baru di negara itu tidak pernah ada kaitan yang jelas dengan 1 April.

Teori April Fool's Day dikaitkan dengan perubahan awal kalender Eropa semakin tidak masuk akal jika dilihat dari sejarah Inggris. Sebab, Inggris mengubah awal kalendernya menjadi 1 Januari pada tahun 1752. Saat itu, April Fool's Day telah menjadi tradisi kuat masyarakat setempat.

Kolektor barang antik tekemuka Inggris John Aubrey gemar mengumpulkan catatan-catatan tentang tradisi dan takhayul dalam masyarakat umum. Pada tahun 1686 dalam karyanya yang berjudul 'Remains of Gentilism and Judaism' ia menulis, Fooles holy day. We observe it on ye first of April. And so it is kept in Germany everywhere.” Dari sini jelas, April Fool's telah menjadi tradisi di mana-mana.

Perayaan serupa
Kita tinggalkan tentang tanggal dan penyebab awal mula lelucon 1 April muncul. Mari kita melihat tradisi yang berkembang dalam masyarakat periode sebelumnya. Di mana tradisi lelucon serupa juga terlihat.
Orang-orang Romawi mengenal festival Saturnalia. Tradisi ini dilakukan setiap akhir Desember. Pada perayaan tersebut, semua orang bersenang-senang dan saling bertukar hadiah. Para budak bahkan diperbolehkan pura-pura menjadi majikan mereka, mengolok-olok raja dan Lord of Misrule.

Lord of Misrule adalah orang yang ditunjuk untuk memimpin pesta mabuk-mabukan dan gila-gilaan, biasanya ia adalah petani atau orang rendahan yang “diangkat” menjadi raja sehari.

Saturnalia adalah kebiasaan masyarakat pagan Romawi yang menyembah Dewa Saturnus. Pada Abad ke-4 Masehi, tradisi itu digeser perayaannya menjadi 1 Januari dan banyak tradisi mereka kemudian dikaitkan dengan perayaan agama Kristen (Natal).

Orang-orang Romawi juga mengenal Hilaria, perayaan kebangkitan Attis, putra dari Bunda Agung Cybele.
Orang-orang Eropa Utara merayakan Festival of Lud, yang dipersembahkan untuk Lud, dewa humornya bangsa Celtic.
Di Abad Pertengahan ada perayaan Festus Fatuorum (Feast of Fools). Mirip dengan Saturnalia, tetapi yang diolok-olok adalah ritual gereja. Di samping itu, cara mereka mengolok-olok ajaran gereja sering kali sangat kelewat batas dan keterlaluan. Sehingga, otoritas gereja ketika itu mengecam perayaan ini. Festival bodoh tersebut bertahan dua ratus tahun, dari abad ke-15 sampai abad ke-17.

Mitos dan tradisi pagan

Sejumlah perayaan di Inggris pada Abad Pertengahan memiliki kemiripan dengan April Fool's Day.
Tradisi Hoke-Tide atau Hock-Tide biasa dilakukan sekitar Paskah. Pria atau wanita biasanya mencegat orang asing yang berlawanan jenis, lalu mengikatnya dengan tali dan membebaskannya jika korban sudah memberi uang sumbangan amal.

Ada lagi Shig-Shag atau Shick-Shack Day yang dirayakan pada 20 Mei. Orang-orang menempatkan tangkai pohon apel oak di topi atau kerah mereka, sebagai penghormatan kepada bangsawan kerajaan. Sebab, diyakini Raja Charles II selamat dari kejaran pasukan Cromwell dengan cara bersembunyi di pohon apel oak. Mereka yang tidak mengenakannya akan diolok-olok.Namun, tradisi itu menurut sejarawan kemungkinan berasal dari budaya pagan dari orang-orang yang menyembah pohon.

Sejumlah pakar sejarah menduga, tradisi pencarian sia-sia dalam April Fool's Day berakar dari mitologi Romawi. Di mana Pluto --dewa orang-orang yang mati-- menculik Proserpina dan membawanya ke dunia bawah. Ibu Prosperina, Ceres, yang mencari-cari putrinya hanya bisa mendengar suara anaknya yang meminta tolong, tanpa berhasil menemukannya.

Ada pula yang mengatakan, aktivitas-aktivitas konyol dan sia-sia dalam perayaan 1 April berangkat dari cerita populer di kalangan Kristen tentang kesalahan Nabi Nuh yang melepaskan seekor burung dara sebelum air banjir surut. Atau cerita tentang perjalanan sia-sia Yesus yang diutus pergi dari Pilate ke Herod dan kembali lagi. Adanya ungkapan “Sending a man from Pilate to Herod” untuk menyatakan perbuatan sia-sia, dianggap sebagai buktinya.

Manfaat
Terlepas dari asal-mula perayaan April Mop, kiranya pendapat Ali bin Rajab, seorang mahasiswa Universitas Raja Abdulaziz di Jeddah patut diapresiasi. Menurutnya, tradisi bohong pada 1 April sebaiknya diubah menjadi kebiasaan untuk jujur lewat kampanye “Hari Kejujuran Dunia”.

“Kita harus memberi pencerahan kepada para pemuda bahwa berbohong bukanlah bagian dari diri kita dan juga agama kita. Kejujuran adalah dasar dari moral Islam kita, sehingga seseorang tidak biasa berbohong,” kata Ali, sebagai mana dikutip Saudi Gazette (02/04/2012).

April Mop menghalalkan orang untuk mengolok-olok dan berbohong kepada orang lain hanya untuk tertawa.
Dusta dalam Islam, menunjukkan rusaknya iman, hati dan kehormatan seseorang.
Perayaan berupa mengolok-olok itu pun berangkat dari kebiasaan orang-orang penyembah berhala, praktek peribadatan yang jelas bertentangan dengan ajaran tauhid Islam.

Ada atau tidaknya perayaan April Mop dengan sejarah pembantaian umat Islam, kebiasaan bodoh setiap awal bulan April tersebut sangat tidak layak untuk dilakukan oleh orang yang mengaku Muslim.*
Baca bagian pertama dari tulisan ini.

April Mop: Kebodohan Sehari di Awal Bulan

Hidayatullah.com--Seorang ibu di Saudi Arabia dilarikan ke rumah sakit di Jeddah, karena mendengar putrinya yang berusia 7 tahun telah diculik orang. Si ibu terkena serangan jantung.

Ketika keluarga akan melapor ke polisi, muncullah Fatimah, gadis kecil yang hilang tesebut, dengan tertawa-tawa. Ia dan kakak perempuannya yang berusia 15 tahun ternyata sepakat untuk membohongi ibu mereka pada hari Ahad tanggal 1 April kemarin, dalam rangka April Fool's Day.

Cerita di atas benar-benar terjadi, sebagaimana dilaporkan Saudi Gazette (02/04/2012).

April Fool's Day lebih akrab di telinga masyarakat Indonesia dengan sebutan April Mop. Istilah yang terakhir ini diserap dari bahasa Belanda, mop, yang berarti lelucon. Pada hari itu, kebohongan dan dusta menjadi halal, hanya demi gurauan dan kesenangan semata, tanpa memikirkan akibat buruknya.

“Kalau anak-anak kita ikut-ikutan merayakan April Mop, berarti kita sedang mengajari mereka menjadi penipu dan pembunuh karakter umat Islam,” kata Direktur Lembaga Kajian Politik dan Syariat Islam (LKPSI) Fauzan Al Anshari kepada hidayatullah.com belum lama ini. Fauzan menjelaskan, dalam sejarahnya, April Mop dimulai pada 1 April tahun 1487, berupa perayaan hari kemenangan atas dibunuhnya ribuan umat Islam Spanyol oleh tentara Salib yang dilakukan lewat cara-cara penipuan. Ketika itu, sisa-sisa kaum Muslim yang masih hidup di Spanyol ditipu Kristen setelah kalah dan akan dikirim pulang ke Afrika Utara. Saat mereka keluar rumah menuju pelabuhan, secara cepat pasukan Salib membakar rumah dan kapal yang telah dipersiapkan. Akhirnya, umat Islam yang dijanjikan perlindungan pun dibantai. Tragedi pembantaian itu bertepatan dengan tanggal 1 April. Inilah, menurut Fauzan, yang kemudian diperingati oleh dunia Kristen setiap tanggal 1 April sebagai April Fool's Day.

Tidak masuk akal

Cerita tentang asal-muasal April Mop seperti yang dikisahkan Fauzan banyak diterima oleh kaum Muslim. Namun, ada yang berpendapat lain.

Menurut Muhammad Tariq Ghazi --seorang jurnalis dan sejarawan veteran yang bermukim di Kanada, penulis buku 'The Cartoons Cry' tentang pelecehan kartun-kartun Denmark atas Nabi Muhammad dan Islam-- cerita sejarah April Mop seperti di atas tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Bahkan, menurut Ghazi, bisa jadi cerita itu adalah salah satu cerita karangan untuk membodoh-bodohi Muslim dalam rangka April Mop itu sendiri.

Dalam tulisannya berjudul 'Truth About April Fool's Day and Muslim Representative Method of Scientific Inquiry' (2007), Ghazi menjelaskan mengapa cerita bahwa Muslim di Andalusia dikalahkan oleh Spanyol dengan cara menipu tersebut tidak masuk akal.

Pertama, menurut sejarah yang tercatat oleh sejarawan dan buku-buku ensiklopedia atau setidaknya di situs pariwisata Spanyol, Los Reyes Catlicos (bangsawan kerajaan Katolik) menaklukkan orang-orang Moor (Muslim di Spanyol) yang menguasai Granada pada 2 Januari 1492. Pada tanggal itu pemimpin Muslim Muhammad XII yang dikenal juga sebagai Boabdil, atau Abdullah dalam bahasa Arab, menyerah sepenuhnya dan melimpahkan kekuasaan atas Granada kepada Ferdinand dan Isabella. Los Reyes Catlicos adalah gelar untuk kedua raja dan ratu Spanyol tersebut, yang diberikan oleh Paus Alexander VI setelah wilayah Muslim Granada ditaklukkan.

Kedua, disebutkan bahwa orang-orang Kristen Spanyol, sebelum mengalahkan kaum Muslim, mengirim mata-mata guna menyelidiki kebiasaan orang-orang Islam. Setelah itu, dikirimlah minuman beralkohol dan tembakau (rokok) untuk melalaikan Muslim di sana.

Kristen Spanyol mengirim mata-mata untuk mengetahui kebiasaan hidup Muslim di Andalusia, dinilai Ghazi sebagai hal yang aneh. Sebab, tanpa harus mengirim mata-mata pun mereka sudah tahu bagaimana kehidupan sehari-hari umat Islam di sana, karena kedua komunitas hidup berdampingan selama bertahun-tahun sejak Islam masuk ke Andalusia.
Begitu banyak umat Islam yang diperdayai dengan minuman beralkohol juga kedengaran aneh. Sebab, setiap Muslim sudah jelas mengetahui hukum menenggak minuman keras, yaitu haram. Kalau toh ada yang nekat melanggarnya, tidak mungkin dilakukan oleh begitu banyak orang dalam komunitas Muslim yang besar dalam waktu bersamaan.
Di samping itu, tembakau baru dikenal masyarakat Eropa pada abad ke-19. Sigaret (cigarettes) --yang arti harfiahnya rokok-rokok kecil, dibuat untuk konsumsi orang-orang miskin-- baru diproduksi massal tahun 1880an atau 400 tahun setelah Granada yang dikuasai Muslim jatuh ke tangan Kristen Spanyol.

Dengan demikian, terdengar kurang masuk akal jika dikatakan bahwa minuman beralkohol dan rokok dipakai untuk melalaikan Muslim sehingga wilayah Andalusia yang dikuasai pemerintah Islam jatuh ke tangan Spanyol.
Lebih konyol lagi, menurut Ghazi, Muslim mempercayai cerita sejarah April Mop itu tanpa memakai kaidah penelitian fakta sejarah yang ilmiah sebagaimana yang diajarkan dalam Islam.

Dalam Islam dikenal adanya ilmu hadits. Bahwa kabar yang disampaikan oleh orang tertentu harus diperiksa sedemikian rupa, baik faktanya (masuk akal atau tidak, saling bertentangan atau tidak) maupun si pembawa berita atau pesan (orang jujur, fasik atau pendusta). Dalam cerita April Mop ini, tidak jelas siapa periwatnya dan cerita apa yang diriwayatkannya.

Maka, menurut Ghazi, umat Islam tidak seharusnya mempercayai begitu saja cerita tentang asal-mula April Mop tanpa memeriksanya lebih lanjut dengan memakai kaidah ilmiah.

Lantas, bagaimana sebenarnya cerita asal-mula April Mop ini? Ikuti pembahasannya dalam bagian kedua.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Faried - Premium Blogger Themesf | Affiliate Network Reviews